Bagian VIII

13.4K 392 1
                                    

"Bersedia!" ... "Siap!" ... "Mulai!!"

Al menatap Kak Dewi yang berlari dari kejauhan, dalam hatinya dia terus berdoa. Berusaha memantapkan hatinya untuk menerima tongkat dari Kak Sekar. Yap Kak Sekar, kali ini Al meminta ditempatkan di posisi ketiga. Alasannya, karena menurutnya jarak lari posisi ketiga lebih pendek dari yang lain. Al masih belum yakin apakah kaki-nya akan cukup kuat untuk dipakai-nya berlari.

Kak Dewi berlari terus, dan berada di posisi ketiga. Jarak Kak Dewi dan Kak Sekar semakin dekat, semakin dekat, dan Hap! Kak Sekar langsung berlari setelah menerima tongkat dari Kak Dewi. Jantung Al berdetak semakin kencang.

Baiklah, sudah berapa lama dia tidak latihan? Bagaimana kata-kata Dokter Rus kemaren? Apa aku bisa? Al melihat Kak Sekar - yang tidak terbiasa diposisi kedua - tersalip beberapa orang. Tapi posisinya tetap agak didepan. Ayo Kak, elo bisa elo bisa!! Al membatin dengan cemas. Semakin dekat, dan dekat. Dan Hap!

Wish me luck! Al mulai berlari.

VVVV VVVV

"Dia nggak apa-apa, cuma lelah mungkin." Bagas menghembuskan nafas yang sedari tadi ditahannya. Astaga! Syukurlah Tika nggak apa-apa. Kalau sampai Tika kenapa-napa, entah gimana jadinya Bagas. "Sekarang biarkan dia tidur, dia butuh istirahat."

Bagas berjalan mengikuti dokter ke ruang kerja-nya yang hanya berbatas tirai dari tempat tidur Tika. " Nggak ada yang serius kan dok? Ada obat yang harus ditebus?" Bagas masih belum puas.

Dokter tersenyum mengerti, "Tenang saja. Pacar kamu cuma kelelahan, dan lecet sedikit kok."

"Eh, saya bukan pacarnya dok." Bagas segera membantah. Ngomong-ngomong soal pacar, Al gimana ya? Al pasti ngerti kok, itu tadi kan urgent. Iya, Al pasti ngerti.

"Posisi ketiga sekolah itu keren banget." terdengar sayup suara orang berdecak kagum.

"Iya, bukankah orang kedua mereka tersalip banyak? Sekarang dia ada di posisi terdepan." jawab suara orang satunya. Bagas mendengarkan dengan penasaran sementara dokter malah menulis sesuatu di kertas.

"Itu sekolah Liakan kan?" Bagas menoleh terkejut, yang dimaksud mereka itu Sekar? Karena penasaran Bagas berjalan ke arah pintu.

"Alifia ya namanya? Udah jelas menang itu!" Bagas tersentak mendengar nama pacarnya disebut. Al?? Bagas berlari keluar dan melewati beberapa orang yang bergerombol di pinggir. Ya, itu Al! Bagas menatap pacarnya yang berlari paling depan, jauh didepan! Dan melihat Al menabrak pita panjang berwarna kuning yang membentang, sebagai garis finish. Ya, untuk pertama kalinya dalam sejarah, SMA Liakan memenangkan kejuaraan atletic dan masuk ke babak selanjutnya.

+===+

"Al!!! Elo keren banget sumpah!"

"Gila! Al elo ndewa banget, itu kaki apa mesin sih?"

"Kamu hebat Al. Bapak Bangga."

Al sudah tidak mendengar pernyataan yang lain karna pikirannya terpusat pada kaki kanannya yang sakit banget! Entah kenapa kakinya tadi terasa mati rasa, lalu mulai terasa seperti ditusuk-tusuk. Arghh!! Al terduduk memegang kaki kanannya dengan kesakitan.

"Al!! Kamu kenapa?" Pak Basriel yang pertama sadar kalau Al sedang kesakitan. Dan yang lain langsung bertanya heboh. "Bawa ke ruang dokter aja, ayo!"

"Nggak.. " Al langsung menolak, walaupun rasa sakit dikakinya belum berkurang. "Nggak, aku nggak apa-apa Pak. Mungkin kaki-ku kaget karna seminggu kemaren nggak pernah aku pake buat lari." dengan susah payah Al berusaha berdiri.

"Kamu benar tidak apa-apa? Mungkin salah Bapak juga, seharusnya menyuruhmu pemanasan dulu." Pak Basriel kelihatan bersalah walaupun wajahnya juga menyiratkan kegembiraan karena kemenangan sekolah mereka.

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang