Dari judulnya aja, udah ketahuan ya chapter ini isinya apa. Boleh siapin tisu sedikit.[RITS]
Kediaman keluarga Kang tampak sangat mendung hari itu. Dipenuhi dengan orang-orang yang mengenakan pakaian hitam, rumah keluarga Kang benar-benar terlihat suram. Ruangan paling besar di rumah tersebut dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penghormatan terakhir sebelum tubuh kaku yang berada dalam peti dibawa ke krematorium. Semua pelayan dan pekerja di rumah keluarga Kang berkumpul, berbaris dengan wajah sedih mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak bersedih atas kabar duka yang menimpa keluarga Kang hari itu.
Taehyung berdiri tegak, tepat di samping peti hitam yang sudah berhiaskan bunga. Ia menyambut dan menyalami tamu-tamu yang berdatangan untuk menjenguk jasad yang terbaring untuk terakhir kalinya. Mata Taehyung sembab, tapi senyum tetap terpancar dari wajahnya yang sendu.
Di samping Taehyung, Dahye turut menyambut tamu yang terus berdatangan. Sedangkan Jimin berada di sisi lain ruangan, bersama dua pelayan yang memang diminta untuk mengawasi Jimin sementara waktu.
Jimin memakai setelah pakaian hitam, dengan syal merah terbalut di lehernya sebagai hadiah terakhir dari Shinmi. Di tangannya terdapat bola yang ia mainkan sembari matanya menatapi orang-orang yang berdatangan.
Kang Hyunmoo duduk di samping peti mati dengan tatapan kosong. Ia adalah orang yang paling bersedih hari ini dan tidak ada yang bisa meredakannya. Ia memeluk erat bingkai foto berukuran sedang yang menampilkan wajah ceria sang istri. Air matanya tak berhenti mengalir. Bahkan di saat orang-orang menyapanya, Hyunmoo tak sanggup menjawab selain hanya mengangguk.
Satu keluarga muncul dan mendekati Hyunmoo. Tentu Taehyung yang menyambut mereka sebelum keluarga itu berbicara dengan Hyunmoo. Seorang gadis dari rombongan keluarga itu menatap Taehyung sendu. Sambil mengulurkan tangan, ia mengucapkan belasungkawa dengan sungkan.
Taehyung membalas dengan senyuman. "Terima kasih, Nona Mina." Jawabnya dengan suara parau. Panggilan itu terdengar sangat kaku dan sedikit menggelitik di hati Mina, tapi Mina tidak ingin terlalu memasukkannya ke dalam hati. Ia tahu, apa yang terjadi padanya dan Taehyung adalah masa lalu yang tidak perlu dibahas lagi.
Sementara itu, Jimin mulai bosan dengan bola di tangannya dan merengek pada dua pelayan yang sejak tadi setia menungguinya. "Kak, aku lapar." Rengek Jimin. Salah satu pelayan kebingungan dan menyikut pelayan lain. Jujur saja, pelayan yang bertugas di dapur juga sedang ikut berbaris untuk upacara penghormatan. Tidak ada yang berjaga di dapur untuk menyiapkan makanan.
"Tuan, sabar sebentar ya? Nanti kita akan mencari makanan." Bisik pelayan yang satu lagi. Namun Jimin bukanlah seseorang yang bisa dibujuk semudah itu. Ia malah mengentakkan kaki dan hampir saja melempar bola di tangannya jika saja satu pelayan tidak sigap menangkap tangan Jimin.
Dahye segera menyadari gerakan aneh dari sisi lain ruangan dan segera berlari mendekati putranya. "Ada apa?" tanyanya pada kedua pelayang sambil menangkup pipi Jimin.
"Maaf, Nyonya. Tuan muda sepertinya lapar, tapi belum ada makanan yang bisa diberikan." Jawab salah satu pelayan. Dahye menghela napas panjang, lalu fokus pada Jimin. "Tidak apa-apa. Jimin hanya bosan, makanya dia mengeluh lapar. Biar Jimin denganku saja ya. Terima kasih, Nona-nona." Ujar Dahye sambil tersenyum dan menarik Jimin untuk ikut berdiri di samping Taehyung lagi.
"Bu, kenapa foto nenek dipeluk kakek? Itu apa, Bu? Di dalam itu?" Jimin menunjuk peti yang berada di samping sang kakek. Dahye hanya menjawab dengan senyum tipis. Ia belum siap untuk menjawab secara rinci. Malam sebelumnya, Jimin sudah diberitahu tentang kepergian sang nenek, tapi Jimin sepertinya belum bisa mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow In The Sky
أدب الهواة[RITS : Supplementary available in BOOK] "Sumber hidupku adalah senyuman Jimin dan Taehyung." -Dahye [Prequel dari Rain In The Middle Of Night] (Start: August 2016) (End: May 2018) Repost on June 2020 Copyright wella©