Ruinn POV
Lukas terus berbicara dan membuatku semakin sulit bernafas, Aku tak berani menatap matanya dan mencoba mengabaikannya. Dia terlihat kesal dan menciumku untuk yang pertama kalinya, Aku sangat bingung seakan tak percaya dengan perbuatannya.
Dia melepaskan ciumannya dan menatap wajahku yang saat itu rasanya ingin meleleh, dia tersenyum membuatku semakin tak bedaya. Dia kembali mencium bibirku dengan lembut, bibirnya terasa hangat dan kenyal tanpa sadar Aku membalas ciumannya yang berlangsung cukup lama. Dia melepaskan ciuman itu dan menyandarkan kepalanya dikursi, Aku tak berani menatap wajahnya dan mencoba kembali terfokus pada film itu. Jantungku berdetak hebat seakan ingin meledak, tanganku keringat dingin padahal AC di bioskop ini cukup dingin. Aku tak berani menoleh ke arah Frena maupun Lukas.
Tak ada percakapan yang terjadi setelah insiden itu, Lukas terlihat sangat diam membuatku bertanya-tanya.
Setelah film itu selesai, Aku dan Frena berpamitan untuk pulang. Lukas sepertinya terlihat biasa saja dan menganggap tidak terjadi apa-apa, Aku sedikit kecewa dengan perlakuannya.
Aku tak bisa tertidur semalaman karena membayangkan ciuman itu, apakah Lukas sedang mempermainkanku? Aku menarik selimut ku kesal karena mengingat sikapnya ketika keluar bioskop.
Ke esokan harinya, seperti biasa ketika jam istirahat. Aku dan Frena ke perpustakaan untuk membantu dan menjaga perpustakaan.
Lukas menghampiriku dan memintaku membantunya mencari sebuah buku, Aku berjalan menuju rak-rak buku perpus. Suasana di perpus memang sangat sepi, siswa/i sepertinya tidak ada yang terlalu tertarik untuk ke perpus.
Aku mengambil buku yang Lukas butuhkan, Lukas mengambil buku itu dari tanganku.
"Thank you" dia mencium bibirku dengan cepat dan berlalu meninggalkanku yang saat itu masih terpatung
Bell masuk berbunyi, Aku kembali kedalam kelas. Ku lihat Lukas sedang berbincang dengan seorang wanita, membuatku sangat geram. Sebenarnya apa yang Lukas lakukan padaku? Aku mengusap bibirku dengan kasar.
Aku kembali ke dalam kelas masih dengan wajah marah, Frena melihatku dan merasa bingung.
"Kamu kenapa?" Tanya Frena padaku
"Fren.. Aku bingung" suaraku lemas
"Bingung kenapa? Lukas??" Frena sepertinya bisa menebak jalan fikiranku
Aku menganggukkan kepalaku, Tomy menghampiri kami dan mengajak kami makan bareng sepulang sekolah.
"Hey.. nanti sepulang sekolah gw traktir makan sop Iga" suara Tomy bersemangat
"Yeay.. kamu emang cowo yang paling pengertian" Aku sangat gembira mendengar ajakan Tomy
Tomy satu angkatan dengan Aku tetapi beda kelas, Aku dan Frena mengenalnya saat lomba tingkat sekolah dan kami di pasangkan bertiga.
"Eh btw mobil gw dibengkel, gw bawa motor" Tomy menjelaskan keadaannya
"Yaudah, Ruinn kamu ikut Tomy yah biar Aku nanti ajak yang lain" Frena meyakinkanku dan kembali mengalah denganku
Aku menaiki motor besar Tomy dan menahan tanganku dipunggunya, aku menunggu Frena dan ku lihat Frena bersama Andre.
"Tom.. kenalan ini Andre" Frena memperkenalkan Andre pada Tomy
"Hi ndre.." sapa Tomy
"Hi.. Tom.." sapa Andre
Tomy mengambil buku menu dan memilih menu kesukaanku, Aku bercanda dengan Tomy dan sesekali mengodanya. Frena dan Andre hanya tertawa melihat kelakuan Aku dan Tomy, dengan sangat baik hati Tomy mengantarkanku pulang kerumah. Aku dan Tomy meninggalkan Frena dan Andre yang masih asik mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gimme A Space
RomantizmDia imajinasiku yang menjadi nyata, cinta pertamaku yang terbalas. Aku takut kehilangannya, meski sikapku biasa saja sesungguhnya Aku sangat takut kehilangan.