Abu-Abu

25 5 3
                                    

Warning : 17+ jangan dibaca kalau kalian masih dibawah umur
-----------------------------------------------------

Who do you think you are?
Running 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart

-Jar of Heart
------------------------------------------------------
"Oi! Bengong mulu, kesambet setan ya?"

Samantha tak mengindahkan kata-kata Arraya. Gadis itu masih memandangi kepulan asap putih dari cangkir kopi di hadapannya. Ramalan kemarin mau tidak mau membuat Samantha berpikir kembali mengenai masa-masa bahagianya di New York, bersama dia.

Tentu saja mengenang mengenai dia bukanlah hal yang sehat untuk dilakukan. Selalu saja ada pisau penggores hati, setiap Sam mengingat momen-momen bahagianya.

Mungkin memang benar, mereka tidak ditakdirkan bersama. Semesta mungkin menentang mereka. Dari awal Samantha tahu ada tembok tinggi tak kasat mata yang memisahkan mereka. Atau mungkin--

"Gue nggak suka liat lo murung, Sam," ujar Arraya sambil menggenggam tangan gadis itu.

Mata Sam bersirobok dengan milik Arraya. Keduanya terdiam dengan tangan yang masih bertautan.

"Soal cewek New York yang pernah lo omongin kemarin, dia Ava. Teman satu kampus dulu, kami cukup dekat sejak kuliah. Dia tahu gue butuh dihibur and she did it perfectly. Sampe akhirnya gue tahu kalau dia sama aja kaya orang lain."

Samantha menyimak dalam diam. Ia hanya tidak ingin membuat Arraya berhenti bercerita padanya. Ia mau menjadi pendengar baik Arraya.

"She cheated on me. Dan lo pasti tau, gue bukan orang yang bisa mentolerir hal itu."

"Itu pasti hal yang berat bagi lo, karena gue juga pernah ngerasain gimana rasanya dicurangin oleh seseorang yang gue pikir bakal jadi pendamping gue untuk selamanya. Gue pikir dia itu pelabuhan terakhir, gue pikir dia yang bakal nemenin gue dalam setiap momen hidup gue."

Suara yang Samantha keluarkan semakin lama semakin lirih, sebulir air mata keluar dari kedua mata indah gadis itu, berderai-derai. Sudah lama Samantha tidak semellow ini.

"Gue mungkin nggak akan sehancur ini kalau perempuan yang 'main belakang' sama dia itu bukan orang yang gue kenal. The fact is, gue kenal banget sama perempuan itu. She is one of my beloved friend. And now, she was one of my beloved friend. Because, she made it, on purpose. Dia cinta sama Azriel, sejak SMA," kata Samantha, nada gadis itu terdengar menyayat.

"Then?"

Samantha melepas tautan tangannya dengan Arraya. "He disappear, tanpa ngejelasin apapun, dia ngilang ninggalin gue tanpa penjelasan apapun, Ar."

Kepala Samantha menunduk, mati-matian menahan isakan. "Padahal gue cuma butuh dia ngejelasin, gue cuma butuh penjelasan, nggak lebih. Mungkin gue bakal kecewa sebentar, tapi gue yakin bakal maafin dia. Kita udah prepare buat nikah, tapi dia ngilang gitu aja."

Arraya meraih tangan Samanta, mengusapnya lembut. Berharap dengan hal itu Samantha bisa lebih tenang.

"And now, he come back like a hurricane. Tiba-tiba nanyain keadaan gue ke semua sahabat gue di New York. Kalau aja itu beberapa tahun lalu, gue mungkin bakal nerima dia dengan tangan terbuka. Tapi, sekarang ini, keadaannya beda. Gue sama dia nggak bakalan bisa bareng lagi. Hati gue itu bukan pintu minimarket, yang bisa seenaknya dimainin."

"Yang lo lakuin udah bener, Sam. Tapi, berusaha ikhlas ya? Kalo lo masih ngerasain rasa sakit di hati lo, berarti rasa itu masih ada Sam, meskipun cuma secuil. Dengan berusaha ikhlas lo bakal lebih tenang. Beban lo bakal berkurang," kata Arraya.

Ma AntifansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang