Masa Lalu Kelabu

81 12 0
                                    

DITENGAH pencariannya akhirnya Samantha menemukan Arraya, di meja bar tengah menyesap red winenya. Bisa gawat kalau bosnya itu mabuk di sini! Samantha tidak ingin menanggung malu apalagi harus mengantarkan bosnya itu ke apartemennya. Tidak sudi!

Jadi Samantha menghampiri Arraya dan merebut gelas red wine milik Arraya meletakkannya di meja. Tidak dipedulikannya tatapan tajam yang Arraya lemparkan ke arahnya. Arraya memandangi Samantha seperti tidak mengenali gadis itu, atau mungkin laki-laki itu tengah terpesona?

"Anda siapa?" tanya Arraya tiba-tiba, yang membuat Samantha memutar matanya, kesal.

"Emma Watson. Tentu saja ini Samantha, Pak." jawab Samantha sewot.

Arraya mengangguk-angguk, menatap Samantha dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Nice dress,babe. Tapi saya nggak akan tanggung jawab kalau kamu nanti masuk angin karena itu." pria itu menunjuk bagian belakang dress yang menampilkan punggung seputih susu milik Samantha.

"Bapak tidak perlu memikirkan." jawab Samantha, acuh tak acuh.

Dia meminta bartender untuk membuatkannya cocktail tanpa alkohol.

"Kamu tidak bisa minum ya, Samantha?"

"Bukan urusan Bapak." balas Samantha semakin sewot.

Gadis itu kini memperhatikan sekitarnya, melihat orang-orang yang menghadiri pesta tersebut. Dan berakhir dengan mendecakkan lidahnya. Tidak suka dengan pemandangan yang tertanggap sel-sel kerucut di retinanya.

"What's wrong, Samantha?"

Bersamaan dengan pertanyaan Arraya, minuman pesanan Samantha datang dan gadis itu mulai meminumnya. Tidak menghiraukan pertanyaan dari Arraya.

"Saya tidak suka suasana seperti ini Pak. Berlomba-lomba memamerkan kekayaan. Berlomba-lomba menjadi yang paling wow di pesta ini. Kalangan elite selalu berpikir pendek ya. Padahal di luar sana banyak banget anak-anak terlantar yang butuh bantuan." akhirnya Samantha menjawab.

Samantha memang sejak dulu tidak suka pesta.

Baginya pesta adaah ajang untuk adu kekayaan dan perang terselubung antar kalangan orang kaya. Dan itu memuakkan.

"Kamu sendiri tadi tidak mau pakai pakaian kantor kan, lalu apa bedanya kamu dengan mereka?"

Samantha memandang Arraya, lalu tersenyum meremehkan. "Yang membedakan saya dari mereka, saya tidak menggunakan kekuasaan keluarga untuk mendapatkan jalan yang mudah. Saya tidak munafik, apabila saya tidak suka, saya mengatakannya begitupula sebaliknya. Ini sebabnya saya tidak pernah suka pesta."

Arraya mengangguk-angguk, kagum juga dengan asisten fashionnya ini. Ternyata selain cantik, gadis ini memiliki pemikiran yang luas.

Suasana kembali hening, Samantha memilih untuk memainkan Disney Tsum Tsum di ponselnya daripada berbicara dengan bosnya. Takut semakin makan hati, pikir Samantha.

"Saya juga tidak pernah suka pesta." kata Arraya seraya menatap emin mata kecoklatan Samantha.

"Saya pikir Bapak hobi datang ke pesta manapun." komentar Samantha. Seperti tidak percaya dengan kata-kata Arraya sebelumnya.

"Kalau ini bukan pesta kakak tiri saya, saya tidak akan datang."

Raut wajah Arraya yang terlihat kelabu menghentikan kegiatan Samantha. Ia kini memfokuskan pandangannya pada Arraya. Ternyata di balik sikap semena-mena Arraya selama ini, laki-laki ini juga sepertinya punya cerita masa lalu yang kelabu. Samantha jadi penasaran.

Ma AntifansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang