The Unspokens
5 — Forhead Kiss
Matahari terlalu terik untuk dikatakan pagi. Sinar yang berhasil menembus tirai berwarna biru laut itu memaksa matanya untuk terbuka. Matanya yang perlahan membuka itu melihat sekeliling masih dengan setengah sadar. Dimana dia sekarang? Tempat ini terlihat asing.
"Kau sudah bangun?" Seorang pria bersurai cokelat gelap itu tersenyum padanya.
"Luhan?" Hanya kata -atau pertanyaan- itu saja yang dapat terucap dari bibirnya, tetapi pria itu tahu, panggilan untuknya itu adalah pertanyaan untuk sebuah penjelasan. "Aku mengikutimu hingga ke lorong apartemen kemarin, memastikan kau sampai dengan selamat," jawab Luhan sekenanya.
"Lalu?" Tiffany bingung pasalnya perkataan Luhan barusan tak menjawab pertanyaannya.
"Aku melihatmu duduk menunduk di depan pintu apartemen kalian. Apa ini tentang Jongin?"
"Jangan sebut namanya," ujar Tiffany datar namun terselip nada kesal yang kentara. "Jelaskan saja bagaimana aku bisa di sini."
Luhan mendekatinya dan duduk di pinggir kasur. "Kau demam setelahnya dan menolak masuk ke apartemenmu, jadi kubawa saja kau ke sini."
Tiffany menghela napas panjang. "Thanks, Lulu. Aku beruntung punya seseorang yang bisa diandalkan sepertimu." Sebuah senyuman tersungging di wajah Tiffany, dan itu membuat Luhan menarik kedua sudut bibirnya pula. Wanita itu seperti happy virus untuknya, dan dia selalu berharap untuk bisa terus melihat senyuman itu.
"Kau sudah tidak demam lagi, kan?" Telapak tangan Luhan menyentuh kening Tiffany. Sebuah gelengan lucu oleh Tiffany membuat moodnya membaik. "Mau jalan-jalan ke luar? Kurasa demammu hanya karena kelelahan saja. In that case, let's have fun, Pink."
Kata 'pink' dari bibir Luhan membuat Tiffany tersenyum kecil dan itu cukup untuk menciptakan rona samar di pipinya.
"Yes, please, Captain Lu!"
|
Luhan dan Tiffany. Mereka berteman sejak kecil. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, mereka selalu saja satu kelas. Mereka seperti lem dan perangko. Sampai saat mereka harus kuliah, mereka memilih dua jurusan yang berbeda dan perkuliahan ternyata bisa memisahkan mereka secara total.
Awalnya sering bertemu, kemudian jarang. Mulai dari jadwal yang padat (yang membuat mereka mau tidak mau hanya bertukar pesan atau sesekali telepon) sampai lost contact.
Itu sangat menyedihkan untuk keduanya, tapi hari ini semua terbalaskan. Diawali dengan minum caramel macchiato di kafe Luhan sampai bermain di pusat hiburan—yang berakhir naik bianglala dengan permen kapas di tangan mereka.
Tiffany tersenyum bebas. Dia lupa kapan terakhir tersenyum seperti ini. Tapi meski begitu dia tak ingin mengingatnya, dia harus fokus pada apa yang ada sekarang, kan? Wanita itu terkekeh pelan. Hal-hal yang selalu diharapkannya akan Jongin lakukan malah terjadi begitu saja bersama Luhan.
"Kau senang?" Tiba-tiba Luhan bertanya dengan senyum yang tak kunjung menghilang, membuat Tiffany mengangguk pasti. "Sangat sangat saaangat senang. Terima kasih, Captain!"
Mereka tersenyum sambil melihat langit Seoul yang menggelap.
"Oh, Luhan, bisa kau antarkan aku kembali ke apartemenku setelah ini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/74177406-288-k94288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unspokens
FanfictionJongin dan Tiffany adalah dua orang yang terjebak dalam sebuah perjodohan dan memutuskan untuk menjalani seperti seharusnya, tetapi bagaimana jika ternyata secara tidak sengaja mereka jatuh hati? [exoshidae; kaifany]