08. Kerja Kelompok

39.5K 6.5K 711
                                    


08. Kerja Kelompok


Jevon melonggarkan tarikan gas motornya, lalu perlahan menepi dan berhenti. Seorang gadis cantik dengan kemeja oversized kotak merah yang tak dikancing memperlihatkan kaos putih dan celana pendek setengah pahanya sudah menunggu.

Jevon membuka kaca helm, lalu tersenyum.

Jane balas tersenyum.

Hening.

"Nunggu daritadi Jane?" tanya Jevon kaku, melepas sunyi.

'Anjir goblok pertanyaan apa itu,' umpat Jevon dalam hati. 'Lo kan barusan nelpon dia sampe kesini nyet'

"Haha, nggak," jawab Jane meringis. "Pergi sekarang?"

'Mau mampir dulu sih ngobrol-ngobrol santai di teras rumah lo hehe'

"Yuk. Yang lain udah nunggu," kata Jevon tersenyum.

Jane mengangguk kecil, mulai memakai helm putih yang sedari tadi ia pegang. Gadis itu meraih pegangan belakang motor Jevon. Motor besar itu membuatnya agak kesusahan. Hingga mau tak mau memegang pundak Jevon sebagai tumpuan untuk naik.

Jevon awalnya agak tersentak disentuh gadis itu tiba-tiba. Tapi ia segera menolehkan kepala ke belakang, lalu merentangkan tangan membantu gadis itu duduk di belakangnya.

"Elo kayak Jesya ya," komentar Jevon setelah Jane sudah duduk di belakangnya.

"Hm?" Jane mengernyit tak mengerti.

Jevon terkekeh geli, "kalau naik motor gue susah banget. Bahkan biasanya gue dicekek," ucap pemuda itu tertawa sambil mulai menginjak gigi bersiap pergi.

Saat Jevon menarik gas pergi, ia tak sadar di belakangnya ekspresi wajah Jane berubah.

'Oh.... Jadi sering pergi bareng Jesya?'


**


"Kalian tadi mampir ke distro dulu ya?" celetuk Rosi saat Jevon dan Jane baru saja masuk ke rumahnya. "Tuh. Beli baju kapelan," godanya membuat Lisa dan Bobi yang sibuk menghabiskan gorengan di depan mereka jadi menoleh.

Jevon memakai kemeja merah marun dengan jaket hitam tak berkancing, sementara Jane di sampingnya memakai kemeja merah kotak-kotak oversized. Keduanya jadi menoleh satu sama lain, sama-sama tersentak.

"Jodoh dah jodoh," goda Lisa sambil mencomot sebiji lombok ijo.

"Eak," seru Bobi menghebohkan, walau mulutnya penuh mengunyah tahu isi.

Jane hanya tersenyum tipis, kemudian mendekat dan duduk ke samping Lisa. Jevon yang merasa aneh sejak di jalan tadi menggaruk kepala sesaat sebelum mendudukkan diri ke samping Rosi.

"Dah cepet. Makan mulu lo berdua," omel Rosi sambil mulai membuka laptop. Bobi dan Lisa mau tak mau menurut.

Jevon merapat ke Rosi, ingin melihat ke arah layar laptop. Namun matanya bergerak, melirik Jane yang sedang menertawakan Bobi yang melontarkan lawakan receh bersama Lisa.

Ah sial.

Jevon selalu suka tawa Jane.

Dan membuat hatinya merasa sesak. Sesak karena debaran jantung yang terlalu cepat. Rasanya tidak sakit, tapi justru hangat.

Dan tawa itu yang membuat seorang Jevon Irsandi jadi seciut ini. Selembek ini. Sepengecut ini.

Sebenarnya bukan hanya Hanbin, banyak laki-laki di luar kelas yang kembali mendekat pada Jane. Anak baru satu itu menarik perhatian siapapun. Apalagi sikapnya yang mudah berbaur dan cuek, menjadikan para lelaki penasaran.

Dan itu membuat Jevon ciut setengah mati.

Jevon merasa tak pantas untuk gadis cantik ini. Ia juga merasa Jane sama sekali tak pernah melirik padanya.

"Jev, ini nanti-" ucapan Rosi terhenti begitu saja ketika menoleh melihat wajah Jevon yang menatap dalam Jane tanpa sadar.

Jevon tersentak dan tersadar. Pemuda itu menoleh, mengerjap linglung.

Rosi mendecih pelan, mengerti. Gadis itu merapatkan bibir. Diam sejenak sebelum menolehkan kepala pada Bobi.

"Bob beli doger di gang depan dong," ucapnya tiba-tiba membuat Bobi mengernyit.

"Lah kata lu cepet kerja jan makan mulu," protes Bobi bingung.

"Gue yang bayar."

"Sipp!!!" Bobi langsung berdiri riang.

"Sono Lis ikut," kata Rosi menggerakkan dagu.

Lisa menurut begitu saja dan berdiri. Setelah menerima uang dari Rosi keduanya melangkah pergi keluar rumah bersama.

"Bentar ya. Gue mau ngecharge hape dulu," pamit Rosi meraih hapenya dan langsung berdiri, melangkah menuju kamarnya.

Jane yang tersadar apa yang sebenarnya terjadi, melebarkan mata kecil. Gadis itu merutuk dalam hati, mengalihkan wajah dari pemuda yang duduk membentuk sudut berjarak darinya.

Jevon meneguk ludah. 'Ini gue ucapin makasih apa gue maki-maki ya.'

Di dekatnya, Jane merunduk juga membatin. 'Jangan salting Jane jangan saltiinnggg.'





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2A3: Classmate ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang