10. Welcome Home

2.1K 187 42
                                    

The Unspokens

10.

Welcome Home

Hari demi hari berlalu. Tepat seminggu setelah kejadian itu, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka.

MerekaㅡJongin tepatnya, membuat berjuta alasan mengenai mengapa ia meninggalkan gadis itu sendirian. Sementara Tiffany sendiri sekarang menghindari kontak mata dengannya dan yang pasti; menghindari kontak fisik apapun.

Nyonya Kim kini mengantar mereka berdua ke depan dan Jongin membawa barang-barang miliknya dan istrinya ke bagasi mobil.

"Tiffany, jika sesuatu terjadi lagi katakan padaku, Jongin ini memang anak yang bodoh, however, maafkan Jongin yang meninggalkanmu sendirian hari itu," ucap Nyonya Kim, terselip nada penyesalan di kalimatnya.

Tiffany tersenyun kecil, "Tentu. Aku pasti akan," Ia menatap kesal Jongin yang menunggu kelanjutan perkataannya, "membunuhnya sebelum dia melakukannya."

Nyonya Kim tertawa renyah mendengarnya. Sikap Tiffany yang seperti ini menunjukkan hubungan mereka baik-baik saja, kan?

Sedang Jongin kini mengalihkan pandangannya pada barang bawaan mereka, perlahan menarik sudut bibirnya.

Dia kembali.

Kim Jongin dan Stephanie Hwang sampai di apartemen mereka. Tiffany terlihat enggan masuk ke apartemen itu, menciptakan seringaian di wajah Jongin semakin kentara.

Lelaki itu mendekatkan bibirnya ke pipi Tiffany.

Cup.

Tiffany refleks menoleh ke samping dengan wajah memerah, menatap nyalang Jongin, "Ya!"

Jongin hanya terkekeh mendapati ekspresi yang jarang dikeluarkan gadis itu.

Oke, akhirnya Tiffany masuk dengan menghentakkan kakinya. Ketika ia melewati ruang tengah, pikirannya melayang pada kejadian itu.

"Argh menyebalkan sekali!"

Tiffany rasa ia perlu memberi gadis bernama Krystal itu sedikit pelajaran nanti, jika dia ingat, sih. Tapi ngomong-ngomong ia tidak peduli lagi padanya.

Oh ya, kapan terakhir kali ia menghubungi Luhan, ya? Ia jadi rindu keposesifan pemuda itu, dan ocehannya tentu saja.

"Di mana ponselku, ya?" gumamnya sembari merogoh tas selempangnya.

Tidak ada.

Ia melirik ke sepanjang jalan ruang tamu, tidak ada.

Atau jatuh di tengah jalan? Di lift?

Langkah kakinya terus membawanya ke arah lift, matanya bergerak ke sana kemari mencari keberadaan ponsel bercase merah jambu kesayangannya itu.

Namun langkahnya terhenti ketika mendapati sepasang kaki di depannya. Ia mendongakkan wajahnya.

Untuk kedua kalinya, ia terpesona oleh paras tampan milik Kim Jongin dan ia rasa ia tak akan menarik kembali perkataannya.

"Kenapa?" tanya Jongin.

"Aku kehilangan ponselku. Kau melihatnya?"

Jongin tersenyum misterius, "Tidak?"

Tiffany tak lagi bisa memahami apa "tidak" barusan adalah sebuah pernyataan atau justru pertanyaan, tapi intonasinya terdengar seperti ia tahu segalanya.

The UnspokensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang