Bab Tujuh

13.1K 1.3K 65
                                    

@YJskPresent.

。。* 。。

Kedatangan Jaejoong di sambut hangat oleh Yoo Eun Hae, istri dari paman Kim Jong Kook. Wanita yang masih cantik di usia kepala empat itu membuka pintu lebar melihat siapa gerangan tamu yang berdiri di luar pintu rumahnya.

"Selamat malam Bibi." Jaejoong memberi salam kelewat bersemangat. Wanita muda itu berdiri di sana bersama tiga bocah di sisi kanan dan kirinya yang menatap Mrs. Kim gusar.

"Jongie," Buru buru, Mrs. Kim membuka pintu lebih lebar untuk menyambut keponakan yang ia khawatirkan. "Aku pikir kau tidak akan datang. Heechul mengatakan jika suamimu... "

"Jangan ungkit dia." Jaejoong menyahut. Untuk saat ini ia tidak ingin mengingat suami tampan yang menyebalkan itu ketika ia sudah berhasil kabur dari rumah.

Menerobos masuk seperti biasanya, Jaejoong mendorong Daehan Minguk Manse untuk masuk ke dalam. "Beri salam kepada Nenek cantik anak-anak."

Ketiga pasang mata bocah itu menatap Mrs. Kim dengan pandangan penasaran khas bocah. "Nenek?"

"Ya. Ibu dari Mommy, beliau Bibi Mommy sebenarnya." Mrs. Kim tersenyum mendengar keponakannya itu berceloteh ria menjelaskan kepada anak dari suami Jaejoong itu. "Jadilah anak baik, berikan Nenek baru kalian pelukan serta ciuman perkenalan."

Dengan sikap malu malu ketiganya menunduk memberi salam.
Mrs. Kim membungkuk untuk menyapa mereka dengan tangan terbuka lebar "Mereka anak-anak yang manis." Tidak heran mengingat ayah mereka yang tampan. Kepada triplet wanita itu berkata. "Kalian mau mencoba kue yang Nenek buat, sangat banyak sampai Nenek tidak bisa menghabiskannya seorang diri."

"Godaan yang tidak akan mereka tolak." ujar Jaejoong melihat keantusiasan pada wajah mereka sebelum teriakan serempak triplet menggema.

Kim Jong Kook yang terkejut mendengar teriakan itu berjalan keluar dengan tergesa. "Aku mendengar suara anak-anak," Pria itu berhenti di ambang pintu menuju ruang tamu, "Jongie, kau kah itu?" Pria yang sudah Jaejoong anggap sebagai ayah itu menyapa. "Jongie. Senang melihatmu, sayang." Pria itu memeluk keponakannya erat. "Aku sangat menghawatirkanmu, setelah apa yang Chuli ceritakan padaku kemarin, aku pikir kau tidak akan datang."

Jaejoong melempar tatapan galak kearah sepupunya yang duduk di sofa ruang tamu bersama Hankyung. "Papa memintaku menceritakan semuanya jadi aku mengatakannya." sahut Heechul tanpa rasa bersalah dari tempat wanita itu duduk.

"Dasar tukang gosip, tidak bisakah kau menutup mulutmu." Meraih bantalan sofa, Jaejoong melempar bantal itu tepat mengenai sasaran.

"Tidak. Aku tidak bisa." sahut Heechul.

Jaejoong sudah akan meraih bantal di sisi lain sofa saat ia menyadari keberadaan seseorang duduk di antara mereka. Sosok pria yang juga tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan terkejut seperti dirinya.
Shim Changmin. Bagaimana bisa pria itu berada di sini.

Hening.
Pemuda itu berdiri kikuk sambil tersenyum kearahnya. "Hai."

Jaejoong membeku. Tidak mungkin pria itu berada di sini, di korea. Cengkraman tangan Jaejoong mengerat, sampai buku buku jarinya memutih. "Changmin?"

Pemuda itu tersenyum kearahnya. Senyum itu begitu lebar namun ada kegetiran yang terlihat jelas di bibir yang pernah ia nikmati itu.

It's (not) A Perfect WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang