k

2.4K 268 18
                                    

Mereka semua berkumpul di meja makan berniat membahas soal keamanan Ahra dalam mansion ini.

"Ahra tidak aman di sini."ujar Chen membuka percakapan di antara mereka bersembilan.

"Kita bahkan sudah memilih mansion di tengah hutan, kenapa mereka masih dapat melacak kita?"sahut Xiumin resah.

"Apa karena aroma tubuh Ahra?"tanya Baekhyun.

"Mereka manusia biasa, Baekhyun."sahut Suho.

"Tapi, bagaimana mereka mengetahui keberadaan kita?"tanya Lay.

"Apakah Luhan hyung dan yang lain yang memberitahu keberadaan kita?"Chanyeol menambahi.

"Jangan bicara yang tidak-tidak Chanyeol. Bukankah kita sudah berjanji untuk selalu menjaga Ahra? Tidak mungkin mereka membahayakan Ahra."ujar Dyo.

"Tidak. Luhan hyung, Kris hyung bahkan Tao tidak akan mengkhianati kita semua."Sehun yang sedari tadi diam tiba-tiba berteriak sambil menggebrak meja makan. 

"Yak, Sehun!"ujar Kai yang ikut bangkit akan mengejar Sehun tapi Suho menahannya. Kai menatap bingung Suho.

"Biarkan dia."ujar Suho dalam telepati yang didengar oleh Kai. 

Kai pun kembali duduk.

"Apa yang harus kita lakukan? Terlalu beresiko untuk meninggalkan Ahra sendirian."ujar Xiumin yang menggenggam erat tangannya sendiri.

"Bagaimana kalau kita membawanya bersama kita?"ujar Baekhyun dengan sebuah ide.

"Maksudmu?"tanya Chen.

"Ahra akan bersekolah."celetuk Kai.

"Tapi, apa kau yakin? Maksudku, Ahra tidak pernah melihat dunia luar secara langsung."ujar Suho dengan rasa khawatir yang memuncak mendengar ide gila Baekhyun dan Kai.

"Apa kau ingin mengurungnya di sini, hyung? Kau sama saja seperti mereka yang membiarkan Ahra menderita seperti kita di rumah itu."sahut Chanyeol.

"Chanyeol benar, kita tidak punya hak menahan Ahra. Setidaknya kita harus memberinya suatu kebebasan tanpa melanggar batasannya."ujar Xiumin bijak.

Suho menghela nafasnya panjang. 

"Baiklah, aku akan mengurus semuanya."  

Sehun's POV

Tak ada banyak tempat yang bisa aku tuju di sini selain hutan ini. Hutan yang mengelilingi mansion besar kami. Beberapa kali aku menyusuri hutan ini sendiri dan mendapat santapan berupa rusa atau kelinci yang berkeliaran.

Aku melihat sebuah tanah lapang dengan rerumputan tinggi tidak jauh dari mansion. Aku bisa melihatnya dari atas pohon pinus yang kunaiki saat ini.

Aku menatapnya lama, aku melamun lebih tepatnya. 

Dalam ingatanku masih jelas ketika aku diseret ke sebuah tanah lapang bersama Luhan hyung dan Tao. Mungkin kami akan dieksekusi. Tapi untungnya, Kris hyung datang menyelamatkannya kami meskipun pada akhirnya tiga dari kami diculik.

Ya, kami memang mendapatkan Ahra kembali, tapi sebagai gantinya mereka bertigalah yang menjadi jaminannya.

Srek

Pendengaranku menangkap sebuah suara dari arah belakangku. 

Aku pun segera melompat turun memeriksa sekitar. Tak ada apapun.

Srek... Srek...

Aku menoleh cepat dan melihat sebuah makhluk berbulu sedang menatapku tenang. Tenang? Benar, tenang. Tak ada raut buas dari wajahnya, meskipun aku tau seekor serigala tidak akan mendekat kecuali pada mangsanya.

Aku pun menjadi waspada. Aku yakin, serigala ini pasti bukan serigala biasa. Bulunya abu-abu dengan tubuh besar yang tidak biasa untuk seekor serigala. Aku menatapnya tajam, dan dia seakan-akan membalas tatapanku dengan tatapan tenangnya.

Aku lengah, serigala itu tiba-tiba berlari kearahku dengan cepat dan melompat ke arahku. Taring dan kuku menajam berniat menyerang balik tetapi aku salah, dia hanya melompat melewati diriku dan berlari menghilang.

Tunggu, arah berlari serigala itu....

Sial, dia mengarah ke mansion.

Ahra's POV

Mataku masih terasa berat. Tapi aku tidak mau tidur lagi. Aneh, luka di leherku telah hilang. Tak ada lagi rasa sakit atau nyeri yang menjalar di leherku.

Aku menyentuh leherku memastikan bukankah aku benar-benar memiliki luka tadi?

Hari sudah sore, langit masih kemerahan dengan matahari yang akan tenggelam di ufuk barat.  

Aku bangkit dari ranjangku menuju jendela kamar. Tapi niatku untuk menutup korden jendela tertunda ketika aku melihat sesuatu di balik kaca jendela yang mengarah lanngsung ke pepohonan. 

Entah apa aku yang sedang berhalusinasi atau penglihatanku buruk, aku melihat seekor serigala.

Kepalaku tiba-tiba pusing, penglihatanku seakan pudar dan memperlihatkan sesuatu. Rasanya seperti deja vu. Tapi kenapa? 

Aku kembali menatap ke luar. Serigala itu tidak ada. Aku pun membuka jendela kamarku berniat mencari sosok makhluk berbulu itu lebih jelas. Tapi sebelum aku benar-benar menemukannya aku mendengar kamar diketuk oleh seseorang.

Aku pun menutup kembali jendela kamarku dan beralih pada pintu kamar.

"Ahra-ya, saatnya makan malam."ujar Tuan Muda Lay berdiri di hadapanku.

"Baiklah."ujarku menunduk patuh.

Aku pun berjalan menuju ke lantai dasar bersama Tuan Muda Lay. Canggung. Tidak ada di antara kami yang memulai pembicaraan.

"Ahra-ya..."

"Ya?"ujarku menjawab dengan sigap.

"Apa kau mau pergi bersekolah?"

Aku diam. Tak ada dalam benakku hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Bahkan aku tidak ingat apa aku pernah pergi ke sekolah dahulu, sebelum aku kehilangan ingatanku.

"Apa... Apa aku dulu pergi ke sekolah?"tanya sedikit takut memang.

Helaan nafas Tuan Muda Lay terdengar keras di telingaku.

"Dulu kau hanya sekolah privat."jawab Lay.

"Kenapa pelayan sepertiku juga bersekolah?"tanyaku sedikit penasaran dengan pertanyaan dadakan Tuan Muda yang satu ini.

"Bahkan membaca buku saja aku tidak bisa?"ujarku menambahkan alibi.

"Lihat, aku tidak mengerti tulisan ini."ujarku menunjuk sebuah tulisan di sebuah buku di rak.

"Apa ini? Mereka tidak bisa kubaca, si amas me serva ma."aku tiba-tiba menutup mulutku. Bagaimana kata ini bisa kubaca? Tuan Muda Lay terkekeh kecil.

"Kau tau artinya bukan?"tanya Tuan Muda Lay dalam bahasa yang tidak kuketahui darimana, tapi aku mengerti apa yang dia katakan.

"Jika kau mencintaiku, selamatkan aku."jawabku tanpa sadar berbicara dengan bahasa yang digunakan Tuan Muda Lay.

"Ya, tapi bukan aku saja tapi kami semua."gumam Tuan Muda Lay yang masih terdengar setelah dia mendahuluiku.

Apa maksud dari semua ini?


 

hohoho, bener-bener ruwet ;v



Who's The Lucky One?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang