Kecup basah dari Yoongi :*****
***
Jimin mendatangi kediaman sahabatnya hari ini. Ia juga tidak mengetahui dengan pasti alasan apa yang membuatnya mendatangi lelaki berkulit pucat itu. Dan sahabatnya pun itu juga tak mengerti kenapa Jimin datang tanpa tujuan seperti ini.
"Kau hanya akan tidur-tiduran seperti itu?" Yoongi mulai bertanya setelah lelaki yang lebih pendek satu senti darinya itu hanya tidur-tiduran seperti ular yang kekenyangan di atas kasur kesayanganya.
"Apa tidak boleh?" tanya Jimin dengan alis terangkat.
"Tidak." Seperti biasa, lelaki pucat itu memang selalu terang-terangan dalam berucap. Siapapun yang mendengarnya sungguh tidak bisa menerima perkataannya begitu saja. Tapi Jimin, lelaki itu sudah sangat kebal dengan Yoongi.
"Kau terlalu cepat menolak," gumam Jimin.
Yoongi juga ikut membaringkan tubuhnya di samping Jimin.
Mereka memandangi langit-langit kamar dengan pemikiran masing-masing. Sekarang hanya deru napas mereka yang terdengar. Seakan deru napas itu adalah perwakilan tentang perasaan mereka yang tak jelas apa yang terjadi di dalamnya.
"Yoongi-ah, apa kau bahagia?" tanya Jimin tiba-tiba.
Yoongi menoleh ke arah kanannya sedikit, hanya sedikit. Setelah itu ia kembali menatap langit-langit kamarnya. Begitu juga Jimin, lelaki itu tidak mengalihkan tatapannya dari beberapa huruf yang tercetak di langit-langit kamar Yoongi.
"Dari dulu aku bahagia." Yoongi juga menatap ke arah yang menjadi fokus mereka sejak tadi.
"Ya kita bahagia dulunya." Jimin mengucapkan kalimat itu dengan sangat berat.
"Apa sekarang kau tak bahagia?" Lelaki berkulit pucat itu bertanya kembali atas maksud dari kalimat sahabatnya itu.
Jimin lama terdiam akan pertanyaan itu. Ia juga tidak mengetahui jawaban pasti dari pertanyaan yang dilontarkan Yoongi.
"Aku tidak tau lagi yang mana dikatakan bahagia itu. Semua terlihat samar. Semua terlihat abu-abu bagiku," ucap Jimin.
Percakapan itu terasa sangat berat bagi keduanya, terutama Jimin. Berat entah karna apa. Biasanya cukup dengan memejamkan mata di kamarnya sambil memandangi langit kamarnya sudah membuat semua bebannya terangkat. Seakan saat ia melakukan itu, hati terdalamnya bisa menemui sahabatnya.
Orang yang selama ini menjadi tumpuan keluh kesahnya tanpa harus bertemu raga. Tapi untuk kali ini tidak. Itu sudah tidak mampu lagi menghilangkan kegundahannya. Jimin belum juga menemukan kenapa akhir-akhir ini hidupnya seakan menjadi kelam tak berwarna.
"Bukankah kebahagian kita cukup sederhana, Jimin-ah. Kenapa sekarang kau terlihat ragu?" Yoongi menatap deretan huruf yang tercetak di langit kamarnya itu intens. Seakan menekankan pada lelaki di sampingnya bahwa kebahagian mereka terpusat pada huruf-huruf itu.
Jimin sekarang menoleh. Memastikan bahwa lelaki di sampingnya ini masih mengikuti jalur yang ada.
"Kau yang berkata seperti itu padaku, dulu Saat itu, aku juga bertanya hal yang sama sepertimu pada saat sekarang ini." Yoongi menoleh pada Jimin. Sekarang mata mereka beradu.
Tatapan mereka saat ini bisa diibaratkan seperti warna pelangi. Terlalu banyak warna dan terlalu panjang untuk dijelaskan setiap warnanya.
Yoongi tertegun. Bukankah pelangi hanya memiliki tujuh warna? Kenapa sekarang ia malah melihat hanya satu warna yang terpancar dari mata seorang Park Jimin. Ini tidak mungkin, Yoongi meyakini hatinya bahwa ini semua tidak mungkin. Ia takut bahwa keyakinan ia selama ini goyah hanya karna tatapan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Do Not Trust Fate - Min Yoongi/Park Jimin
FanfictionCERITA PERTAMA SUGAMINNA Silahkan cek akun SugaMinNa untuk melihat cerita-cerita lainnya yang sangat luar biasa :) Genre : Romance, Sad, Hurt, NC 21+ "Aku bahkan menunggumu untuk itu.." - Joen Jungkook "Kau akan sangat menyesal pernah melepaskannya...