Orion dan Artemis

96 9 4
                                    

author note :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

author note :

nikmatin aja, mungkin besok2 saya bakal jarang update.

-_-_-_

MENTARI menyusup lewat tirai-tirai, menyirami kamar itu dengar sinar kemilaunya. Seseorang yang tengah bergumul di balik selimut tebalnya sedikit terusik karena cahaya matahari. Tidak lama setelahnya, ia terbangun dari tidurnya dengan terkaget-kaget.

"ARRAYAAAAA!!! BANGUN!!!"

Arraya segera menyibak selimutnya, mengacak rambutnya sepintas. Lalu melihat jam digital di nakas tempat tidur dan langsung melotot.

"Sialan, telat banget!"

"ARRAYA AIRLANGGA!!"

"Iya iya Samantha, gue udah bangun!"

***

"Gimana sih lo, janjian sama promotor jam tujuh, dan sekarang lihat udah jam delapan. Kita telat satu jam Arraya, kalau lo lupa," omel Samantha.

Gadis itu mendumal ini itu, mengatakan kalau orang Jerman tidak akan pernah menolerir kata telat. Dan segala tetek-bengek tentang jam karet Indonesia, dan mulai membanding-bandingkan antara Jerman dan Indonesia yang sebenarnya hanya masuk sepintas dari telinga kanan Arraya lalu keluar lewat telinga kiri.

"Denger omongan gue? Pokoknya besok, nggak mau tahu, harus bangun pagi! Gue nggak mau ya sampe telat kaya gini lagi."

"Tenang Sam," kata Alvina, mencoba menengahi, "gue udah kabarin pihak promotor kok." Lanjutnya.

"Nih ya, untung lo punya Alvina, kalau enggak, kelar idup lo, Arraya."

Diam-diam Arraya tersenyum tiba-tiba niat meledeknya timbul, "Peduli banget sama gue Sam."

"Apaan sih. Ini tuh namanya profesionalitas."

"Yang penting kamu peduli sama aku, beib."

Samantha melotot, "Sinting lo ya? Gue bukannya peduli, kalau konser batal, siapa yang rugi? Gue bakal rugi Arraya. Bakal dapet duit darimana gue? Dih!"

Alvina malah tertawa melihat kelakuan bos dan teman setimnya itu.

"Pino, ngapain lo ketawa?"

"Lucu aja liat lo sama si El berantem mulu, kaya kucing sama anjing."

Samantha mendecakkan lidah, "Receh lo."

Arraya mendekat ke Samantha, merangkul bahu gadis itu. "Yang penting gue kucingnya ya Alvin, si nyonya besar ini biar jadi anjingnya."

"Haha, lucu. Lepas," omel Samantha sambil melepaskan rangkulan Arraya di bahunya.

Arraya malah terkekeh, lalu melepas rangkulannya dari bahu Samantha.

"Bikin lo kesel itu jadi salah satu hobi gue, Samantha."

Samantha menyumpahi Arraya dalam hati, tapi yang dikeluarkan oleh gadis itu hanyalah dengusan, "Serah lo deh."

Ma AntifansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang