Empat

34 11 4
                                    

Ada yang kangen gak nih sama Alysha? Gak ada ya… huhuhu

Nikmatin ceritanya yaa

***

Sabtu, 1 September 2063

“Al, tuker dong” bujuk Ian.

“Tuker apaan?”

“Tempat duduk lah, apa lagi?”

“Males” jawabku asal karena sibuk membuat tiang utama gerobaknya.

“Lo mau banget sih di tengahnya kita. Naksir?” goda Ian membuatku melotot.

“Idih, apaan. Kagak.Ya udah, minggir” ujarku lalu berdiri dan mengusir Ian.

Ian langsung berdiri dan duduk di tempatku lalu asik mengobrol asik dengan Alva.

{Pantes aja minta pindah. Ternyata…}

BUK

Aku memberikan setumpuk koran di hadapan Ian dan Alva, membuat mereka menoleh pada tumpukan tersebut lalu melihatku dengan tatapan buat-apa?

“Kalian kerjain semua koran ini, pertama dipotong panjang dengan lebar kira-kira 3 cm an. Terus kasihin ke aku biar aku pilin jadi satu. Daripada dibuat ngobrol. Tiang utama gerobaknya aja udah jadi kalian malah ngobrol sendiri,” omelku yang dibalas Ian dengan tawa dan tundukan kepala dari Alva.

“Oh iya Va, bahan…”

“Va? Va siapa?” Ian memotong ucapanku.

“Ya Alva lah, Alvaro Gema” ucapku jelas.

“Panggil aja Gem, Gema. Apa susahnya sih?” Ian menyelidikiku.

“Namaku Gema, bukan Alva” sambung Alva membuatku terkejut.

{Kayaknya kemarin dia biasa-biasa aja aku panggil Alva. Kok sekarang sinis gitu sih}

“Terserahku lah. Toh, minggu la…”
“Gema, namaku Gema” Alva memberikan tatapan udah-turutin-aja-napa?!

“Gak, aku tetep panggil Alva. Lo udah bawa bahannya belum?” ucapku geram jadi berbicara ‘lo-gue’ dengan Alva.

“Lupa” jawabnya singkat, padat, jelas.

“Dih, ya udah kalo gitu, tugas lo sama kayak Ian” suruhku dengan nada sebal.

Ian yang berada di tengah pun menoleh padaku lalu pada Alva beberapa kali. Sampai akhirnya dia berkata, “Kalian kayak punya dendam masing-masing deh. Mbayangin minggu lalu kalian tengkarnya kayak gimana ya, apalagi gue gak masuk”

{Kemarin elo gak ada malah kagak tengkar, Bangke} batinku sambil mencibirkan bibir.

“Dih, lo kok jadi ikut marah sama gue sih Al”

“Gak tau, badmood” ucapku cepat.

Dan jadilah selama mengerjakan tadi aku hanya diam.

Sedangkan mereka malah asik bercanda ria sambil mengerjakan tugasnya dengan santai.

{Lambat banget. Tugas gini doang aja} batinku menunggu potongan kertas koran lagi dari mereka.

“Al, lo kok kerja sendiri?” Lisa menepuk pundakkulalu duduk di sebelahku, di kursinya Dita.

“Iya nih, bawel banget tuh dua anak” cibirku sambil menarik salah satu potongan koran lalu memilinnya dengan pelan.

“Sabar ya, tapi enak lho bisa sekelompok sama cowok. Lo bisa jadi deket sama salah satunya atau malah dapet keduanya” ujar Lisa polos.

IDIOT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang