18. Perayaan
"GILA GUE NGGAK NYANGKA GUE MASIH BISA HIDUP SETELAH NONTON ITU!" histeris Rosi setelah keluar dari pintu studio. Wajahnya sudah pucat pasi dan berkeringat basah.
"Makanya kan gue bilang bawa June biar ena," celetuk Bobi mengucek-ngucek matanya, bahkan menguap kecil.
"Bob lo tadi tidur?" tanya Jesya membelalak tak percaya. Yang ditanya malah meringis saja.
"Kuping gue budek duduk samping Hanbin," kata Lisa mengusap-usap telinganya yang memerah.
"Lah gue babak belur di samping lo!" kata Hanbin tak mau kalah sambil menarik rambutnya yang basah keringat ke belakang. "Liat nih! Merah merah!" katanya menunjukkan lengannya yang memang terlihat memar di beberapa titik.
"Buset Lisa," komentar Hanna membelalak dan menggeleng tak menyangka. Lisa hanya melenggang tak tahu menahu.
Jane yang melangkah di samping Jesya agak menoleh ke belakang, memandang Jevon yang ditahan Yena untuk melambai-lambai ke kamera mengisi storyboard snapchatnya bersama Hanin. Walau Bobi ikut nimbrung menampilkan giginya ke depan kamera dengan tak tahu diri.
"Eh gue langsung ya," pamit Yoyo sudah mengarah ke belokan menuju parkiran.
"Istirahat dulu Yo, chatime atau apa kek. Lo nggak ngumpulin nyawa dulu apa," kata Hanbin sambil mendekat ke Jane, lalu meminta tissue dari tas gadis itu.
"Emang dia kayak lo," komentar Lisa sewot, membuat Hanbin menoleh dan balas mencibir kesal.
Tak memedulikan Hanbin, Yoyo menoleh pada Jevon yang berjalan mendekat. "Jev, ayo balik."
Jevon yang berjalan sambil memperbaiki topinya mengangkat alis tinggi, "duluan aja. Gue sama Jane," katanya menggerakkan dagu ke arah gadis yang memunggunginya itu, sibuk membagikan tisu pada Hanbin dan Rosi.
Mendengar itu Hanbin berbalik dan mendelik. "Jane datang sama gue pulang sama gue," protesnya membuat Jane agak menoleh, ingin membalas tapi Hanna sudah datang meminta tisu juga.
Jevon agak menyipitkan mata, kemudian mendengus menatap Hanbin. "Ngapain lo nganter-nganter cewek gue seenaknya."
"Eh?"
Jane yang merunduk membuka bungkus tisu membelalakkan mata, lalu mengerjap-ngerjap tanpa menoleh.
Sementara Jevon yang belagak memasang wajah sengak yang tenang, pada nyatanya ingin berteriak dan tertawa keras.
Dia baru saja memanggil Jane dengan sebutan 'cewek gue'!
CE-WEK GU-E.
Jane berdehem kecil, lalu mendongak memandang teman-teman di depannya. Gadis itu meringis sambil mengacungkan bungkus tisu, "Eung... ada yang mau tisu?"
"WOI LO JADIAN?!"
"LAH ANJAY KAPAN?!"
"JEV BERHASIL JEV?! BERHASIL?!"
"SABI LAH PIZZA SEBAGAI PEJE!"
Jane memejamkan mata dan menarik diri, ketika teman-temannya sudah menyerbunya heboh. Jevon malah cengengesan salah tingkah.
"Guys guys ada yang baru jadian guys!" Yena menyerbu, mengacungkan kamera menyorot wajah Jevon yang sudah dicubiti Rosi dengan haru.
"Akhirnya lo berani nembak yaampun gue bangga Pon," kata Rosi lebay yang sepertinya sedang syuting ftv terbaru.
"Lah anjay orang-orang abis nonton Valak adanya ngalamin kejadian mistis, lah lu jadian," celetuk Yoyo antara kaget tapi juga geli.
"Eh buat semua yang udah pulang duluan. Nyesel dah lo kita mau ditraktir Jevon!" kata Haylie yang sudah menyembul ke dalam kamera Yena yang terus merekam membuat Jevon membelalak.
"Eh, kapan gue-"
"Yeaaa ditraktir Jevon!!!" sorak Lisa bertepuk tangan riuh didukung Hanbin yang juga mendukung semangat.
"Jev, ingat ya Jev. Gue cupid nomer satu jadi bagian gue paling banyak!" kata Haylie dengan mata besarnya yang melebar semangat.
"Gue juga! Tanpa gue lo nggak bakal jadi!" kata Hanbin tak mau kalah.
"Eh kita juga dukung kan ngasih semangat ke Jevon tadi!" celetuk Yena tak mau kalah.
Jevon sudah tenganga menatapi kelakuan heboh teman-temannya yang sudah riuh berebut ingin membeli makanan apa. Sementara Jane yang terbengong-bengong, malah jadi tertawa geli dan pasrah saja ketika Hanna merangkulnya dan menariknya pergi.
"Ayo brader!" kata Bobi semangat, melompat merangkul lengan Jevon dengan riang.
Jevon masih tenganga, menoleh ke belakang. "Eh anjir ini berapa orang?"
"DIKIT!!!!" jawab mereka serempak, kembali mendorong Jevon memaksanya pergi.
"Teyong, Jay, Jaebi, Miya, Juan, Eno, dah pulang!" kata Jesya mengabsen. "Tinggal kita kita aja!"
"Yo katanya lo mau pulang?!" protes Jevon yang melotot Yoyo sudah di sisi kirinya menarik pemuda itu riang.
"Masa gue nggak hadir dalam merayakan kebahagiaan sahabat gue," kata Yoyo sambil meringis. Jevon langsung mengumpat padanya.
"Yeee Jane abis jadian nih!" goda Yena melompat ke samping Jane mengacungkan kamera kembali menyampahi storyboard snapchatnya.
Jane melihat ke kamera, tapi kemudian tertawa malu dan mengalihkan wajah.
"Semoga Jane diberkati Tuhan karena telah memacari Jevon," kata Hanna dengan mimik wajah serius menatap kamera.
"Amin," sahut Haylie menimpali. Diikuti Jesya dan Hanin dengan serempak.
"Hati Jane sangat mulia karena telah memungut Jevon," celetuk Jesya juga dengan wajah serius pada kamera.
"Ini memang pilihan hidup yang berat. Tapi Jane pasti kuat," Hanna merangkul dan menepuk pundak Jane. Menghela nafas berat dan menggelengkan kepala prihatin.
"Apaan sih ah lo sialan," kata Jane tertawa malu.
"Ok tunggu episode selanjutnya Hanna and Yoyo!!!!" heboh Haylie menunjuk-nunjuk ke arah kamera dengan semangat.
Hanna langsung mengumpat dan menarik rambut gadis itu dari belakang. Berikutnya mereka jadi tertawa bersama, mengekori Jevon yang terus dirangkul rapat Yoyo dan Bobi, dengan Hanbin, Lisa, dan Rosi di depan mereka memimpin.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Classmate ✔ ✔
Teen FictionSeries Pertama #2A3Series Semenjak ada murid baru itu, Jevon memberi usul pada sang ketua kelas untuk membuat grup chat kelas. Pada nyatanya ingin modus saja pada si anak baru, Jane. Tapi makin lama.... Kok yang modusin malah si Hanbin? Apala...