Bagian XV

13.1K 369 8
                                    

Bagian terakhir :')

Alifia Pov!

"Tika bilang sesuatu ke kamu?" Aku melirik sedikit pada cowok menyebalkan yang duduk dipinggir ranjangku dengan se-enaknya. Ishhh!! Aku masih sebel banget sama cowok ini!! "Al, jawab please."

"Berisik ah!" Aku menutup kepalaku dengan bantal sambil tiduran.

"Al! Al!" Bagas langsung menarik bantalku dengan panik, "Jangan gini to,"

"Biarin!" Jawabku ngeyel sambil menarik bantalku dari tangannya. Tapi karena dia tidak mau melepas bantalnya, akhirnya kami malah jadi tarik-tarikan. "Apaan sih Gas, lepasin gak?"

"Nggak!" Dia menjawab tegas. Kemudian ditariknya bantal dengan satu sentakan, membuatku terjatuh ke arahnya. Dan dengan santai, dia memelukku, seperti memeluk guling kecil. "Tika bilang apa aja?" Dia berbisik lirih. Huh curang! Tiap berantem pasti kayak gini terus akhirnya.

"Lepasin kakak!" Aku menarik badanku ke belakang, dan Bagas melepas tanpa perlawanan. Dia menatapku dengan khawatir.

"Kamu kalo gak bikin aku khawatir bentar aja, gak betah ya?" Dia bertanya dengan nada sebal.'

"Kamu kalo cuma cinta sama aku aja, gak betah ya?" tanyaku menggunakan kata-katanya dia tadi. Bagas menaikan alis kiri-nya sedikit, bibirnya memunculkan senyum tipis. "Apa senyum-senyum?!"

Bagas menggeleng. "Betah kok." jawabnya singkat. Dengan gemas, aku mencubit lengannya. Dia mengaduh, tapi cuma dalam gerakan bibir. Seperti biasa, dia tidak pernah membalasku.

"Kamu nyebelin banget sih Gas! Playboy! Nyebelin!" Aku meneriaki-nya dengan kurang ajar. Adik kelas mana yang berani meneriaki kakak kelasnya seperti ini? "Kalau emang cinta sama Kak Tika, ngapain pake jadian sama aku segala!! Kalau emang lebih cinta sama Kak Tika, ngapain harus deketin aku segala!! Kak Bagas jahat, playboy, ngeselin!!" Aku diam setelah puas meneriaki cowok didepanku ini.

Bagas menatapku dengan pandangan yang sulit di artikan, kemudian dia menjawab dengan suara pelan dan capek. "Aku pernah bilang gitu?" Ha? Aku menatap Bagas dengan tatapan bertanya. "Aku pernah bilang kayak gitu ke kamu?"

"Ke aku nggak pernah, tapi kalau ke Kak Tika sering kan? Iya kan?" Jawabku berapi-api. Kak Bagas tersenyum tipis, kemudian beringsut mendekatiku.

"Kamu tu kebiasaan." katanya sambil mengacak rambutku, kemudian dengan pelan menarikku ke pelukannya. "Aku kira kamu kenapa, selalu bikin khawatir. Dasar."

"Apaan sih kak? Aku kan lagi marah, malah dipeluk-peluk!" Aku berusaha melepas pelukannya, namun pelukannya malah mengencang.

"Tell me, dia bilang apa aja ke kamu?" terdengar suara Bagas yang terdengar serius.

Aku melepas pelukannya dengan paksa, akhirnya Bagas melepasku walaupun dengan terpaksa. Wajahnya kelihatan lelah, namun ada senyum hangat yang tercetak di bibirnya. Akhirnya aku menceritakan semuanya kata-kata Kak Tika, dan Bagas mendengarkan sambil melamun.

"Kak Tika bilang gitu," Kataku mengakhiri ceritaku, lalu aku bertanya dengan nada polos "Itu bener atau nggak?"

Bagas mendongak ketika mendengar pertanyaanku. Kami bertatapan beberapa detik, kemudian dia menjawab dengan nada bersalah. "Kata-kata Tika, bener." Oh bener ternyata. Ha? Apa? Bener?!

^^^^^^

Bagas Pov!

Al menarik tangannya dari gue, gue yang sudah menduga-nya angsung mencekal tangannya cepat. "Kamu dengerin aku dulu." Al menatap gue dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Dengerin apaan lagi sih? Kamu jahat! Kamu nyebelin! Aku benci sama kamu!" Sejujurnya, perasaan gue kacau juga mendengar kata-katanya. Tapi yang gue lakukan hanya mendekapnya lagi, menenangkannya.

"Dengerin aku." Kata gue tegas, Al mendongak menatapku. "Aku bakal jelasin semuanya. Tapi kamu nggak boleh motong sedikitpun." Al mengangguk dengan wajah galau.

( Flashback )

"Gas, ada yang mau kenalan nih." Tiba-tiba Diandra udah berdiri dibelakang Al.

"Oh yaudah aku duluan ya kakak-kakak panitia MOS terganteng, terlucu, sama ter..." Al melongok ke belakang Diantra, "Tercantik. Hehehe" lalu dia ngibrit ke penonton. Gue menatap Diandra bingung, kakak tercantik? Siapa tadi namanya ya, Tika?

Tika maju dari belakang Diandra dan tersenyum pada gue dengan aneh, "Hai."

Gue menaikan alis bingung. "Hai juga" Jawab gue kaku. Gue sering mendengar tentang cewek ini dari teman seangkatan, bahkan kakak kelas. Tapi ini pertama kalinya gue saling menyapa dengannya.

"Gue tinggal dulu yee" dengan gugup, Tika menatap kepergian Diandra. Gue mulai memperhatikan cewek di depan gue ini. Yah harus di akui, nggak berlebihan kalau dia dikasih predikat cewek tercantik di SMA Liakan ini. Bahkan dia cewek paling cantik yang gue kenal.

"Namaku Tika, dari kelas XI Ipa 2. Aku dulu dari kelas X-A, masuk ke sini nem-nya 36,90. Aku ... " Dia bergumam gugup, membuatku tersenyum.

"Well," kata gue memotong ucapannya. "Gue Bagas." lanjut gue kemudian, dia mendongak pada gue bingung "Kalau mau tau lengkap tentang gue, bisa tanya ke TU" kata gue sambil tersenyum. Dia ikut tersenyum, kelihatan geli. Dan sekali lagi, Tika benar-benar cantik.

-------------

Gue pikir, mungkin gue bisa nyoba deket sama Tika. Kapan lagi gue punya kesempatan buat pacaran sama cewek paling cakep satu sekolah? Dan ya, gue emang jatuh cinta sama dia. Gue mulai berani mengajaknya ke rumah, bertemu dengan Mama. Pertemuan pertama, kedua, dan yang ketiga. Akhirnya Mama bilang bahwa Mama nggak suka sama Tika.

Yah, gue udah menduga. Tika bukan tipe cewek rumahan yang jadi inceran mertua, dia tipe cewek gaul yang manja. Tapi gue berusaha meyakinkan Mama bahwa Tika itu baik. Tika yang mulai masuk di dunia gue, akhirnya tau tentang kebiasaan Mama dan papa yang tiap hari bertengkar.

Entah kenapa, dia berubah menjadi sahabat yang sangat pengertian. Dan aku memutuskan untuk hanya menganggapnya sahabat. Dan saat itulah gue mulai bertemu lagi dengan Al. Dan semuanya berjalan seperti yang terjadi.

Perasaan gue ke Tika mulai terkikis dengan adanya cewek se-luar biasa Al di hidup gue.

(Flashback end)

Al menatapku tanpa berkedip, lalu perlahan dia menjatuhkan dirinya ke pelukanku. Karena tidak siap, gue hampir saja jatuh terjengkang ke belakang. Untungnya kejadian tidak se-memalukan itu.

"Aku sayang banget sama kamu." lirih dia berkata di sela isak-nya, gue mengelus kepalanya pelan. Kemudian mempererat pelukannya.

"Me too"

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

 Alifia Pov!

"Dok, gimana keadaan pacar saya?" aku langsung mencubit lengan Bagas kencang ketika dia bertanya dengan nada polos.

"Alifia, sepertinya kamu tidak perlu lagi membeli obat-obat penguat jantung lagi. Percuma, obat itu tidak akan membantu lagi." Deg, aku menatap wajah dokter rus yang tampak serius.

"Kenapa?" Tanyaku serak, Bagas menggenggam tanganku erat.

"Karena jantungmu dinyatakan..." dokter rus menarik nafas perlahan, "Dinyatakan sembuh." Ah yampun, gimana bisa? tunggu! Dokter Rus tadi bilang apa?

"Sembuh dok? Sembuh?!!"

&&&&&&&& &&&&&&

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang