"Eh Bapak, pagi Pak," sapa Kana sambil tersenyum kikuk dan masuk ke dalam lift. Gadis itu berdiri tepat di samping atasannya sambil memeluk tas jinjingnya. Kana bingung harus bicara apa, terlebih lagi berdua dalam satu lift di kondisi sepagi ini baru pertama kali dia alami.
Biasanya seorang Damar Bagaskara akan datang sekitar pukul sepuluh pagi dan pulang pukul lima sore. Itulah kenapa Kana pasti selalu datang lebih dulu, membuat gadis itu setidaknya sudah siap mental dan sikap menghadapi bosnya di pagi hari. Tidak seperti sekarang, Kana masih kikuk karena canggung baru dengan keadaan ini.
"Tidur kamu nyenyak?"
Kana terdiam, gadis itu merasa aneh. Seperti bosnya menanyakan tentang tidurnya tapi ....
"Saya tanya apa tidur kamu nyenyak semalam?" ulang Damar lagi.
Kali ini lelaki itu menatap intens ke arah sekertarisnya yang menatapnya penuh tanda tanya.
"B-bapak nanya ke saya?" tanya Kana sambil menujuk ke arah dirinya sendiri.
"Kamu kira saya bicara sendiri? Lift ini cuma isi kita berdua, sama siapa lagi saya nanya kalau bukan sama kamu Kanaya."
"Eum ...." Kana mengaruk tengkuknya bingung. "T-tidur saya nyenyak Pak."
"Bagus," ucap Damar sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Gestur bos gantengnya ini sangat aneh, Kana sampai bingung sendiri. Gadis itu merasa ada yang salah, tapi dia tidak tau apanya.
Ding!
Lift terbuka, pandangan mata Kana langsung disambut dengan dinding kayu berwarna kecokelatan dan carpet merah maroon yang membentang sepanjang jalan. Gadis itu berjalan mengiringi bosnya menelusuri lorong yang menuju kantor mereka. Kana hampir saja menabrak punggung Bos Gantengnya itu kalau saja dia tidak segera menghentikan langkahnya. Damar berbalik tepat saat dia berada di depan pintu ruang kerjanya, lelaki itu menatap sekertarisnya itu dalam diam membuat Kana mendongak bingung.
"Ke-kenapa Pak?"
Damar diam sebentar, lelaki itu menghela nafasnya berat dan menggeleng perlahan. "Setelah ini kamu masuk ke ruangan baru, saya minta kamu jagain anak saya sama seperti kamu jaga ketiga adik kamu. Ingat Kana walaupun sebelumnya kamu berat jalanin tugas ini saya sangat berterima kasih. Saya ada rapat sampai jam lima sore dan yang ikut saya itu Andita. Jadi, tolong kamu stay saja hari ini di kantor. Saya usahakan pulang cepat, segala urusan kantor akan saya maksimalkan untuk cepat selesai. Sementara itu saya percayakan putri saya di tangan kamu."
Cepat, ucapan bos gantengnya itu terlampau cepat. Kecepatannya mungkin melebih kereta MRT hingga yang bisa ditangkap Kana hanya 'saya percayakan putri saya di tangan kamu.'
"B-baik Pak."
"Bagus."
***
Kana terdiam, gadis itu bersenandung pelan sambil mengayun Flora di gendongannya. Bayi mungil itu tidak rewel, hanya menangis saat lapar dan popoknya penuh. Mungkin karena masih kecil jadi baby Flo masih banyak tidur tidak begitu susah untuk Kana awasi.
Gadis itu menatap meneliti, bayi mungil ini benar-benar nampak seperti duplikat Pak Damar, dari mata almondnya, hidung mancungnya dan rambut hitamnya yang lebat. Bayi mungil ini sangat cantik, benar-benar mewakili Bapaknya yang berkharisma itu.
Kana hanya tau beberapa hal, Baby Flo anak Pak Damar dan lahir kurang dari satu bulan. Flo bayi perempuan, ibunya meninggalkannya entah karena apa, Pak Damar tidak mau mengungkit hal-hal seperti itu. Kana sendiri bisa mengerti meski penasaran karena itu hal dan kehidupan Bos Gantengnya. Itu hak dia untuk mengatakan atau menyimpan rapat apa yang dia pikirkan.
Kalau dipikir-pikir Kana sudah lama tidak merawat anak kecil. Terakhir mungkin saat dia masih awal-awal kuliah, saat itu umurnya mungkin menginjak 17 tahun dan ketiga adik kembarnya baru lahir. Skylar, Ethan dan Grey. Nama yang terlalu kebule-bulean untuk anak pribumi. Hasilnya memang bagus, mereka jadi trio kembar kece produk lokal bertampang internasional.
Kulit mereka putih, mereka punya mata cokelat terang, hidung yang mancung dan jangan lupakan satu hal rambut mereka kecokelatan, berbeda sekali dengan rambut Kana yang hitam pekat.
Suara ketukkan di pintu membuat Kana. Menengok, Bos gantengnya itu sudah kembali. Tampang kusutnya tak bisa menyembunyikan kejenuhannya bekerja seharian ini.
"Dia tidur?" tanya Damar sambil meletakkan folder rapatnya di meja.
"Belum Pak, tapi matanya udah sayup-sayup mau nutup. Kayaknya bentar lagi, Pak."
Damar mengangguk, mengambil Flo dari gendongan Kana. Bayi itu sempat bergerak gelisah sebentar sebelum akhirnya tenang kembali.
"Tugas kamu hari ini selesai, ini sudah jam setengah enam. Jam kerja sudah selesai. Sebaiknya kamu cepat pulang."
Kana mengangguk dan tersenyum lalu membereskan barang-barangnya. Rada kesal juga hatinya hari ini dia sama sekali tidak menyentuh komputernya. Biasanya sehari tangannya akan terus menari di keyboard mengerjakan semuanya tugas yang diberikan Bosnya. Apa dia tidak akan bisa berkerja lagi seperti biasa?
"Saya pamit pulang, Pak."
Damar menangguk, membuat Kana segera membalikkan badannya berniat keluar. Namun sebelum itu suara Bos Gantengnya itu menghentikkan langkahnya.
"Kana," panggil Damar.
Gadis itu berbalik menatap Bosnya bingung. "Iya Pak ada yang bisa saya bantu?"
"Terima kasih," ucap Damar hangat diiringi senyum tulus.
Leleh, Bos Gantengnya itu bikin leleh. Terima kasih yang tulus dengan senyum hangat seperti itu benar-benar membuat jantung Kana berdetak tak karuan. Gadis itu tertunduk pipinya memerah semu.
Udah kerja lama juga masih aja sih Bos bikin lumer di tempat. Resiko .... oh .... resiko punya Bos Ganteng bener kayak Pak Damar.
"Iya Pak sama-sama."
Kana berjalan berbalik lagi tapi lagi-lagi suara Bosnya menggentikan langkahnya. Bukan untuk membuat Kana tersipu malu tapi membuat gadis itu malu, malu dalam artian sebenarnya.
"Dan satu lagi Kana ... kalau saya telepon malem-malem tolong kamu cuci muka dulu sebelum bicara sama saya. Saya sudah bilang kalau saya tidak mentolerir partner kerja yang suka ngegombal sama saya. Buat yang kemarin malam saya anggap kamu cuma khilaf, saya tau saya tampan dan itu hak kamu kalau mau buat panggilan khusus bagi saya." Damar berdeham. "Tapi tolong simpan itu untuk kamu sendiri jangan sampai saya tau. Karena saya, yang kamu panggil 'Bos Ganteng' ini tidak ingin menjadi canggung sama kamu. Jadi tolong bantu saya untuk itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Chick-LitGanteng, mapan, dan lajang. Mungkin kalau Kana gak kenal udah kelepek-kelepek kali dia ngeliat bos gantengnya ini. Siapa juga yang bisa nolak tipe cowok suamiable seperti Damar Bagaskara? Mungkin gak ada. Tapi bagi Kana yang udah kenal lama Bos gant...