PART 1 : ONLY NARUTO

5.4K 346 9
                                        

"Naru-nii, kenapa Naru-nii harus keluar dari sini? Apakah Naru-nii sudah nggak sayang Nato lagi? Nato mau ikut Naru-nii aja," rengek bocah yang belum genap berusia 10 tahun itu. ia tengah melihat sang kakak mengemasi barang-barangnya.

"Suatu saat kamu akan mengerti tentang keputusan Niisan Nato. Tunggulah saat itu tiba, maka Niisan akan datang kembali utuk Nato dan Dei-chan. Bukan hanya Niisan tapi Kyuu-Nii juga akan tinggal bersama kita. Tapi, Niisan ingin Nato sabar. Untuk saat ini Niisan belum bisa jika harus membawa Nato."

Naruto coba menerangkan sebisanya pada ototo-nya. Nagato. Naru juga sempat melihat adiknya yang lain di depan pintu kamarnya.

"Dei-chan," panggil Naruto lirih. Ia dapat melihat secarik kekecewaan di mata adiknya itu. tapi, semua itu tak cukup untuk menghentikan niatnya untuk pergi, "Selama Niisan nggak ada dirumah, Dei-chan tolong jaga Nagato ya?"

Anak laki-laki berusia 15 tahun itu mengangguk walau dengan ragu. Deidara tak pernah tahu apa yang kini dialami kakak keduanya itu. Mereka mengantar kepergian Naruto dengan ekspresi terluka.

"Niisan janji akan segera kembali," janji Naruto sebelum meninggalkan Misshon megahnya. Deidara dan Nagato hanya mengagguk mencoba mengerti.

-0O0-

Naruto POV

Aku berjalan menjauhi Misshon yang selama ini menjadi tempatku bernaung. Aku memutuskan untuk pergi dari sini. Dari Konoha. Aku akan mengubur masa lalu yang menyeretku dalam kelam. Aku akan menemukan Kyuu-nii dan akan membawa adik-adikku pergi dari neraka itu.

Ah ya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Namikaze ah tidak, namaku Naruto, hanya Naruto. Kalian heran? Karena aku telah membuang marga Namikaze maupun Uzumaki. Untuk apa memakai nama dari orang yang nggak sudi kamu ingat lagi, iya kan? Aku masih ingat bagaimana malam itu orang yang seharusnya menjadi panutanku menghancurkan semua kepercayaanku. Awalnya aku mencoba bertahan, tetapi aku telah mencapai limitku.

Kini aku terus melangkahkan kakiku. Walau lemas tak terhingga dan tak kan kurasa. Jika hanya jarak dapat mematahkan semangatku, bagaimana aku akan menyatukan saudara-saudaraku? Oh ya, aku harus menemui Kyuu-nii. Berbekal secarik kertas yang dulu diberika oleh niisan sebelum pergi dari rumah, aku menyusuri jalan setapak demi setapak. Aku harus menemuinya. Ah, nggak-nggak! Jika aku menemui Kyuu-nii dengan keadaanku yang seperti ini, aku hanya akan membebaninya saja. Kalau begitu........... ah, kesana saja.

Naruto POV END

-O0O-

"Na... Na.... Naruto?," teriak seorang pemuda yang cukup imut dengan tanda segitiga merah yang terpasang terbalik dengan cantik di pipinya. Naruto hanya tersenyum canggung. Naruto memasang puppy eyes untuk menghindari amukan pemuda didepannya, " Hufft... nanti saja ceritanya. Sekarang masuk saja dulu. Tapi ingat! Dilarang ngiler!"

"Yaks Kiba! Siapa juga yang ngiler? Awas aja, aku buat kamar kost mu ini banjir," ujar Naruto seraya melenggang masuk dengan wajah tanpa dosa. Kiba hanya bisa menekuk wajahnya. Walau dalam harinya, Kiba merasa sedikit lega dapat melihat senyum -tawa- sahabat blonde-nya itu.

Kiba keluar dari dapur dengan dua cup ramen instant dengan asap yang masih mengepul. Melihat itu wajah Naruto menjadi secerah mentari. Aroma ramen telah memasuki hidung Naruto yang terlihat kembang kempis. Kiba hanya mendengus geli. Dasar.....

"Ramen freak..."

"Diamlah Puppy! Biarkan aku menikmati belahan jiwaku ini terlebih dahulu," jawab Naruto tanpa menghentikan acaranya menyantap cup ramen yang kedua. Kiba menatap bosan keasyikan Naruto. Melihat Naruto yang telah menghabiskan makanannya, Kiba langsung menatapnya. Menatap penuh rasa menuntut walaupun dengan wajah yang terlihat lucu.

"Aku memutuskan keluar dari neraka itu Kiba. Sekarang, yang aku butuhkan itu pekerjaan," ucap Naruto dengan senyum kecil.

"Bodoh..."

"Eh?"

"Kau bodoh Naru! Kita bersahabat sudah lama, jadi kamu nggak usah membuat senyum palsu yang jelek kayak gitu." Senyum yang sedari tadi terpasang di wajah chuby Naruto lenyap. Mendung mulai menggelayuti mutiata shapire secerah langit tanpa awan itu. isak kecil mulai terdengar pilu.

"Hiks... Hiks... Ki..ba. kau sahabatku kan? Kau tak akan menyakitiku kan? Kau tak akan menghianati bersahabatan kita kan? Kiba?," tanya Naruto ditengah isak tangis yang berusaha ia bendung. Kiba memeluk sahabatnya dengan lembut. Mencoba menyalurkan sebuah jawaban tanpa kata. Bahwa ia akan selalu ada dipihak si blonde.

"Tanpa ku jawab pun kau pasti tahu jawabanku Naru. Sampai kapanpun aku akan selalu ada dipihakmu."

"Kenapa ini semua terjadi padaku Kiba? Kenapa? Tou-san, kaa-san, mereka juga. Kenapa mereka begitu jahat padaku Kiba? Apa...."

"Aku tahu Naru... Aku tahu... Sudah cukup jangan dibahas lagi!"

Naruto masih terisak pelan. Dunia begitu mengerikkan baginya. Rasa cinta, sayang, juga percaya hanya menjadi dongeng pengantar tidur baginya. Kini, senyuman serta tawa yang menjadi chiri khasnya telah tertelan gerhana. Entah sampai kapan gerhana akan menutupi sinarnya yang bagai mentari. Hingga gelap menelannya dalam keheningan. Kiba yang merasakan beban tambah dibahunya hanya menghela nafas masgyul. Ia berharap esok pagi akan terasa lebih hangat.

-O0O-

Pagi yang hangat muncul dipermukaan. Malam yang gelap tak lagi tampak. Hangatnya sinar mentari pagi menembus kusen jendela apartemen sederhana milik si pencinta anjing.

"BAKANARU....... CEPAT BANGUN ATAU RAMENMU AKU HABISKAN," teriak Kiba memecahkan keheningan yang masih tercipta. Naruto yang masih mandi segera bergegas tanpa menyadari bahwa ia belum memakai pakaiannya.

"Kiba... Pliisss..... jangan pisahkan aku dengan kekasih abadiku dong! Kamu tega banget sih...," rengek Naruto dengan mengembungakn pipinya yang bergaris kumis kucing lucu. kiba yang semula membelakangi Naruto mulai mengarahkan pandangannya dengan tatapan horor.

"Pakai bajumu baka!" Kiba menjitak kelapa berambut kuning cerah itu.

"Itai yo Kiba...." ringis Naruto seraya masuk kembali kekamar untuk memakai bajunya. Berapa saat kemudian Naruto keluar dengan pakaian semi formalnya. Kemeja jingga dengan aksen hitam serta celana hitam. Hari ini Naruto ingin melamar sebuah pekerjaan ditempat si puppy bekerja.

"Kalau keterima, jangan buat ulah Naru! Ngerti?"

"aku mengerti Kiba doggy."

"Satu lagi."

"Apa lagi Puppy? Aku ingin memakan dan menikmati setiap rasa pada ramenku tercinta. Kamu kok cerewet."

"Naru...," suara Kiba berubah serius. Naruto mengangkat sebelah alisnya tanda tak mengerti." Jangan bohongi perasaanmu lagi. jika kamu nggak suka, maka lawan! Jangan diam! Mengerti Naru?"

"Hmmm..... apa nggak kebalik? Kan yang biasanya ceroboh?"

Akhirnya pagi yang biasannya hanya berisi helaan nafas sang pemilik kamar kini heboh dengan adu mulut si pecinta anjing dan si maniak ramen. Tapi, sampai kapan seyum dan tawa itu akan terjaga?

TBC

Dimanakah itu? Adakah yang tahu? Seperti apakah masa lalu Naruto? Dan apa yang akan terjadi pada Naruto? Bagaimana kehidupan Naruto selanjutnya? Penasaran??????? Enggak? Ya udah.

Rahasia dibalik kehidupan Naruto yang author sendiri nggak tahu #ditendang Naruto. Sampai disini dulu ya? Hoi hoi hoi dadadadadadadaaaahhhhh........

THE LAST POWERWhere stories live. Discover now