Jane dengan malas bangkit dari sofa ruang tv ketika bel rumah berbunyi. Gadis itu membuka pintu, bersiap menyambut tamunya. Tapi langsung tersentak dengan mata melebar melihat seorang pemuda tampan sudah berdiri di depannya dengan senyum lebar.
"He-"
"Ngapain?"
Jevon langsung mengatupkan mulut, ia jadi tersenyum rapat. "Kok sama pacarnya gitu sih," katanya dengan nada menggoda. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari tangan kanan yang sedari tadi ia sembunyikan di balik punggung, "taraaaa!" serunya riang, menyodorkan sebuket mawa merah ke depan Jane.
Garis wajah Jane berubah merekah. Tapi hanya sesaat. Sampai ia merapatkan bibir menatap Jevon kembali, "tumben," sindirnya mau tak mau menerima uluran bunga itu.
Jevon jadi tersenyum lebar, tapi langsung mengurungkannya ketika Jane melanjutkan.
"Ngerasa bersalah banget?"
Jevon jadi meringiskan gigi, menggaruk lehernya yang tak gatal. "Kita ngomong di dalam dulu deh," bujuknya maju, meraih lengan Jane.
"Ck, apasih," tolak Jane mendorong pelan Jevon menjauh. "Gue mau ngerjain PR."
Jevon mendesah pelan, "ngerjain PR apa balesin askfm?" sindirnya pelan, membuat Jane jadi terdiam. "Sini askfmnya aku yang balesin," katanya mendekat lagi, meraih lengan Jane.
Tapi lagi-lagi Jane merenggut dan menolak pemuda itu menjauh. "Main futsal aja sana."
Jevon melengos sabar, "Jane," panggilnya serak, membuat gadis itu mencoba mempertahankan ekspresi walau hatinya selalu berdesir tiap Jevon menyebut namanya seperti ini.
"Emangnya nggak mau denger penjelasan, hmm?"
Jane jadi agak merunduk, menggigit bibir dan tak menjawab.
Jevon tersenyum samar memandangi gadis itu. "Sini peluk dulu biar kalem," ucapnya sambil merentangkan tangan, langsung menarik tubuh gadis itu dan mendekapnya.
Jane kali ini tak menolak lagi, menaruh dagu di pundak pemuda itu walau tak membalas pelukannya.
"Maaf ya sayang," ucap Jevon lembut, sambil mengusap puncak kepala Jane. Jevon diam sejenak, kemudian mendesah pelan sambil menempelkan dagu ke kepala Jane. "Kemaren emang dibecandain yang lain. Tapi sama Selena nggak ada apa-apa kok, dia tuh sekarang manager futal. Akukan punya kamu."
Jane agak memajukan bibir bawah, "kenapa nggak pernah cerita tentang dia?"
Jevon tersenyum mendengar itu, "Jane, itukan cuma masa lalu. Udah lama. Ya mana kepikiran buat dibahas," katanya dengan kalem, makin mempererat pelukannya. "Makanya kalau cowoknya futsal tuh temenin dong, jangan males."
Mendengar itu, Jane langsung mendorong pelan Jevon melepaskan pelukannya dan memasang ekspresi merenggut. Membuat Jevon justru tertawa renyah. Jevon memandangi wajah cantik gadisnya itu lama, lalu tersenyum.
"Kemaren nggak sengaja ketemu. Terus sama yang lain digoda-godain," kata Jevon menjelaskan. Jane yang mendengar itu menghela nafas, kemudian memajukan bibir bawah. "Aku tuh udah sering dapat hate ask dari fans-fans kamu itu. Tapi kali ini bawa-bawa orang lain aku jadi makin nggak suka."
Jevon mendesah pelan, "ya... aku sempet terbawa suasana sih, jadi ya... agak heboh."
Raut wajah Jane mengeras kembali, "ck, tuh kan-" Jane ingin menjauh lagi tapi Jevon segera meraih kedua lengan gadis itu menahan. Jane melirik buket bunga di tangannya sejenak, lalu memandang Jevon, "kalau ngerasa bersalah, berarti kamu nikmatin banget kan ketemu dia?"
Jevon mendesah berat, menatap gadis itu dalam. "Jane, aku ngerasa bersalah ya karena aku tuh selalu inget kamu, aku nggak mau kamu nantinya jadi salah paham gini," bujuknya selembut mungkin.
"Kalau gitu kenapa nggak ada ngomong sih?" protes Jane masih belum mau luluh.
Jevon merapatkan bibir sejenak, ".... Kata Bobi sama yang lain jangan bilang Jane..."
Jane langsung mendelik, gadis itu dengan gemas mencubit dan menarik hidung bangir Jevon membuat pemuda tersebut mengaduh dan merintih panjang. "Yang pacaran sama akukan kamu, bukan mereka. Kok malah ngikutin mereka sih ih!"
Jevon mendengus kecil, "iya, iya, maaf..." katanya memohon ampun mengusap hidungnya. "Makanya besok-besok temenin futsal dong. Juan aja sering ditemenin Miya, aku malah nggak pernah."
Jane menyipitkan mata, tapi kemudian mencibir kecil saja sebagai jawaban. Membuat Jevon di depannya perlahan-lahan tersenyum.
"Nggak usah senyum sok imut gitu deh," kata Jane belagak ketus dengan bibir merenggut.
Jevon malah terawa, "kamu juga jangan sok manyun gitu. Kan jadi pengen nyium."
Jane langsung melotot, refleks memukul pemuda itu yang malah tertawa dan tanpa dosa sudah berlari masuk ke dalam rumah Jane begitu saja.
"Tengil banget sih. Ih, untung sayang," gerutu Jane gemas, mengekori Jevon sambil membawa sebuket mawar merahnya.
-end
**
A/N:
2020,
HE FAILI 2016 LU NULIS APA DAH CHEESY BANGET
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Classmate ✔ ✔
Teen FictionSeries Pertama #2A3Series Semenjak ada murid baru itu, Jevon memberi usul pada sang ketua kelas untuk membuat grup chat kelas. Pada nyatanya ingin modus saja pada si anak baru, Jane. Tapi makin lama.... Kok yang modusin malah si Hanbin? Apala...