Prolog : The Curse

1.6K 92 18
                                    

Srrsshhh... Srrsshhh...

A Long Time Ago

Telaga warna merah pekat mengalir deras di sela-sela lantai sekolahku. Jumlahnya yang tumpah ruah mampu mengalahkan putihnya warna marmer ini.

Sungguh kasihan pada ahjussi tukang bebersih sekolah, karena setelah itu ia harus mengerahkan tenaga ekstra membersihkan semuanya.

Aku menghela napas. Sebenarnya cukup aneh bila saat ini aku sedang bernafas. Maksudku.. Di dalam kondisi seperti ini.

Kenapa?

Hulu sungai merah ini berasal dari balik seragam sekolah yang ku kenakan. Tak mungkin ku sebut lagi seragam, karena bentuknya sudah lebih mirip sepotong kain pel.

Setiap aku berusaha bergerak, yang terjadi adalah semakin merembesnya cairan pekat itu dari dalam tubuhku. Aku mengeluh di dalam hati, saat ini aku benar-benar basah.

Basah bersimbah darah. Luka-luka yang menganga di tubuhku juga sama merepotkannya. Mereka menjerit setiap kali kucoba bangkit, bahkan hanya untuk mengerlingkan mata.. Telaga darah langsung muncul dari pelupuk mata.

Kurasa aku tak sanggup bertahan. Aku mengingkari janji seumur hidup bahwa aku takkan menangis seperti anak kecil.

Persetan, ini nyeri sekali. Setiap inci tubuhku telah merasakan penderitaan yang mendalam. Aku menangis seakan tak ada lagi hari esok.

Kulirik kawan-kawan ku, yang kondisi nya tak jauh sama denganku. kurasa aku akan mengikuti jejaknya.

Tunggu... Sebentar lagi aku akan menyusul kalian.

Tapi berikan aku waktu untuk mengulang saat-saat terakhirku di bumi.

Dia~ seseorang yang menyamar menjadi guru kami. Sikapnya ramah membuat kami senang berada di dekatnya. Kawan ku pernah berkata kalau sikapnya terlalu berlebihan, tapi ku pikir itu tidak masuk akal dan ia mungkin hanya tak menyukai guruku.

Hari ini kami camping dan bermalam di sekolah. Ia -guru itu- menjadi pembina kelas kami. Seharusnya kami hanya bermain di pekarangan dan tak masuk gedung sekolah. Namun tiba-tiba ia mengajak kami semua ke dalam.

Kami percaya, ia bilang akan melakukan permainan yang menyenangkan. Kami ikuti dan tanpa rasa curiga telah sampai di lantai tertinggi sekolah.

Kalian tau apa yang ia lakukan? Dengan pisau di tangannya ia berusaha membunuh kami. Kami kocar-kacir berusaha menghindar. Ia seakan tak perduli, menjalin senyum bersahabat seperti yang selama ini ia lakukan.

Aku tak tahu kenapa saat ini aku masih hidup, dengan napas yang tersisa. Tapi kupastikan bukan hanya tubuhku yang terluka, hatiku juga.

Kenapa kau berusaha membunuh kami?

Memangnya kami salah apa?

Potongan terakhir yang ia sisakan untukku hanyalah sebuah tangan kanan. Kugunakan jemariku untuk mengusap air mata.

Dia bukanlah manusia, tapi iblis!

Nelangsa menatap pantulan diri, lalu jari telunjukku bergerak dengan sendirinya membuat genangan darah di lantai jadi beriak.

Aku menulis di atas darah, untuk siapapun yang nantinya menemukan kebenarannya.

Bilamana itu 10, 20, 30 tahun lagi... Iblis itu akan mendapatkan balasannya.


To Be Continued

A/N

Hola and hola *ngerapp ala ravi* kali ini masih mengangkat tema psycho apalagi saya lagi penasaran sama gore. Cerita kali ini terinspirasi dari anime Corpse Party tapi bukan berarti benar-benar mirip!
Kenapa gak mirip?
Sebenernya mah saya belum nonton itu XD cuma liat cuplikannya aja di yutub ha ha ha. Nah dari situ saya dapet inspirasi bikin ini.
Jadi jangan heran kalo ujung-ujung beda sama sekali, padahal saya bilang diawal kalo ini terinspirasi dari sana. #plak
Happy reading~

(On Hold) Dark ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang