Author's POV
Beberapa menit berlalu Birdella duduk di depan wanita paruh baya bersurai auburn. Wanita itu menatapnya dari ujung kaki dari sampai ujung kepala. Birdella yang cukup risih karena pandangan wanita itu hanya bisa mengalihkan pandangannya ke penjuru ruangan. "Jadi namamu Birdella."
"Ya."
"Jadi, jelaskan padaku. Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Cassie.
Aku datang untuk meracunimu lalu kau mati dan akhirnya aku bisa merebut hartamu, batin Birdella. Andai saja Birdella boleh mengucapkan kalimat itu. Tapi kalau dia berani, itu sama saja dia minta ditendang sekarang juga dari rumah yang ia tempati. Dia benar-benar muak duduk berlama-lama di ruangan luas yang ada di ruangan hanya diisi dua orang, yaitu dia dan calon majikannya.
"Bisakah aku diberi pertanyaan yang lain saja. Kau sudah tahu kalau aku datang untuk melamar pekerjaan."
"Penampilanmu tidak meyakinkan aku."
"Kenapa. Tampangku seperti pelaku kriminal?"
"Bukan. Hanya saja, kau terlalu cantik."
"Jadi aku harus jelek dulu."
"Kau mau diterima atau tidak." Birdella langsung menutup mulutnya. Ia sudah berusaha untuk tidak menampakkan sifat buruknya, namun jika ia terus dipancing mana mungkin ia bisa menyembunyikannya. "Bahkan aku curiga kalau kau adalah pacar anakku yang sedang menyamar."
Birdella membuka mulutnya, ia membelalakkan matanya karena heran. "Aku bukan pedofil mana mungkin aku pacaran dengan anakmu itu. Dia masih berumur 15 tahun dan dia juga perempuan."
"Bukan yang itu. Aku punya anak laki-laki, kau mungkin seumuran dengannya. Namanya Harry. Kau jujur saja, kau pacarnya 'kan. Sebelum aku yang akan memutuskan hubungan kalian."
"Oh c'mon." Birdella mendengus kasar. Ia memajukan badannya mendekat pada Cassie. "Aku bahkan baru tahu kalau kau punya anak laki-laki. Aku hanya mencari pekerjaan dan tidak punya maksud terselubung. Kecuali kau yang menginginkannya," gumam Birdella di akhir kalimatnya, bahkan nyaris tak terdengar.
"Baik. Kalau begitu apa keahlianmu."
"Aku bisa memasak. Tapi hanya beberapa makanan saja. Aku bisa mencuci, tapi kalau cuciannya banyak aku juga tidak mampu. Aku bisa menyetir. Aku bisa—"
"Ya baiklah. Aku menerimamu," potong Cassie. Dari tadi ia memang mau menerima Birdella. Hanya saja, penampilan Birdella tidak meyakinkannya. Birdella bangkit dari duduknya. Akhirnya ia bisa berdiri setelah sekian lama duduk. "Kuharap kau betah."
"Hah?" Birdella membalikkan tubuhnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh wanita yang sudah resmi menjadi tuannya. "Sorry madam. Apa maksudmu aku tidak akan betah apa."
"Kau baru 'kan disini. Kalau kau mau bertanya, kau bisa bertanya pada asisten rumah tangga yang lain. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk mengajukan keluhanmu padaku atau suamiku."
"Okay. Thank you."
"Mom!" seorang pria baru saja mendorong pintu ruangan dan langsung masuk ke dalam. "Kembalikan kunci mobilku!"
"Tidak," ucap Cassie. Birdella yang baru mau keluar dan tidak mau mendengar majikannya berdebat dengan anaknya dengan terpaksa diam di tempat. Harry menutup pintunya dan sekarang pria itu menyandarkan badannya pada pintu menghalangi jalan Birdella untuk keluar. Birdella memasukkan permen karet ke dalam mulutnya melihat pria yang berdiri di dekatnya itu seraya mengira-ngira mungkin itu yang dimaksud Cassie sebagai anaknya. "Kenalkan Birdella, ini anakku Harry."
"Hello sir," sapa Birdella ramah.
"Mom. Siapa dia?" tanya Harry. Ia mengeritkan keningnya melihat penampilan Birdella. Ia sangat lama memandangi wajah Birdella, tak lama ia menggelakkan tawanya. "Siapa perempuan ini. Rambutnya merah. Kenapa dia mirip seperti woody woodpecker."
"Apa?!" pekik Birdella tak sadar. Ia tidak terima ia baru saja disamakan dengan salah satu tokoh kartun yang mempunyai suara tawa yang aneh.
"Dia asisten rumah tangga yang baru di rumah ini."
"Woah," gumam Harry. Ia menarik koper yang Birdella pegang. "Kalau begitu, biar aku tunjukkan dimana kamar kita. Maksudku kamarmu, hehe."
"Tidak perlu," ucap Birdella cepat. Ia segera menarik kopernya dan keluar dari ruangan itu.
Birdella menggelengkan kepalanya mengingat wajah dari anak Cassie yang tadi berniat membantunya, "Kurasa itu yang dimaksud Cassie yang akan membuat aku tidak betah."
•-•-•
Maaf ya, buat yang masih baca ff ini
Ff ini saya unpublish dulu
Saya mau tulis ulang, mungkin beberapa dari cerita ini akan berubah.
Soalnya ff ini ngawur dan kacau banget.
Saya aja gak mau baca karena gondok sendiri bacanya🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Birdella
Fanfiction[✔ ️| harry styles fanfiction] Aku baru menarik pintu ruangan yang ditempati oleh tuanku, aku melihat dia sedang duduk pada kursi singgasana miliknya sembari menaikkan kedua kakinya diatas meja. Tiga kancing atas bajunya terbuka dan kepalanya...