Part 19 : The Last Not At Least

9.4K 264 28
                                    

Author P.O.V.

Udara diluar begitu dingin, suhunya bahkan dibawah -5, tak bisa dibayangkan bagaimana kalau hanya memakai pakaian sehari-hari tanpa mantel tebal. Musim salju kali ini memang yg paling parah, beberapa kali terjadi badai salju yg tentu saja membuat anak-anak sekolah bergembira, ya setidaknya karna libur sekolah. Namun untuk para ibu-ibu, mereka tidak bisa puas berbelanja hanya lewat Online, karna sensasi berbelanju langsung itu lebih menyenangkan. Saat ini salju mulai turun dengan perlahan seperti biasanya, lembut dan menenangkan.

Pesawat Garuda Indonesia baru saja landing, setelah beberapa jam delay karna badai salju yg begitu mengerikan serta cuacanya sangat buruk, dari pintu utama, Cakka... Dia datang.

"Hello Holand! I come to take my wife up. So please, bring her to me. Right now!" Ucap cakka dalam hati sambil sesekali tersenyum aneh, mungkin karna efek rindunya pada Shilla.

Dia datang kemari tidak sendirian, tentu saja membawa 'rombongan'nya, ya siapa lagi kalau bukan Gabriel, Pricilla, dan... via.

Ya, via. Perempuan itu telah bersekongkol dengan Shilla. Cakka benar-benar tertipu saat menjelajahi alamat yg tertera disurat milik Shilla, surat itu membawanya kerumah Sivia.

Shilla memang agak bodoh, tapi Sivia adalah sahabatnya yg selalu membantunya. tapi tetap saja Cakka yg menang, setelah tahu dibodohi tentu saja dia mulai menjalankan aksi 'Drama King'-nya. Memohon-mohon pada Sivia untuk diberitahukan dimana Shilla sekarang, dengan aksinya tersebut Cakka berhasil membuat Sivia menangis dan tentu saja mengantarkan Cakka ketempat Shilla sekarang.

Dan untuk Gabriel dan Pricilla, tak ada yg berbeda, namun mereka sekarang sedang menjalani sikap saling diam, ya setelah kejadian itu. berbicara hanya untuk kepentingan, Reaksi Cakka saat tahu hal itu tentu lah sangat marah dan kecewa dengan Pricilla yg notabane-nya adalah sahabatnya sendiri, namun mau bagaimana lagi, semua ini sudah terlanjur dan tak ada yg harus dipermasalahkan. Kecuali.. Dirinya yg harus bertanggung jawab dan... Meminta maaf.

"Mau kemana kita sekarang?" Tanya Gabriel,

Cakka dengan senyum yg mengembang dibibirnya segera menjawab, "Oh tentu saja! Antarkan aku pada Shilla!!" Ucapnya dengan penuh kebahagiaan.

"Bagaimana kalau kita makan dulu saja?" Saran Via, Perempuan itu sedari tadi hanya diam saja, tak biasanya dia seperti itu.

"Ah tidak mau!" Cakka tetap keukeuh dengan keinginannya bertemu Shilla secepatnya, entah apa yg ia inginkan, memeluknya atau malah menyentil kepala Shilla karna istrinya itu sudah terlalu bodoh.

"Tapi kita sudah berjam-jam didalam pesawat, kau tahu sendirikan makanan dipesawat tadi seperti apa. Ayolah Cakka, hanya makan sebentar." Kini Pricilla yg bersuara, menurutnya benar juga apa kata adik sepupunya itu. Sekarangpun sudah malam, pesawat mereka baru tiba pada pukul sepuluh malam.

"Hhhmm.. baiklah," sahut Cakka pada akhirnya, Gabriel hanya tersenyum melihat itu.

Gabriel mulai mengingat kembali memorinya dulu ketika Shilla dan Cakka yg sama-sama curhat dengannya tentang perjodohan mereka padanya dalam waktu yg berbeda 1 jam saja. Mereka sama sekali tidak ada yg menginginkan hal itu, lebih lebih Cakka. Lelaki itu benar-benar tak ingin menikah, dia rasa belum saatnya menikah, umurnya masih muda, bisnisnya belum terlalu luas, memikirkan bisnis saja sudah membuatnya pusing bagaimana memikirkan istri juga anak nantinya. Itulah hal yg ditakutkan Cakka, dia tidak berhasil menjadi ayah dalam membimbing keluarganya.

Namun sekarang, Cakka yg paling tidak ingin berpisah dengan Shilla. Entahlah hal apa yg membuat Cakka begitu mencintai istrinya tersebut. Dan inilah saatnya pembuktian cinta itu masih ada atau tidak.

Will You Love me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang