Ternando Pov
Setidaknya aku sudah mengatakan apa yang ingin ku katakan, dan aku yakin Justin mendengarnya dengan baik.
Author Pov
Ternando keluar dari kamar Justin sambil tersenyum kecil, Denimor yang melihat itu langsung menghampiri Ternando,
"Kenapa kau keluar dari kamar Justin? Bukan kah Justin sedang tidak ingin diganggu? Terus kenapa kau tersenyum? Apa ada sesuatu"
Denimor membombardir pertanyaan pada Ternando, dia menaikkan alis
"Ada sesuatu laaah,"
"Sesuatu apa?"
Ternando hanya nyengir dan langsung lari sebelum di lumat habis oleh Denimor,
"Ternandooo!!"
Di bumi..
Ara baru selesai mandi dan menikmati makan siang nya, dia sedang mendengarkan lagu dari salah satu penyanyi pria idolanya.
Ara memang tidak seperti gadis lain yang menghabiskan waktu nya dengan keluyuran di luar rumah dan hura-hura bersama teman sebayanya, tidak juga seperti gadis-gadis yang banyak berkumpul dengan teman-teman hanya untuk bergosip atau perang bantal.
Ara gadis yang introvert, lebih suka menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik, membaca buku atau main game di game bot nya.
Ara tidak terlalu suka keramaian. Dia lebih senang tempat yang jauh dari hiruk piruk kota dan polusi nya.
Teman dekatnya, Nicky sudah tahu betul semua sifat Ara, makanya sampai saat ini Ara dan Nicky menjadi sahabat baik. Bagi Ara, Nicky adalah satu-satunya keluarga yang ia punya saat ini.
Ara berfikir bahwa hanya Nicky yang bisa menerima, mengerti dan memahami dirinya.
Ara terpejam dan menarik nafas yang begitu panjang dan perlahan.
Ara pov
Bu, sampai kapan Ibu sembunyi dari Ara?
Apa Ibu sudah tak menginginkan dan merindukan Ara?
Bu, maaf kalau selama ini Ara selalu merepotkan Ibi sampai-sampai Ibu pergi dari Ara seperti ini,
Kembalilah, Bu.. Ara janji Ara akan menjadi gadis kecil Ibu yang baik..
Author Pov
Ara menangis. Lagi.
Gadis itu menutup muka dengan telapak tangannya, badan nya bergerak karena tangis yang meledak meski tak bersuara.
Di Negeri Fantasi
Justin melenguh menahan sakit di dadanya yang kembali terasa.
"Apa ini?! Argh, sakit sekali!" batin Justin.Dalam kondisi menahan sakit, Justin berteleportasi ke kamar Tredy.
'Bruukk!!
Justin jatuh ke lantai,
Tredy terkejut, dia langsung menghampiri dan memapah Justin ke tempat tidurnya,
"Kau kenapa, Justin?"
"Obati.. Saja!"
"Ba.. Baik,"
Tredy menempelkan tangannya ke dada Justin, dia terpejam.
Tak berapa lama, Tredy membuka kembali matanya, Justin masih mengerang kesakitan."Apa yang sedang terjadi, Justin? Aku sama sekali tak bisa mengobati mu, bahkan aura ku tak bisa mengenali sakit mu itu,"
"Argh!"
"Aku akan suruh Leo ambilkan air suci, semoga air itu bisa mengurangi sakit mu,"
Sebelum Tredy sempat pergi, Justin berhasil menahannya, Justin menggeleng.
"Jangan sampai.. Mereka tau tentang.. Ini,"
"Kenapa?"
Justin tak menjawab, ia menggigit bibir bawahnya.
Cukup lama Justin berguling-guling menahan sakit, setelah itu sakitnya tak ia rasakan lagi, Justin duduk masih dengan memegang dada nya.
Tredy mendekat,
"Bagaimana sekarang?"
"Membaik,"
"Aku ingin tahu apa yang terjadi pada mu, apa ini ada hubungannya dengan sayap mu yang pernah terluka oleh tangan iblis?"
Justin menggeleng,
"Aku tidak yakin. Tapi sakit yang kedua ini tidak terlalu sakit seperti yang pertama,"
"Tapi tetap saja kita harus cari tahu, sebelum itu terus terjadi dan membunuh mu secara perlahan,"
Justin diam..