Bagian X

13.1K 390 3
                                    

"Bagas, ayo nak sarapan dulu. Nanti tidurnya di lanjutin lagi aja." Bagas membuka sedikit matanya yang berat, kemudian mengerjap-ngerjap pelan. Jam berapa ini? Bagas menoleh ke jam dinding di sebelah kirinya, 8.15. Yah nggak heran, tadi malem aja dia baru tidur jam 2an.

"Gas, sarapan nggak?" Mata Bagas langsung membuka lebar, itu suara Papa-nya kan? Dia nggak mimpi kan? Bagas bangun dan berjalan keluar, ke arah meja makan. Benar, itu Papa-nya. Sedang berjalan didepannya menuju meja makan.

"Pa, tumben dirumah? Ini hari minggu lho." Bagas bertanya heran, Papa dan Mama-nya malah tertawa mendengar pertanyaan Bagas. Bagas mengerutkan kening aneh. "Kalian udah bener-bener baikan?"

"Yahh kadang memang menyelesaikan satu masalah bisa menyelesaikan semua masalah juga." Papa mengangkat bahu dan tersenyum, "Jadi ya, kami sudah benar-benar baikan sekarang."

"Kami bersyukur karna kamu telah membawa Al di kehidupan kita, Gas." Mama terlihat berkaca-kaca terharu. Bagas yang tadinya bingung, sekarang mulai tersenyum.

"Iya Ma, Bagas juga bersyukur karena bisa membawa Al ke kehidupan Bagas."

3333 3333 3333

Drrtttt... Jangan parkir di hatiku.. Drrrttt

Arghhh, siapa sih yang nelpon?! Al menarik nafas, lalu menghembuskannya. Tapi itu tidak membantu menghilangkan rasa sesak didadanya, bahkan jantungnya pun berdebar-debar tanpa sebab.

Al mencoba untuk bangun dan mengambil hape-nya yang -sayangnya dia taruh nun jauh disana- berbunyi terus. Tapi gagal, badannya lemas. Kaki dan legannya terasa sangat pegal, padahal tadi malam dia tidak melakukan apapun.

Akhirnya, Al memilih membiarkan Hp-nya terus berbunyi tanpa dijawab. Gantinya, dia mencoba tidur lagi. Mungkin saja nafasnya dan jantungnya bisa normal kembali kalau dia pakai untuk tidur.

444 444 444

"Nggak diangkat." Bagas memberitahu setelah untuk sekian kalinya, panggilannya dicuekin. Papa dan Mama mengangguk-angguk mengerti.

"Mungkin masih tidur, Al tadi malem kan kecapekan bantuin Mama." Mama berkesimpulan, membuat pikiran Bagas nggak kemana-mana. Iya, mungkin kecapekan.

"Sekarang enaknya kita ngapain ya?" Papa bangkit dari duduknya dan mulai menggerak-gerakan tangannya untu berolah raga. "Gimana kalau kita ngurusin kebun kita yang terlantar itu?"

"Siap!" Bagas langsung menyanggupi dengan semangat. Papa-nya udah kembali seperti dulu, seperti sebelum Mama-Papa sering berantem. Dan Bagas sangat bahagia karnanya. Dengan sigap, Bagas mengambil peralatan berkebun dan mengikuti Papa-Mama ke halaman depan.

Dan mereka mulai berkebun bertiga, sambil bercandaan. Persis seperti keluarga kecil yang sering melakukannya, dan Bagas benar-benar bersyukur karnanya. Keluarganya kembali, dan itu karna Tuhan mengirimkan Al di kehidupannya. Ngomong-ngomong soal Al, dia dimana sih?

12.11

"Panas banget Mas, udahan yuk" Mama berjalan ke teras dan duduk disitu dengan kelelahan. Melihat sinar mtahari bersinar seterik itu membuatnya langsung malas, sedangkan Papa dan Bagas masih dengan asik berkebun. Cowok sih ya.

"Nanggung Ma, dikit lagi." Malah Bagas yang menjawab dengan semangat. Melihat dari semangatnya, mereka nggak mungkin selesai dalam waktu dekat kayaknya.

"Permisi." Mama menoleh ke arah pagar rumahnya. Ada seorang cewek dengan pakaian 'agar' terbuka berdiri menghadapnya. Dari posisi-nya, Mama nggak bisa melihat siapa itu.

"Ma, ada tamu kayaknya." Papa bergumam pelan tanpa menoleh. Mama mengangguk dan berjalan ke arah pagar. Dibuka-nya pagar dengan pelan.

"Siang tante." Mama menatap gadis itu dari atas ke bawah, kemudian kembali ke atas.

Caramu mencintaiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang