"Emang segitu berartinya ya Kak Tika buat elo?!" Al bertanya pelan tanpa mau menoleh pada pacarnya yang duduk didepannya itu.
"Dia sahabatku Al." Bagas menjawab dengan serba salah. Ya, Tika adalah sahabatnya. Bukankah tidak heran jika dia berarti untuk Bagas?
Al berdiri dari kursi dan berjalan ke dekat jendela rumahnya itu, memandang jalanan didepan rumahnya. Hal itu dilakukan dengan susah payah, mengingat salah satu kakinya diperban. Ia tidak berniat mengomentari jawaban Bagas.
"Kami sahabatan Al, dan nggak lebih dari ... "
"Kalau sekarang gue minta elo milih, elo pilih siapa?" Al memotong ucapan Bagas tanpa menoleh. Tatapannya masih lurus ke jalanan. Tapi terlihat jelas dari pantulan bayangan dirinya di kaca, bahwa dia menahan tangis.
Bagas nggak menjawab. Lebih pada nggak ngerti harus menjawab apa, harus memilih siapa. Ya ampun, bagas mengusap rambutnya dengan frustasi. Tadi dia kesini karena khawatir sama Al, tapi dia nggak menyangka kalau harus sampe ke pembicaraan ini.
Suasana hening dipecahkan dengan suara deru mobil yang memasuki halaman rumah Al. Al melirik ke jam dinding diatasnya, baru jam 8. Kenapa mereka udah pulang? Dilangkahkannya kakinya ke dekat Bagas. Bagas mendongak, merasakan langkah Al.
"Udah malem." Gumam Al, mengusir dengan halus. Perasaanya sekarang kacau banget, dia sampai merasa semuanya kayak mimpi.
"Kamu istirahat ya." Bagas berdiri karena mengerti arah pembicaraan Al, diusapnya rambut Al dengan sayang. "Besok aku kesini lagi, kamu istirahat."
Al berbalik tanpa menjawab, dilangkahkan kakinya menuju tangga. Oke, gimana pula dia bisa naik ke kamarnya dengan kaki begini? Nggak lucu banget kalau dia balik ke tempat Bagas dan memintanya untuk membantu Al naik tangga kan? Jadi yang dilakuin Al cuma berdiri di depan tangga, sambil menunggu Bagas pulang.
"Kamu nggak mau ke kamar Al?" Bagas menggaruk-garuk kepalanya bingung. Tadinya dia mau pulang setelah melihat Al masuk kamar, tapi Al malah berdiri didepan tangga lama.
"Al?" Al dan Bagas menoleh ke arah pintu depan dengan kaget, ternyata itu Mama Al. Beliau menatap ke arah Al dan Bagas dengan heran, sedangkan Bagas juga bingung mau ngapain. Dia menoleh ke arah Al, menunggu Al memperkenalkannya atau apa saja. Tapi Al malah berbalik dan berjalan menaiki tangga dengan susah payah.
Setelah Al menghilang dari pandangan, Bagas menoleh pada Mama Al dan berjalan mendekati beliau. "Saya pacarnya Al, Tante. Nama Saya Bagas."
"Oh?" Mama Al terlihat bingung, kemudian menoleh ke arah pintu ketika mendengar langkah kaki. Papa Al masuk dengan heran ketika dua kepala menatapnya dengan heran. Apalagi satu kepala itu kepala yang asing banget.
"Saya Bagas, Om. Pacarnya Al."
------ ---------- --------
"Pagi-pagi gini kamu mau kemana sayang? Ini hari minggu lho." Bagas menoleh mendengar pertanyaan mama-nya itu. Dilihatnya mama-nya sedang berkutat dengan tanaman di kebunnya. "Bukan ke tempat Tika kan?" tanya mama-nya curiga. Mama-nya itu memang tidak begitu suka dengan Tika, entah kenapa. Makanya Tika jarang banget ke rumahnya.
"Bukan Ma, aku mau ke tempat Al." Bagas mengantongi kunci mobilnya dan mendekati mama-nya.
"Al?" Mama-nya tampak bingung, tapi tetap mengulurkan tangannya untuk Bagas salami.
"Pacar Bagas, Ma. Kapan-kapan deh Bagas kenalin." Setelah pamit, Bagas segera melajukan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramu mencintaiku.
Teen FictionCopyright © 2013 by luthfia_AF WARNING: CERITA BELUM DIREVISI SAMA SEKALI, KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN INFORMASI YANG TERMUAT DI DALAMNYA DIBIARKAN APA ADANYA. TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA. Alifia dewi shashani. Cewek manis yang ceria dan hiper...