Pertemuan Kedua

127 12 3
                                    

Samantha sangat menyukai apartemen barunya.

Thanks to Jo for this apartemen!

Jo itu sepupu Sam yang memiliki perusahaan di bidang properti. Jadi tidak susah bagi Sam untuk meminta satu unit apartemen president suit dari Jo. Bahagianya Sam, ia tidak perlu repot-repot membayar uang apartemen setiap bulan karena apartemen ini adalah hadiah dari Jo atas kepulangan Samantha.

"Mbak Samantha. Tas ini saya taruh dimana ya?"

"Taruh di depan tv saja Jingga."

Samantha memang meminta Jo untuk mengisi apartemennya dengan segala peralatan yang diperlukan. Dan Jo dengan senang hati membantu Sam. Bagi Jo, Sam sudah ia anggap adik perempuannya sendiri.

Keluarga Pradhika kebanyakan didominasi laki-laki dan Samantha merupakan salah satu perempuan yang ada dalam jajaran keluarga Pradhika, selain Abby. Jadi tidak heran bila Jo terlalu memanjakan adik sepupunya itu.

"Saya kira Mbak Samantha baru bilang mau pindahan kemarin. Tapi apartemen Mbak udah keisi gini."

Samantha hanya membalas dengan senyuman kecil.

"Ada sepupu yang punya bisnis properti, jadi saya minta dia cariin apartemen yang udah ada perabotannya." kata Sam, gadis itu menuju ke Kitchen Island lalu menuangkan jus jeruk ke dua gelas. Untuknya dan Jingga.

Setelah kedua gelas itu terisi penuh oleh jus, Sam kembali ke sofa, duduk di sebelah Jingga yang tengah membuka majalah VOGUE.

"For you Jingga."

"Thanks Mbak."

"Fyi, Jingga. Saya capek ngomong baku. Gimana kalau kita panggil masing-masing dengan 'gue-lo' saja?"

Jingga mengangguk mengiyakan.
"Oke, gue juga capek ngomong baku. Btw, usia lo berapa Sam?"

Samantha mengibaskan rambutnya lalu tersenyum kecil.

"Dua puluh, lo?"

"Dua puluh lima." kata Jingga yang membuat Sam membulatkan matanya. Terkejut.

"Gue pikir lo sekitaran dua puluh satu or something. Ternyata gue yang harusnya manggil lo Mbak Jingga ya." kata Samantha disertai kekehannya yang khas.

"Don't call me Mbak. Nggak ada satupun orang yang berani manggil gue Mbak. Just call me Jingga."

"Oke oke, Jingga."

"So Sam, kalo lo nggak mau nerusin bisnis nyokap lo, lo bakal kerja apa?"

Butuh beberapa detik bagi Sam untuk menjawab pertanyaan Jingga.

"Sebenernya gue punya temen, dia fashionist artis gitu. Dan katanya salah satu artis kenalan dia ada yang butuh fashionist."

Jingga memekik seperti ingat sesuatu. Lalu Jingga menggelengkan kepalanya.

"Kayaknya gue tahu siapa artisnya." kata Jingga.

"Dan menurut gue, lo mending lanjutin bisnis nyokap lo Sam. Daripada jadi fashionist artis itu." Lanjut Jingga, menatap Samantha dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa?"

"Begini. Artis itu, adik gue. Adik sepupu gue lebih tepatnya. Namanya Arraya Airlangga. Nama beken dia si El. Dia penyanyi, kaya orchesta gitu jadi lebih sering pakai jas karena seringnya dia nyanyi sambil main piano."

"Jadi apa yang salah dengan hal itu, Jingga. Gue nggak paham?"

Jingga menghela napas. Lalu menatap Samantha. Memegang kedua bahu Sam dan menatap gadis itu tepat di mata.

Ma AntifansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang