twelve-meet him again

22 1 0
                                    

Yoot balik gue menn, kalo bisa critanya dimasukin ke library dong *ehmaksanih*
buat yang puasa gue saranin bacanya malem yaa, banyak unsur vulgarnya tantee.
kalo suka share dongg ke tetangga, teman, ke zen malik, niall horan ke calum hood hm hm ke keti peri terserah deh mau dishare kemana wqwq
Oh iya siap dibaca vomment yau biar updatenya cepat *ehgadayngpedulijuga* okedeh cekidott

***
Besok hari yang ditunggunya!

Natal!

anastasia sudah menyiap kalengan roti natal buatannya, untuk sebastian dan hmm... ya tetangganya mungkin dia akan menyelipkannya di depan pintu atau apalah.

Kini ia berjalan diluar dengan cepat, menuju toko 24 jam disebrang.

Tangannya dengan cepat menggengam pintu masuk dan mendorongnya agar pintu terbuka, anastasia mengambil bahan secukupnya saja untuk makanan minggu ini, bahkan dia mengurangi sedikit porsi dari minggu lalu untuk berhemat.

Daging ayam, sayuran segar, beberapa makanan kaleng, roti dan selai kacang, serta beberapa rempah rempah yang dibutuhkan untuk membuat sup.

Setelah merasa cukup ia membayarkannya kekasir toko dimana seorang wanita paruh baya yang berdiri dibaliknya,saat gilirannya untuk membayar, tangannya merogoh dompet didalam saku mantelnya.

sialnya tangannya tak menemukan apapun disana, ia mengeluarkan semua yang ada didalam sakunya, hanya ada penjepit rambut, beberapa kertas struk belanja serta 2 bungkus permen tanpa isi.

Sial!

Dompetnya tertinggal didalam!

Anastasia hanya bisa mengangguk lalu memberikan sinyal kepada wanita paruh baya itu untuk menunggu.

"maaf nona? bisakah anda bergeser dulu agar yang lain tak terganggu" suara pelayan toko itu yang seolah mengerti dengan apa yang dialami anastasia membuatnya mengangguk sambil tersenyum kecut.

Ia menggeser sedikit agar tak menganggu pengunjung yang lain.

Benar benar sialan! dompet dan uangnya tertinggal didalam flatnya.

"berapa bayaran nona ini? saya yang bayar"

Suara pria itu membuat anastasia menoleh kesumber suara, pria yang sudah susah payah dihindarinya muncul didepannya.

Anastasia tak peduli lagi dengan belanjaan sialannya, ia berlari kencang keluar dari toko 24 jam itu dengan langkah lebar, tak peduli dengan klakson dan umpat umpatan kasar pengemudi padanya karena menyebrang sembarangan.

Tapi sekeras apapun dia berlari tetap saja dia wanita, jan redick berhasil menggengam erat tangan anastasia, membuatnya memberontak ingin melepaskan diri.

"lepaskan aku bedebah" berontaknya kasar sambil menggoyangkan keras pergelangan tangannya, tapi sekali lagi sekuat apapun dia memberontak tetap saja dia wanita, tenaga jan redick lebih besar dari tenaganya.

"kau ini kenapa ha? kenapa kau selalu menghindar?!"

Pertanyaan itu seketika membuat anastasia berhenti memberontak, ia mengangkat dagunya lalu menatap tajam jan redick yang terlihat memerah dengan urat uratnya yang menonjol tapi anastasia hanya diam menatap jan redick penuh kebencian.

"kenapa? karna kemarin aku mengerayangimu? iya?" jan redick masih berteriak, tak peduli tatapan pejalan kaki yang menatap mereka aneh.

Anastasia masih terdiam tapi ia menatap benci kearah jan redick, ia merasa terhina sungguh!

'Menggerayangimu' kalimat itu menohok didalam hatinya membuatnya bahkan terdengar tak lebih dari seorang jalang murahan! ya jalang murahan!

air matanya yang sudah ditahan tak bisa dibendungnya lagi, air mata itu keluar begitu saja.

"jawab aku anastasia jawab aku kumohon!"

"iya! memang kenapa kalau aku membencimu! kau dan tingkah mu yang menjijikkan kemarin cih! kau hanya bedebah menjijikkan!" bentaknya kasar, mata anastasia menantang jan redick tajam, ia bisa melihat matanya yang tersulut amarah, tidak pria itu tak lebih dari bedebah, bedebah yang tak tahu malu! cih!

Deg!

Jan redick seketika merasa lemas, cengkramannya mengendur, dengan mudah dan cepat anastasia berlari kedalam flatnya sambil menghapus air matanya gusar, menjauhi jan redick yang hanya terpaku disana menatapnya menjauh dengan pandangan sayu.

Anastasia sempat berhenti dan melihat kebelakang, jan redick sama sekali tak mengejarnya lagi, matanya menatap kearahnya sayu, tapi kenapa kenyataan itu malah membuatnya sedikit merasa sakit?

Anastasia menggelengkan kepalanya keras menolak rasa yang menjanggalnya itu, tidak, tidak mungkin dia ingin pria itu lagi, dia yang membuat seluruh ingatan itu menguap lagi, sungguh dia benci kenyataan, dia benci pria itu!
-
Bedebah

Menjijikkan

Membencinya

Jan redick sungguh tak tahu akan mendapat respon seburuk ini, bahkan lebih buruk dari dugaannya, ia melihati tiket swan lake dan gaun putih yang dipenuhi dengan mutiara kecil yang dibelinya dari tempat gadis itu bekerja serta mantel marun yang sudah dibelinya semalam untuk anastasia, ia sudah merencanakan kemana mereka disaat natal besok.

Ia kira hari ini anastasia akan memaafkannya dan semua akan baik baik saja seperti yang seharusnya, ia kira anastasia akan melompat kegirangan didepannya, ia kira anastasia akan disini tertawa bersamanya melihat gaun putih yang ternyata memang untuknya tapi mengingat kejadian hari ini jan redick mengurungkan niatnya untuk mengantarkan pakaian itu, jelas jelas gadis itu tak mengiginkan janjinya lagi pasti, dia pasti sudah memiliki teman natal baru.

pria itu! pria yang bernama sebastian!

Jan redick yang mengingat nama itu membuatnya merasa panas, emosinya sampai dipuncak ubun ubun hanya dengan mengingat nama itu, pria itu yang lebih dipilih anastasia.

Sampai tak terasa sudah jam 12 jan redick masih mebuka matanya walau ia sudah menelungkupkan tubuhnya diranjang, ia sudah mencoba menutup matanya erat tapi klise klise bayangan kejadian demi kejadian tadi membuatnya tetap terjaga, ia tak bisa tenang, kejadian itu terus menghantuinya.

sampai suara flat belnya yang terdengar nyaring terdengar tapi hanya terdengar sekali membuat jan redick berjalan kepintu keluar dengan malas.

Ia membukakan pintunya, tak ada orang didepan sana, ia mengernyit heran lalu masuk kedalam flatnya lagi.

Saat ia hampir masuk ia merasa sesuatu menyentuh kakinya dibawah, satu kaleng putih bening berisi biskuit putih seperti diselimuti salju.

Jan redick memungutnya dan melihat biskuit dari dekat, ia membuat penutupnya dan seketika langsung tersenyum lebar ketika matanya menemukan namanya di setiap biskuit natal genggamanya.

Ia memperhatikan sekelilingnya, mencoba mencari pengirimnya ditengah malam, tak ada catatan yang tertinggal dan pengirimnya pun tak terlihat.

Seakan menyadari sesuatu jan redick tersenyum kearah flat didepannya.

Flat anastasia...

Dia yakin gadis itu yang mengirimkannya, dia tak dekat dengan tetangga sekitarnya selain anastasia, tak mungkin teman temannya datang ditengah malam hanya untuk mengantarkan roti natal dan meninggalkannya begitu saja didepan flat dan langsung pergi terburu buru. Tidak, hal bodoh seperti itu tak akan terjadi.

senyumnya semakin mengembang, apa gadis itu sudah tidak marah lagi? entahlah siapa yang tau

ia masuk kedalam flatnya lalu meletakkan roti natal itu diatas meja bar, ia memperhatikan lekat lekat sambil tersenyum sendiri, dia terlihat seperti orang gila? oh dia memang sudah gila karena gadis itu, kewarasannya sudah hilang direnggutnya, gadis itu..,gadis itu sungguh tidak adil!
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NYCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang