d

3.2K 365 11
                                    

"Apa aku boleh menyimpannya?"pinta Ahra pada Xiumin.

"Tentu saja."ujar Xiumin yang kemudian bangkit dari ranjangnya.

"Sebaiknya kau bangunkan yang lain, aku tak yakin kalau nanti kita tidak akan terlambat."ujar Xiumin sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

"Siap Tuan Muda Xiumin!"ujar Ahra semangat membuat Xiumin tersenyum senang.

Ahra pun keluar dari kamar Xiumin dengan langkah riang, menuju kamar selanjutnya. Namun ketika ingin mengetuk kamar yang ada di sebelah kamar Xiumin pergerakan Ahra terganti.

"Pintu putih lambang kuda bertanduk..."gumam Ahra menyentuh ukiran lambang yang ia gumamkan pelan.

Sebuah perdebatan antara mengetuk atau tidak pun terjadi di hati Ahra. Ini sudah dua minggu sejak Suho melarangnya membangunkan penghuni kamar ini, tapi apa tuan mudanya yang satu ini tidak lapar?

"Tapi kan kasihan Tuan Muda ini..."ujar Ahra kebingungan sambil menggigit kuku jarinya. Akhirnya dengan pertimbangan sederhana itupun, Ahra pun mengetuk pintu itu pelan. Sangat pelan, bahkan terdengar seperti Ahra menepuk pintu kayu itu pelan.

"Masuk saja, tidak kukunci."sebuah suara samar terdengar dari kamar itu. Ahra pun bernafas lega, meskipun Suho melarangnya masuk, tapi kalau yang memintanya masuk adalah pemilik kamar, bagaimana bisa Ahra menolak.

Ahra pun memutar knop pintu itu ragu dan mendorongnya pelan.

"Tuan...."panggil Ahra lirih dengan kepala yang menyembul di balik pintu.

"Masuk saja, Ahra-ya."ujar Lay yang sedang sibuk merapikan seragamnya di depan cermin besar yang terpajang di sudut kamar.

"Apa aku benar-benar boleh masuk? Kemarin, Tuan Muda Suho melarangku dan tuan muda yang lainnya masuk ke kamar ini. Apa saat ini aku sudah diperbolehkan?"tanya Ahra masih merasa ragu.

Lay pun berbalik dan menghampiri Ahra dengan senyum berlesungnya.

"Ayo, tak apa-apa. Aku sudah sehat."ajak Lay sambil mengulurkan tangannya pada Ahra. Dengan ragu, Ahra menerima uluran tangan itu.

Lay pun mengajaknya masuk ke kamarnya lebih dalam.

"Kenapa kemarin aku tidak boleh kemari?"tanya Ahra kalem, masih menggenggam tangan Lay.

"Aku takut akan menularkan penyakitku."dusta Lay yang sebenarnya takut menyerap kekuatan orang lain yang ada di dekatnya ketika ia sedang memulihkan kekuatannya.

"Tapi kata Tuan Muda Suho, penyakit anda tidak menular."ujar Ahra kebingungan.

"Tak usah dipikirkan, yang terpenting aku sudah sehat sekarang."ujar Lay yang duduk di pinggir ranjang, diikuti Ahra.

"Kalau boleh aku tau, siapa nama anda, Tuan? Hanya anda yang belum pernah aku temui."tanya Ahra.

"Lay, namaku Lay. Sebentar, aku ingin memasang dasiku."ujar Lay lalu mengambil dasinya yang berada di atas nakas samping ranjangnya.

"Bolehkah aku yang memasangkannya, Tuan?"pinta Ahra sambil menengadahkan tangannya ke arah Lay.

Lay pun tersenyum senang lalu memberikan dasinya pada Ahra. Lay juga duduk menghadap ke arah Ahra agar dia mudah memasangkan dasinya. Ahra pun mulai melingkarkan dasi itu dan mulai melipat kain panjang itu menjadi dasi yang berbentuk segitiga yang sempurnya.

Jarak di antara mereka benar-benar sangat dekat. Dan Lay hanya tersenyum tenang menikmati saat-saat seperti ini.

"Apa ini sudah rapi?"tanya Ahra dengan tangan masih memegang dasi Lay yang telah terpasang.

"Ya, sangat rapi."ujar Lay sambil menggenggam tangan Ahra erat lalu tersenyum.

Flashback

"Tangkap aku kalau kau bisa!"teriak Sehun memulai permainan kejar-kejaran di halaman rumah.

"Yak! Sehun jangan berlari terlalu kencang!"teriak Chen yang mulai kelelahan.

BRUUGH

"AHRA-YA..."

"Aku tidak apa-apa, sungguh."ujar Ahra sambil berdiri sebelum teman-temannya menghampirinya. Tangan mungilnya menepuk kecil pakaian putihnya yang sedikit kotor karena terjatuh di atas tanah.

"Tali sepatumu... Biarkan aku yang mengikatnya."ujar Lay yang pertama menghampiri Ahra lalu berlutut di hadapan Ahra.

Dengan telaten Lay mengikat tali sepatu Ahra yang terlepas, inilah yang tadi menyebabkan Ahra terjatuh saat berlari.

Setelah mengikat tali kedua sepatu Ahra, Lay pun mendongak.

"Apa ini sudah rapi?"tanya Lay dengan senyum cerahnya. Ahra pun balik tersenyum dengan mata membentuk sabit kecil yang indah.

"Ya, sangat rapi!"ujar Ahra antusias.

"Ayo, yang lain pasti sudah ingin bermain lagi."ujar Ahra langsung menarik tangan Lay dan menggenggamnya erat.

"Apa Ahra baik-baik saja?"tanya Suho yang menghampiri Ahra juga Lay dikuti yang lain.

"Aku baik-baik saja."ujar Ahra kalem.

"Yak Sehun! Jangan bermain kejar-kejaran, nanti Ahra terjatuh lagi."ujar Baekhyun sabil menyikut pelan lengan Sehun.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?"ujar Sehun sambil mengerucutkan bibirnya lucu.

"Aku juga ingin bermain kejar-kejaran di sini. Di rumah, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Jadi di sini aku ingin berlari sepuasnya."ujar Ahra kecil.

"Tapi bagaimana kalau kau terjatuh lagi?"tanya Kris.

"Kan ada kalian semua, kalian pasti akan menjagaku'kan?"tanya Ahra yang membuat dua belas anak laki-laki itu saling bertatap.

"Ayo! Tangkap aku kalau bisa!"pancing Ahra agar teman-temannya mau bermain dengannya sambil mengambil ancang-ancang akan berlari.

"Yang tidak bisa menangkap Ahra, tidak akan tidur dengan Ahra."sebuah suara berat tiba-tiba ikut menyahut.

"Appa! Apa aku akan menginap di sini?"tanya Ahra bersemangat. Pria paruh baya itu tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya.

"YEEAAAYY!!! Ayo bermain!"teriak Ahra yang langsung berlari dan dikejar oleh teman-temannya.

"Aku akan menyiapkan makanan untuk anak-anak. Lihatlah, Ahra begitu bersemangat di sini. Berbeda saat di rumah sakit."sahut seorang wanita, ibu Ahra yang membuat ayah Ahra berbalik.

"Aku merasa bersalah mengekang Ahra, aku menjadi sangat jarang bertemu Ahra karena eksperimen-eksperimen ini."ujar ayah Ahra.

"Tak apa sayang, semua ini demi kesembuhan Ahra."



✖✖✖

oke ini semakin absurd seperti ff daku yang lainnya :D tapi ide terus bermunculan untuk ff ini, dan lagi-lagi ini harus menjadi short chapter ;v

makasih buat yang uda rekomin ff fantasynya, insyaallah bakalan aku baca

Who's The Lucky One?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang