Epilogue

3.1K 320 128
                                    

T w o y e a r s l a t e r.

Birdella Pov

"Ayo senyum," aku memutar bola mataku ke atas lalu menatap penampakan menyeramkan di cermin yang ada di hadapanku, "Bisakah kau senyum."

Aku sudah senyum dari tadi! Ingin rasanya aku meneriakkan kata itu di depan Lisa, tapi kurasa tidak, aku masih mau hidup dan aku tidak mau kepalaku ditebas Tego.

"Bi, aku tahu kau bahagia," kekeh Louis.

Jangan ditanya aku sedang apa. Aku sedang memakai pakaian pengantin. Ya, aku akan menikah dengan hari ini, tentu saja dengan pria yang aku cintai. Ya, kurasa. Aku bukan menolak pernikahan ini ataupun tidak menginginkannya. Sungguh. Aku mencintai calon suamiku. Hanya saja, aku belum siap. Itu saja. Aku seperti sedang menunggu sesuatu, dan aku tak tahu apa yang aku tunggu.

Padahal dua tahun yang lalu aku sudah memberi alasan pada calon suamiku, kalau aku butuh tiga tahun. Tapi dia hanya mau menunggu sampai dua tahun. Mungkin dua tahun adalah waktu yang singkat, bahkan aku merasa dua tahun ini seperti hitungan saat aku buang air kecil di toilet. "Birdella, kenapa kau seperti tidak bahagia seperti itu? Bukannya kau senang menikah dengan pria pilihan Tego, sekaligus pilihanmu. Hey, kau dapat jackpot!"

Aku bukan tidak senang. Hanya saja, aku tidak yakin. Aku sudah sangat akrab dengan Jamey, tapi aku merasa belum terlalu mengenalnya. "Aku minta lima tahun lagi, bisa tidak..."

"Kau mau jadi perawan tua, hmm. Bagaimana kalau Jamey lelah menunggu. Sudahlah Birdella, apa yang kau tunggu. Atau kau masih mengaharapkan Harry, huh."

"Apa?" bagaimana bisa dia menyebut nama Harry sekarang. Dia tahu kalau aku akan menikah dan dia lagi lagi menyebut namanya, saat aku benar-benar tidak ingin mendengarnya.

"Maaf," ucapnya lalu menghadap ke cermin. Aku melakukan hal yang sama, yaitu diam. "Atau kau mengharapkan Zayn Malik. Yang benar saja, duh."

"Kurasa itu yang lebih tepat," ucapku lalu tertawa bersama Louis. "Hidupku tidak sesuai dengan ekspektasi. Padahal aku berfikir, aku akan menikah dengan Zayn Malik, padahal jika Zayn menikah denganku aku berjanji akan lebih waras lagi."

Louis merentangkan tangannya, aku menyambutnya dengan melingkarkan tanganku di tubuhnya, aku memeluknya dengan sangat erat, "Jaga dirimu baik-baik. Kuharap Jamey bisa menjadi yang terbaik untukmu."

"Pakai heels ini," titah Lisa yang baru masuk ke kamarku lagi. "Cepatlah Bi, lima jam lagi kau akan menikah." Demi bantal Zayn Malik yang pandai berbicara, apa-apaan! Lima jam lagi?

"Apa?! Double what what what! Gigi Hadid kaget lho Mom! Untuk apa Birdella Hadid memakai baju ini kalau aku menikah lima jam lagi. Mom pikir baju tidur? Ini gaun mom, gaun. Ini berat." lama-lama aku akan memutilasi istri Dadku ini. Kebetulan, sudah lama aku tidak makan orang.

"Ini ringan sayang. Hanya untuk sehari." aku menghela nafas panjang kemudian mengambil sepasang benda yang ada di tangan Lisa.

Setelah ceramah panjang kali lebar sama dengan luas tangan Harry, wanita itu keluar dari kamar. Heran, wanita itu selalu membuang nafasnya secara percuma. Aku melirik Louis yang dari tadi tertawa melihat aku, "Ada yang lucu?"

"Wajahmu."

"So funny, I forgot to laughing." aku melempari Louis dengan bridal veil yang ada di tanganku. Aku menepuk pipi Louis pelan, "Ngomong-ngomong terima kasih sudah menjadi sosok figur seorang kakak yang baik untukku."

"Sama-sama."

"Louis. Ngomong-ngomong, menikah itu enak?" tanyaku.

Louis mengelakkan tawanya karena pertanyaanku barusan. "Kau akan merasakannya nanti."

BirdellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang