17. Bingung

29.3K 4.6K 267
                                    


17. Bingung



Jevon mengembungkan kedua pipinya, bersandar ke kursi penonton kemudian menghela nafas. Pemuda itu mendecak sendiri, merasa kembali frustasi. Ia bahkan tak lagi memakai topi hitamnya, karena berkali-kali mengacak rambut frustasi.

Sial.

Dia harus apa sekarang?

Kesempatan pertama sudah hangus gara-gara dua sejoli sialan Miya dan Juan.

Kesempatan kedua gagal total gara-gara si bocah Haylie.

Jevon tak menyiapkan apapun sebelumnya. Semua terjadi spontan begitu saja. Dan sekarang ia benar-benar tak punya 'amunisi' cadangan.

Ah sial.

Padahal sedikit lagi.


Jevon mengacak rambut frustasi, membuat perhatian Jane teralih.

"Kenapa sih Jev?"

"Bingung," jawab Jevon begitu saja tanpa pikir, membuat Jane mengernyit.

"Bingung kenapa?"

Jevon mendecak sendiri, memejamkan mata rapat dan kembali bersandar. "Gue bingung nembak elonya gimana."

"......."

"......."

"Eh." Jevon langsung membuka lebar mata dan menyeplos tersadar kebodohannya barusan. Ia langsung menoleh, dengan wajah bodoh menatap Jane yang melebarkan mata membalas tatapannya.

"Apa?"

Jevon langsung merutuk. Ia kembali mengacak rambutnya, gemas sendiri. Sementara di sampingnya Jane ingin tertawa melihat lucunya pemuda ini tapi setengah mati menahan diri dan belagak memasang ekspresi bingung.

"Backsongnya suara horror sama teriakkan histeris, pas lagi nonton film hantu, dan gue nggak tahu harus ngomong apa. Gue nggak romantis banget ya?"

Jane hampir saja menyemburkan tawa melihat betapa putus asanya pemuda itu kini. Gadis itu mengerjap-ngerjap, menatap Jevon yang sudah melengos sambil membenarkan posisi duduk jadi menghadap gadis itu sepenuhnya. Jevon menghembuskan nafas lagi, menatap gadis itu lekat dengan serius.

"Intinya lo mau nggak punya pacar bego kayak gue?"

'Ya tuhan cowok ini...'

Jane menggigit bibir bawahnya ke dalam, berusaha terlihat tenang walau ia ingin tertawa senang melihat ekspresi lucu pemuda ini.

Ekspresi Jevon jadi merutuk kembali. "Pasti gue diketawain Rosi sama Lisa nih," celetuknya menepuk wajah dengan telapak tangan, merunduk malu.

Kali ini Jane tak tahan lagi. Gadis itu tertawa geli, menjulurkan tangan mengacak puncak rambut Jevon gemas. "Untung gue pinter ya, Jev. Jadi cocok sama lo," candanya sambil tertawa.

Mendengar itu, Jevon langsung mengangkat wajah kembali dan melebarkan mata. "Hn?"

Jane tersentak sendiri. Tersadar kalimatnya barusan. Gadis itu refleks menarik tangannya kembali, langsung salah tingkah.

Jevon mengerjap-ngerjapkan mata sambil membuka mulut kecil tanpa sadar. Hatinya merekah begitu saja.

Jane jadi salah tingkah ditatapi berbinar begitu. Ia langsung menoleh ke depan lagi, "Eh liat tuh anak kecilnya kesurupan," celetuknya menunjuk ke layar besar.

Jevon tersenyum begitu saja. Ia lalu meraih pipi kanan Jane, menolehkannya agar kembali memandangnya, "Jane..."

Jane merasakan pipinya memanas. Gadis itu merona begitu saja ditatapi dalam pemuda itu dengan senyum samar.

Jevon jadi melipat kedua tangan di lengan kursi pembatas keduanya. Ia tersenyum kecil memandangi Jane, "pulang nanti kita beli penggaris couple ya," ajaknya mengerling penuh arti.

Jane melebarkan mata sejenak, namun tersenyum menahan tawa. Membuat Jevon jadi meringis lebar.

"Mulai sekarang gue bakal couple-things sama lo aja. Tapi harus jadi couple dulu," kata Jevon dengan senyum bodoh yang menutupi gugupnya.

Sial. Jane yang ketawa cantik gini bener-bener kelemahan Jevon.

Jevon memainkan bibir sejenak, menatapi Jane menunggu. "Jane mau nggak," tanyanya berharap.

Jane menghentikan tawa. Gadis itu tersenyum tertahan menatap pemuda itu yang menatapnya dengan kerlingan polos berharap. Yaampun Jevon... udah ganteng, gemesin lagi. Kalau gini mana bisa Jane nolak.

Jane tanpa sadar sudah tersenyum memandangi pemuda ini. Ia mengangguk dua kali, memberi jawaban.

Mata Jevon langsung melebar berbinar dengan tubuh menegak, "iya?" tanya memastikan dengan semangat. Tanpa sadar nadanya agak meninggi diantara heningnya penonton film lain yang sedang menonton adegan tegang.

"Sssst, Jevon," tegur Jane menepuk lengan Jevon. Ia bisa mendengar Rosi yang menggerutu kesal mendengar seruan pemuda itu.

Jevon menepuk bibirnya, tapi kemudian tak bisa menahan untuk tidak tertawa ringan bahagia. Jane yang pipinya sudah membara hanya mencibir kecil dan mengalihkan wajah malu.

"Jane," pemuda itu mencolek lengan Jane.

"Hmm."

Jevon mengerjap-ngerjap, memandangi Jane yang belagak menonton menatap depan.

"Boleh cium lagi nggak?"

Jane membalak. Ia langsung menoleh, melihat Jevon yang sudah meringis lebar tanpa dosa. Jane segera mencubit lengan pemuda itu dengan gemas. Membuat Jevon malah tertawa riang dan berusaha menepis serangan Jane.

Dua orang itu benar-benar sudah lupa kalau mereka sedang menonton film horror.








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



**

A/N:

author note tahun lalu. GUE NGAPAIN SIH DULU SELALU INSERT GIF JAEWON

2A3: Classmate ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang