Kemarin, Eza dan timnya telah merapatkan tentang proker yang mereka jalani untuk beberapa bulan ke depan. Sania sebagai notulen ditugaskan oleh Eza untuk membuat power point tentang program kerja devisi editing yang akan dipresentasikan besok. Tapi, sialnya hasil rapat kemarin yang sudah Sania tulis hilang entah kemana.
Malam ini Sania terpaksa harus berkutat dengan laptopnya hingga malam. Padahal malam ini ada pertandingan sepak bola. Piala dunia Euro. Apalagi yang bermain negara kesayangannya, Inggris Vs Prancis.
Sania melirik Seno yang sedang asyik menonton pertandingan sepak bola sambil memakan pop corn dengan suka ria. Sedangkan anggota keluarganya yang lain sudah tertidur pulas dua jam yang lalu.
Sania mencoba menghubungi teman-teman kantornya untuk meminta bantuan, namun tidak ada satupun yang mencatat rapat kemarin sama sekali. Ia menggaruk rambutnya kesal. Bagaimana ini pekerjaannya belum selesai! Sania harus meminta bantuan kakaknya, Seno. Buru-buru Sania menghempaskan tubuhnya di samping Seno bersama laptop di genggamannya.
"Kak Seno bantuin Sania, dong. Aku gak ngerti abis kutulis ini. Biasanya nulis tentang apalagi sih?" Seno melirik ke arah laptop Sania. Matanya menyipit. Mungkin berpikir kali.
Seno mulai menggerak-gerakan slide ppt. Sania terus menunggu jawabannya. Tapi, tapi, tapi dia hanya menggelengkan kepala. Sedari tadi Sania menunggu bantuan Seno tetapi laki-laki itu hanya menggeleng tidak tahu!
"Kak Seno gimana sih.." Ucap Sania jengkel.
Wanita itu kembali duduk di meja makan. Sesekali kumasukkan kacang goreng ke mulutku. Kemana sih kertas hasil rapat itu? Padahal itu penting untuk materi power point ini. kalau ppt ini tidak selesai habislah dirinya.
"Kamu dipecat!" Membayangkan wajah bosnya saja sudah membuat Sania merinding. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
"Nih kakak punya catatan buat kamu. Kemarin kakak nemuin kertas ini di bawah pintu kamar kamu." Wajah Sania yang tadi dibenamkan di bawah tiba-tiba mendongak ke arah Seno.
Kertas itu!!!!! catatan hasil rapat kemarin!!!
Tanpa ba bi bu lagi. Sania langsung loncat memeluk Seno. Ternyata Seno sangat membantu pekerjaan Sania. Sehingga Seno paham betul dengan kelakuan adiknya kalau sedang senang seperti ini.
"Sepertinya ucapan terima kasih masih kurang diterima," Seno hanya bisa mengejek adiknya.
"Aku janji kalau aku gajian nanti. Aku akan traktir Kak Seno. Okee" Seno kembali duduk di depan televisi.
"Jangan malam-malam tidurnya. Awas besok telat. Kamu kan susah dibangunin." Ujar Seno yang masih fokus pada tontonannya.
Sania kembali fokus untuk melanjutkan membuat ppt sialan itu. Dengan cepat ia ketik kata-kata yang ada di kertasnya. Setengah jam kemudian, akhirnya ia pun menyelesaikan tugasnya. Namun, matanya sudah terasa sangat berat. Ia tak sanggup untuk berpindah tempat ke tempat yang lebih nyaman untuk tidur. Mungkin tidur sebentar di meja dapur tidak apa-apa, pikirnya.
***
Paginya, Sania terburu-buru masuk ke dalam kantornya. Sial, dia sudah terlambat sepuluh menit. Dia meringis ketika mengingat tak ada satupun orang di rumahnya yang membangunkannya. Bahkan, ia tak pedul dengan penampilannya yang sekarang. Rambut hanya dikuncir ala kadarnya. Make up sesempatnya saja. Ia berdoa semoga hari ini ia masih diberi kesempatan untuk hidup.
Sania berteriak ketika melihat pintu lift yang ada di hadapannya akan tertutup rapat, "TOLONG PINTUNYA DITAHAN!!"
Seseorang yang ada di dalam lift tersebut dapat mencegah pintu itu agar tetap terbuka. Sania yang melihatnya langsung loncat masuk ke dalam lift. Berkali-kali ia menghembuskan napasnya yang terdengar seperti maling yang sedang dikejar warga setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apply For Love
General FictionSania baru saja mendapatkan pekerjaan keduanya di sebuah perusahaan majalah nasional. Ia bertemu dengan bosnya, Gibran, yang terbilang menyebalkan dan angkuh. Sehingga Sania sangat tidak menyukai GIbran. Sampai suatu hari, Gibran meminta Sania untuk...