Bab 16

2.1K 205 33
                                    

Sampai di sekolah, mereka semua turun dari mobil Audric. Harris yang melihat gerobak aka mobil tahu bulat di depan sekolah langsung bersorak kegirangan.

"Giooo, beliin gue tahu bulat!" seru Harris.

"Gue juga mau, Kak!" timpal Giselle.

"Nasib gue gini amat ya," ucap Gio pelan.

"Lebay lu. Tahu bulat murah kok. Cuma 500an," ucap Harris. "Oh ya, titipan gue kemaren jangan lupa ya!" lanjutnya begitu teringat.

"Hm."

Yang lain tertawa melihat muka melas Gio. Mereka semua pun berjalan ke tempat di mana tahu bulat dijual.

Begitu jarak mereka kira-kira 50 meter, terdengar suara abang-abang menyanyikan sebuah lirik dari pengeras suara.

"Tahu Bulat, digoreng dadakan, 500an, anget-anget, gurih-gurih, enyooooiiii."

Begitu suara yang terdengar dan diulang-ulang terus hingga mereka semua sampai hafal liriknya.

"Bang, tahu buletnya 5 ribu, 2 ya," ucap Gio kepada abang-abang penjual tahu bulat yang diketahui bernama Ujang.

"Tunggu ya, Dek," ucap Ujang sambil menggoreng tahu bulat.

"Iya, Bang."

Sembari menunggu matangnya pesanan Gio, Audric dan Melody udah mojok untuk berduaan.

"Ada apa, Kak? Kenapa ngajak aku ke sini?" tanya Melody polos tapi mau.

Audric nyengir. "Nggak ada apa-apa sih sebenernya," jawabnya lalu terdiam sebentar. "Ehm, Dy?"

"Ya?"

"Woi, Dric! Lo ngapain di sini sama Ody?" sela Gio. Tiba-tiba saja, Gio udah ada di antara mereka. Tanpa aba-aba, tangan Gio udah hinggap di bahu Melody.

"Ody jangan sama Audric ya! Sama Kakak aja."

Yang pasti, saat ini, wajah Melody udah semerah cabe-cabean. Siapa yang gak melting dirangkul sama orang tampan? Coba bayangin deh, Gio yang mirip sama Lucky Blue Smith, ngerangkul kalian. Langsung pada pingsan tuh.

Ehem, back to topic.

Akhirnya, mereka berdua digiring kembali ke tempat semula. Pesanan milik Harris dan Giselle telah jadi. Dan mereka semua pun masuk ke kelas masing-masing karena bel sudah berbunyi.

***

"Giooo! Pesenan gue mana?" tanya Harris begitu ia duduk di kursinya. Harris masih memakan tahu bulatnya.

"Nanti," jawab Gio singkat, padat, dan nggak jelas.

"Ck. Di pikiran lo cuma makan doang," timpal Audric.

"Makan itu enak. Bagaikan surga."

"Iyain aja deh."

"Yuhuuuu! Ibu guru canteks datang!"

Hening. Murid-murid yang ada di dalam kelas mendadak mengheningkan cipta.

"Hellowwww! Gue mau ngajar keles. Jangan dikacang. Buka buku halaman 94 kuy," ucap guru itu lagi.

"BuAya hari ini nggak usah ngajar ya. Kita semua lagi stress nih. Ya gak gaes?" celetuk Dion, sang ketua kelas.

"Iya, BuAya," koor murid-murid.

"Anjay. Kalian ini kompak amat. Ya udah sih, tapi sehari ini aja ya."

"Iya, BuAya."

"Stop panggil gue BuAya, please. Udah gue bilangin berapa kali juga. Gue ini bukan ibu-ibu juga bukan buaya. Jadi, cukup panggil Kak Aya. Okay?"

"Iya, BuAya."

"Bagus---eh? Kak Aya, gaes."

"Iya, Kak Aya."

"Nah, pinter. Ya udah, gue tinggal ya. Yang rame juga gapapa," pamit Aya lalu melesat keluar dari kelas. Murid-murid pun bersorak kegirangan karena jam kosong adalah surga dunia.

***

Haiiii! Siang guys! Cepet kan apdetnya😁😁 #akibatgabut

Lama-lama selera humor gue retjeh ya lord. Jadi maapkeun.

See you! Xx

Tai & NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang