Part 16 : Deklarasi Perang

362 36 14
                                    

Semenjak hari itu, makin banyak saja kematian ganjil yang menghantui murid kelas 12-03. Mereka menghilang lalu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Setiap korban baru, entah hanya kebetulan atau memang permainan gila si pembunuh-----akan semakin tragis wujudnya.

Pagi ini Hongbin dan Hyeah yang mendapat giliran mengambil persediaan makanan, menemukan jasad di perjalanan pulang mereka. Wajahnya hancur tak bisa dikenali lagi dan sebelah tangannya putus.

Rasanya masih sulit untuk diterima meski mereka sudah melihat berbagai jenis jasad manusia dalam tiga hari belakangan ini.

"Ini Sandeul yang semalam menghilang, kawannya sempat melaporkan kehilangannya padaku."

Berat hati mereka melangkahi Sandeul yang malang itu, kemudian pergi ke Lobby. Hongbin meminta Taekwoon untuk membantunya membawa Sandeul ke tempat dimana jasad lain terkumpul. Salah satu kelas yang isinya sudah dikosongkan.

"Aku ikut," pinta Hyeah.

"Sebaiknya tidak, kau bersama Hyeri saja. Rupamu seperti mau pingsan tadi," tolak Hongbin.

"Apa aku begitu, unnie? Tidak kan?" Hyeah membujuk Hyeri untuk mendukungnya, "dan kau akan ikut bersama kami."

Hyeri mengangguk, "Ya, Hyeah. Lagipula kita perlu mendata nama-nama mereka, bukan?"

"Baiklah, kalian ikut," ucap Taekwoon dengan keputusan sepihak.

"Sebentar aku ambil dulu daftar absensi."

÷÷÷

Bau busuk menyambut mereka berempat. Tidak ada pilihan lain, selain mengumpulkan tubuh-tubuh itu disini. Tidak ada tanah untuk mengubur, dan tidak ada ruang sebaik dapur untuk membakar mereka jadi abu seperti zombie tak berkepala.

"Kita harus mencoba cara itu sekali lagi." pernah sewaktu-waktu Hyeah mengusulkan.

"Tidak dengan kekacauan yang sama." Hongbin tegas mengatakan tidak. Peristiwa itu membekas di benaknya dan, di lengannya.

"Apa kau mau Taekwoon membakar dirinya lagi?"

Pertanyaan Hyeri membuat Hyeah tersedak.

Kembali kepada mereka berempat yang baru memasuki ruang 'mayat'. Hongbin dan Taekwoon mengangkut Sandeul dengan gerobak serba guna, yang waktu itu ditemukan Hongbin dan Hyeri dan sampai sekarang masih digunakan. Dua pemuda itu menjatuhkannya berjajar dengan jasad lain lalu menutupi seluruh tubuhnya pakai koran.

Setiap koran ditulisi nama dan nomer absen, jadi mereka tidak perlu bersusah payah menyingkap koran dan melihat name tag mereka.

"Lima orang dalam tiga hari," kata Hyeah sambil menatap daftar absensinya.

"Memang masih bisa dihitung oleh jari, tapi kita tak tahu apa yang mungkin terjadi beberapa hari kedepan." Hyeri juga menatap ke daftar yang sama, dan wajahnya sangat serius.

"Apa kau melihat sebuah pola?" tanya Hongbin.

Hyeah dan Hyeri berpandangan, lalu kembali menekuni absensi untuk menemukan 'pola' yang dimaksud Hongbin.

"Tidak ada," celetuk Taekwoon. Dia mengamati tulisan-tulisan nama dan nomer absen di koran.

"Benar sekali, Taekwoon. Mereka dipilih secara acak." Hyeri mengangguk setuju.

Asyik berdiskusi hingga mereka lupa tempat. Sepertinya mereka akan melanjutkan sambil berjalan pulang ke Lobby. Atau bahkan lebih baik, mengadakan rapat di suatu tempat yang layak.

Hyeah menelpon Hakyeon, mengajaknya ikut serta.

"Hakyeon- ah bisa kau datang kemari? Perpustakaan. Ada hal penting yang mesti dibicarakan. Ya, kami tunggu disini. Sampai jumpa."

(On Hold) Dark ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang