Aku dan Harry mengendap-endap menuju pintu keluar rumah ini. Sebenarnya Harry yang melakukan itu, aku justru menghentakkan kaki ku pada Lantai agar Cassie atau pun Odette mendengar ini. Kurasa adegan mengendap-endapnya Harry harus diiringi musik tegang pada film menyeramkan yang hantunya selalu muncul secara tiba-tiba. Harry menempel pada tembok seperti Cicak padahal tidak ada siapa-siapa. "Berhenti menghentakkan sepatumu, Bi." aku berhenti menghentakkan kaki. Tapi aku mengessekan sepatu ku yang telapaknya berbahan karet sehingga lantainya jadi berdecit.
"Birdella!"
"Apa?!"
"Bisakah kau menghentikan itu? Aku bisa mati jika sampai ketahuan."
"Apa salahku?!"
"Salahmu? Kau menimbulkan suara, Birdella..."
"Kau memang selalu menyalahkan aku."
"Kau memang salah!"
"Aku salah karena kau! Kau yang salah."
"Kau!"
"Kau!"
"Kalian mau kemana?" Demi apa ini? Tuhan baru saja mengabulkan Doa ku. Bisa tidak, adegan ini diiringi dengan lagu kematian? Habislah kau Harry. Harry langsung mendekat padaku. Aku harap Cassie melarang Harry keluar.
Harry merangkul aku. "A-aku ingin, makan di luar bersama Birdella. Ya 'kan Bi." Bagaimana caranya aku menuruti maunya, kalau dia sedang mencubit pinggangku.
"Ya, Cassie. Tapi Harry. Bukannya bersama Cleo juga, ya? Bibir polosku ini nakal sekali, duh." Aku memukul pelan bibirku beberapa kali sebagai ekspresi kalau aku sangatlah menyesal mengatakan ini, padahal aku memang sengaja 'sok polos. Bodoh sekali, apa peduli ku.
"Kau tidak boleh keluar."
Harry menjambak rambutnya mungkin sebagai ekspresi kalau dia sedang frustasi. "Oh Mother, anakmu yang tampan ini akan jadi bujangan lapuk jika kau terus melarang nya mengenal mahkluk yang berjenis wanita."
"Yang di samping dan depanmu ini apa? Aku dan Birdella wanita. Sudah, kau harus di Rumah."
"Mom, umurku sudah 21. Kau harus merelakan anakmu ini berkencan dengan kekasihnya."
"Son, umurmu sudah 21 tahun dan kau harus menjadi penerus Dad mu, aku tidak melarang kau punya seorang kekasih, hanya saja kau belum punya penghasilan dan lebih pentingnya kau pacaran dengan seorang gadis yang matrealistis, belum sukses kau akan bangkrut, aku tidak bisa merelakanmu pergi berkencan dengan gadismu."
"Aku ingin keluar bersama temanku. Bye, Brotha. . . habiskan susumu," ujar anak yang berumur lima belas tahun yang sedang menenteng skateboard nya itu. Cassie hanya mengangguk mengiyakan. Adil sekali wanita tua ini.
"Mom, kenapa kau selalu membebaskan jalang kecil itu bermain dengan anak laki-laki seusianya. Sedangkan aku yang sudah dewasa begini, kau tidak pernah mengisinkan aku."
"Biarkan dia menikmati masa remajanya."
"Mom, please..." Harry merengek pada mom nya yang tingginya sama dengannya itu.
"Baiklah. Birdella, awasi dia. Jangan sam--"
Belum sempat Cassie menyelesaikan kalimatnya, Harry sudah menarik aku.
"Ya, I love you too mother."•-•-•
Aku masih tinggal, menunggu respon Harry. Tahu, dia sangat menjengkelkan dan sering mengerjai aku. "Kau mau tetap di situ atau kau ingin jalan kaki ke Rumah Cleo dan kaki mu jadi tinggal kenangan." Aku langsung menyengir dan masuk ke dalam Mobil, bukan duduk di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birdella
Fanfiction[✔ ️| harry styles fanfiction] Aku baru menarik pintu ruangan yang ditempati oleh tuanku, aku melihat dia sedang duduk pada kursi singgasana miliknya sembari menaikkan kedua kakinya diatas meja. Tiga kancing atas bajunya terbuka dan kepalanya...