(1) Malu-malu kucing

50 1 0
                                    

"Loe gue suruh kesini buat bantu gue pilih baju yang cocok untuk gue pakai siang ini ngedate sama miko, bukan malah ikut-ikutan nyoba baju-baju gue monika!!!"hardik nunik kepada teman dekatnya monika. Namun cewek yang bernama monik itu malah seolah tak peduli dan malah tersenyum-senyum gak jelas.

"Iya, baju loe kan banyak, gak sama kayak baju gue yang bisa diitung sama jari.. Semuanya bagus nunikkkk tinggal pake aja rempong amat!"jawabnya enteng sambil tetap berkaca di cermin besar dalam kamar nunik. Tampaknya ia tak mengindahkan kata-kata nunik karena sekarang ia tampak sibuk memakaikan kemeja biru muda nunik ke badannya yang kurus ceking itu.

"Yaudah deh, gue pake baju baru gue aja. Kaos bebe ijo super kawe ini aja deh.. Hmmm sepatunya flatshoes aja, warna nya... Hmmmm yahhh, mooo gue gak punya flatshoes warna ijo, pinjem punya elo dong.. Yang baru loe beli itu lhoooo"ujarnya memohon kepada monik, karena bingung memikirkan akan memakai sepatu apa untuk dikenakan hari ini.

"Yeee enak di elo gak enak di gue dong, orang tuh sepatu masih baru belom buka label, masa elooo sih make duluan"katanya dengan nada cemprengnya seperti biasa. Lalu sekarang ia duduk manis didepan kaca sambil memoles bedak ke wajahnya.
Nunik yang ngedate kenapa malah monika yang ikut-ikutan sibuk berdandan ya?

"Pelit banget sih lo monyet ! Baru juga sepatu doang, gak elo kasih pinjem pun gue tinggal kerumah lo, buka pintu.. Jalan lima langkah, udah deh nyampe, apa susahnya coba?"Ungkap nunik lagi lalu berlari ke pintu depan dan memakai sendal jepit kemudian berlari kerumah monika sahabatnya sekaligus tetangga nya itu.

1 menit kemudian nunik kembali lagi kerumahnya dan masuk ke kemar dengan wajah yang ditekuk dan bibir monyongnya, ekspressi yang khas sekali bagi nunik saat ia marah,kesal ataupun ngambek.

"Kampret loe, kemana ibu loe? Kok gak ada orang dirumah?"omelnya sambil tetap mencari sepatu yang pas di rak sepatu dalam kamarnya. Saking sedikitnya sepatu, dan saking banyaknya yang tak layak pakai membuat nunik jadi semakin kesal. Dengan geram dilemparnya sepatu-sepatu butut itu dari rak sepatu melalui jendela kamarnya.

"Anjirrrr, sepatu udah jelek semua, bahkan sepatu yang layak pakai cuma 3 pasang sepatu.. Dan itupun warnanya bentrok banget dengan baju gue. Warna abu-abu,merah dan ungu, yaampunnnn"ia berteriak mengomeli dirinya sendiri, nunik melirik monika yang malah tidak mendengarkan nya sama sekali, gadis itu malah terlihat merenung memandang ke langit-langit kamar nunik yang sudah ada yang bocor di beberapa bagian atapnya. Jika hujan, maka segeralah ia menyiapkan ember untuk menampung air yang turun dari atas atap akibat bocor tersebut.

"Enak idup loee ye, gue ngomong loe malah sibuk dengan dunia loe sendiri, cuekin gue yang lagi serius ngomel-ngomel"kata nunik ke monik yang masih sama sama sekali tak menggubrisnya. Karena sedang terhanyut dengan pemikirannya sendiri.

"Nik.. Kapan ya nik, kita kaya raya? Hmmm gak usah pakai raya nya deh.. Kapan ya nik kita kaya? Kapan kita bisa naik mobil bareng, pakai-pakaian yang model nya bagus, bahannya adem, trus punya tas hermes,sama sepatu cantik.. Kapan ya nik? Kenapaa ya, kita masih susah aja dari lahir ampe sekarang.. Kayaknya hidup kita begini-begini aja nik, gak berubah-ubah"celoteh monik tiba-tiba, tatapannya nanar menatap lurus keatas langit-langit kamar nunik, nunik pun mengangkat sebelah alisnya karena heran dengan perkataan yang mengalir begitu saja keluar dari bibir monik, sungguh, mereka tak pernah sebelumnya berbicara hal-hal seperti ini, kemudian ia ikut berbaring disebelah monika dan melakukan hal yang sama.. Ikut terhanyut dengan suasana putus asa. Ikut terbawa dengan keluhan dari sang sahabat.

"Iya nik, padahal kita udah kerja ya nik, loe kerja di swalayan yang cukup besar, sebagai admin. Dan gue kerja di percetakan dan penerbitan majalah mingguan dan koran harian sebagai editor. Lalu bisa dibilang pendapatan kita pas-pasan atau bahkan bisa dibilang sering minus dari hutang yang melilit. Loe Bantu ibu loe dengan ngasih modal buat jualan kue-kue. sedangkan gue bayar listrik dan keperluan dirumah setiap bulan, sejak tamat SMA kita gak menikmati bangku kuliah, dengan masalah yang sama yaitu ekonomi.. Lalu kita bekerja, sejak 4 tahun yang lalu hingga sekarang, namun kita gak kaya-kaya.. Bahkan gue makin pusing sama kredit motor yang masih banyak sisa cicilannya"ujar nunik pelan, seketika dua sejoli itu sudah menangis tanpa suara. Air mata mengalir dari kedua mata masing-masing. Dan berjatuhan hingga ke daun telinga.

Complete allTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang