Naik wahana tenang dan menggemaskan dulu ya.
[RITS]
Sepulang sekolah. Taehyung bergegas mengganti pakaiannya dengan kaos hitam dan menutupnya dengan jaket abu-abu. Ia bersiap untuk berangkat menuju tempat bekerjanya dengan niat mengajak Jimin.
"Bu ...." Taehyung menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar sang ibu. Dahye tampak sedang sibuk mengerjakan sesuatu di atas meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan kertas. Karena panggilan Taehyung, ia menghentikan sejenak kegiatannya dan membalikkan tubuh. Menyambut putranya dengan senyum. "Ada apa, sayang? Makan siang hari ini sudah Ibu siapkan di atas meja. Maaf ya, Ibu tidak menemani makan. Sedang ada pekerjaan."
Taehyung memasuki kamar sang ibu. Berdiri kikuk sambil menggaruk tengkuknya. "Tidak apa-apa, Bu. Eum .... Ibu, bolehkah aku mengajak Jimin keluar hari ini?"
Dahye menaikkan alisnya. "Tumben sekali. Tidak biasanya kau mengajak Jimin keluar. Memang tidak bermain dengan Hoseok hari ini? Biasanya kau pergi ke rumahnya kan?"
Taehyung berdeham pelan, sedikit gugup menjawab pertanyaan sang ibu. Selama ini, ia mengaku bermain ke rumah Hoseok. Padahal, ia selalu pergi ke tempat kerja sepulang sekolah. "I-iya. Aku ingin mengajak Jimin ke rumah Hoseok, Bu. Kupikir Jimin pasti bosan karena di rumah terus. Pasti menyenangkan kalau Jimin kuajak."
"Akan menyenangkan atau malah merepotkan?" Dahye memicingkan mata sambil tersenyum.
"Ibu bertanya apa sih? Tentu saja tidak merepotkan, Bu. Aku tidak pernah merasa repot setiap Jimin bersamaku." Taehyung mengerutkan keningnya. Sedikit terganggu dengan pertanyaan sang ibu yang terkesan membuat Taehyung seperti orang yang terganggu dengan kondisi Jimin.
"Baiklah. Ibu mengerti. Ibu hanya khawatir kalau saja kau merasa Jimin merepotkan dan menyusahkan."
"Bu, tidak perlu berkata seperti itu. Aku tidak suka." Taehyung memalingkan wajah sambil melipat tangannya.
Dahye menghela napas panjang. "Maafkan Ibu." Dahye tahu, Taehyung paling tidak suka jika Dahye membahas tentang kondisi Jimin. Taehyung tidak suka jika sang ibu merasa bahwa Jimin merepotkan. Bagi Taehyung, Jimin sama sekali tidak menyusahkan. Memang memerlukan kesabaran dan pemahaman yang lebih untuk menghadapi Jimin. Namun menurut Taehyung, semua itu harus dilakukan karena Jimin istimewa.
"Jadi bagaimana, Bu? Boleh mengajak Jimin?" Taehyung tidak melupakan misinya untuk mendapat izin dari sang ibu. Dahye mengangguk sambil tersenyum. "Boleh, tapi ingat ya. Tidak boleh membeli makanan manis sembarangan. Jangan belikan apapun yang Jimin minta. Makanan manis sangat mudah membuatnya sakit. Lalu, eum .... jangan lupa membawa ...."
"Ibu ...." Taehyung memotong penjelasan Dahye. "Aku mengerti. Tas Jimin ada di kamarnya kan kan? Aku akan membawanya."
Dahye tersenyum. Melihat Taehyung yang sudah sangat paham tentang keadaan Jimin membuatnya bisa bernapas lega. Ia akui, Taehyung sangat bisa diandalkan untuk menjaga Jimin. Memiliki Taehyung dalam hidupnya seperti sebuah hadiah paling indah, meski harus ia bayar dengan kehilangan sahabat tercinta. Namun Dahye percaya bahwa Tuhan selalu adil saat memberikan dan mengambil sesuatu dari ciptaan-Nya. Dahye kehilangan sahabat, tapi ia diberikan malaikat yang melengkapi kehidupannya.
"Hati-hati, Nak. Hubungi Ibu kalau terjadi apa-apa. Pulang sebelum malam ya." Dahye memberikan pesan terakhir sebelum Taehyung bergegas mendandani Jimin dan bergerak keluar dari rumah. Tentu saja, ia sudah mengecup pipi sang ibu sebelum melangkah riang menuju tempat kerjanya bersama Jimin.
***
Sebuah café di pinggir jalan tampak sepi. Hanya ada dua meja yang terisi oleh pengunjung. Dua pegawai café berdiri santai sambil bercengkerama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In The Sky
Fanfic[RITS : Supplementary available in BOOK] "Sumber hidupku adalah senyuman Jimin dan Taehyung." -Dahye [Prequel dari Rain In The Middle Of Night] (Start: August 2016) (End: May 2018) Repost on June 2020 Copyright wella©