Bagian XIII

12.1K 381 5
                                    

"Aku udah ngelakuin semuanya kan Dok? Diet super ketat, olahraga setiap hari, dan mengurangi latihan atletic. Tapi apa? Jantung aku tetep terus melemah kan?" Aku berkata pada Dokter Rus, ketika untuk ke sekian kalinya jantungku kumat lagi.

Dokter Rus memandangku dengan tatapan yang tidak ku mengerti, tapi aku tau dokter Rus juga bingung.

"Dokter pikir kamu tidak harus mengurangi latihan atletic-mu, Al." Apa? Aku memandang Dokter Rus dengan bingung. "Tapi kamu harus menghentikan seluruh kegiatan atletic kamu." deg! Aku memandang Dokter Rus dengan tidak percaya.

"Maksud dokter, aku harus berhenti berlari?" Aku bertanya lagi, dan Dokter Rus mengangguk lemah. Aku menelan ludah, berusaha menahan rasa sesak dihatiku yang mengundang air mataku untuk turun. " Tapi dok..." Suaraku tercekat oleh air mata yang akan keluar, aku tidak bisa menahan air mataku jika aku bicara.

"Al," Dokter menyentuh bahuku pelan, "Hanya untuk sementara, sampai penyakitmu sembuh."

Aku menggeleng, "Dok, lari itu udah jadi hidupku dari dulu. Gimana bisa dokter nyuruh aku buat menghentikan apa yang udah jadi hidupku?"

"Al, kamu dulu pernah bilang bahwa ini nggak adil bukan?" Aku mengangguk mengingat ketika aku mengatakan itu pada Dokter Rus. "Kamu tau? Jika dokter yang mendapat penyakit itu, mungkin dokter akan mati dari dulu. Kenapa? Karena dokter nggak sekuat kamu." Dokter Rus tampak berkaca-kaca.

Aku memikirkan apa yang dokter Rus katakan, "Kamu harus percaya bahwa Allah SWT nggak akan memberikan cobaan melebihi batas kesanggupan umat-NYA." Aku menatap Dokter Rus, dan dokter Rus mengangguk. Memberikan kekuatan.

#####

Udah hampir 2 minggu sejak aku memutuskan hubungan dengan Kak Bagas. Dan selama itu pula Kak Bagas udah hilang dari hidupku. Dia nggak meminta penjelasan, tidak bertanya alasan, dan akupun tidak akan mau memberitahunya jika dia tidak bertanya.

Oke, mungkin kalian berfikir aku memutuskan Kak Bagas karena seperti cerita di FTV itu kan? Bukan, bukan itu. Aku hanya meminta petunjuk, ketika aku memutuskan Bagas, apakah Bagas akan bertanya atau tidak apa alasannya. Karena dia tidak bertanya, aku tidak menceritakan tentang penyakitku.

"Al," Aku menoleh mendengar panggilan Fara yang barusan masuk ke kelas, aku menaikan alisku bertanya. "Kak Bagas dibawa ke UKS, tadi waktu tanding sepak bola, kakinya cidera kayaknya." Fara menjelaskan dengan wajah cemas. Apa? Kak Bagas kenapa? Aku langsung berdiri dan mengikuti Fara menuju UKS.

Apa Kak Bagas nggak apa-apa? Kakinya kenapa? Sakitnya gimana? Seluruh pertanyaan di kepalaku langsung hilang begitu melihat Bagas mengalungkan lengannya di leher Kak Tika, dan tangan Kak Tika yang melenggang santai di pinggang Kak Bagas. Aku menghentikan langkahku ketika jarak kami hanya sekitar 10 meter.

"Kita balik aja, Far." Aku berbalik dan menarik tangan Fara, tapi Fara malah diam saja. Aku menoleh sedikit padanya,

"Elo cemburu kan Al?" Fara bertanya dengan menyelidik, membuatku segera menghadapkan badan padanya. cemburu katanya? Ha? Yaiya sih cemburu. Tapi kan nggak perlu diperjelas juga kalik!

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang