Neraka bagi Samantha

99 11 0
                                    

SETIAP pagi yang menjadi rutinitas Samantha adalah melakukan yoga. Samantha mempelajari teknik-teknik yoga dari sepupunya Abby. Abby itu jago sekali kalau masalah kebugaran dan kesehatan. Dan karena Samantha sangat tidak suka olahraga yang berat-berat jadi ia meminta Abby untuk mengajarinya yoga. Untung sepupunya itu mau mengajarinya ditengah kesibukannya.

Pagi yang indahnya ini hancur dalam sekejap karena adanya telpon dari seseorang yang bahkan tidak ingin ditemui Samantha, dalam mimpinya sekalipun.

Siapa lagi selain Arraya Airlangga Bagaskara?!

"Iya halo?"

"..."

"Tapi kata Anda saya mulai bekerja hari Senin. Ini masih hari Kamis kalau Anda lupa, Tuan Arraya yang terhormat."

"..."

"Oke oke, saya akan segera kesana."

Sam menghempaskan tubuhnya ke sofa depan tv. Meraih botol air mineral dan meneggaknya kasar. Diambilnya handuk kecil untuk menyeka keringatnya.

"Bener-bener sinting tuh orang." umpat Samantha, gadis itu kembali meminum air mineralnya.

Setelah dirasa tubuhnya kembali fresh Samantha beranjak menuju kamar mandinya. Mandi di bawah kucuran shower sepertinya pilihan terbaik untuk meredakan kekesalannya pada Arraya Airlangga sialan itu.

***

"Kamu terlambat lima menit tiga puluh satu detik, Samantha."

Samantha memberikan tatapan jengahnya. Arraya ini benar-benar cowok sialan kuadrat! Sudah seenaknya udelnya menyuruh Samantha untuk datang ke Studio di hari yang seharusnya belum menjadi hari kerjanya. Ia kini marah-marah karena Samantha terlambat datang.

Arraya harusnya tahu kan, bagaimana macetnya Jakarta?

Samantha benar-benar tidak habis pikir.

"Maaf," akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibir Samantha.

Ia masih punya otak untuk tidak mencela Arraya meskipun perasaan jengkelnya kepada laki-laki itu sudah sebesar dan setinggi Mount Everest. Biar bagaimanapun, Arraya ini merupakan bosnya.

"Kolega saya akan mengadakan Gala Premiere filmnya malam ini. Saya ingin kamu memilihkan jas yang cocok untuk acara itu. Saya mau yang simple tapi tetap menunjukan kemewaham."

Samantha malas untuk mendebat Arraya, jadi langsung saja Samantha mengangguk, mengambil handphonenya dan melepon butik Hugo BOSS untuk memesan suits yang menurut Samantha cocok untuk dikenakan Arraya di acara tersebut.

"Iya, Vanya. Gue pesen jas yang satu itu. Hah? Kosong? Kok bisa? Jangan bercanda deh Van."

"..."

"Armani gundulmu! Lo tahu banget perlu waktu lebih dari sehari buat pesen di Armani."

Arraya diam-diam terkekeh mendengar percakapan Samantha di telepon. Samantha itu gampang sekali emosi, dan melihat perubahan raut wajah gadis itu membuat Arraya terhibur.

"..."

"Lo pikir gue bakal mau ngikutin kata-kata lo? Gue nggak mau tahu, nanti pas gue ke sana semuanya harus udah siap. Bye."

Dengan muka yang ditekuk Samantha mendudukan diri di sofa yang cukup jauh dari Arraya. Laki-laki itu sepertinya sedang sibuk karena sedari tadi mengetikkan sesuatu di iPadnya. Samantha memilih tidak peduli, ia mengambil tas Guccinya dan hendak keluar dari ruangan tersebut. Tapi, Arraya mencegahnya.

"Samantha, siapa yang memerintahkan kamu untuk pulang?"

Samantha membalikkan tubuhnya, memelototi Arraya. "Saya sendiri, Bapak Arraya Airlangga."

Ma AntifansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang