STILL SEHUN POV
"Apa kau sudah selesai? Kukatakan padamu, aku tak membutuhkan rasa khawatirmu itu. Bukankah kau bilang sendiri bahwa aku bukanlah urusanmu? Jadi apa pedulinya dirimu? Dan sejak kapan kau belajar kata 'menghargai'? Rasanya kau perlu cermin Oh Sehun!"
DEGG
Aku hanya terdiam terpaku mendengar ucapannya tadi. Ia benar. Bukankah memang aku yang memintanya untuk tak usah mempedulikannya? Bukankah aku yang memintanya untuk megurus urusan masing-masing? Tapi, apakah aku salah jika rasa khawatirku padamu ini tumbuh? Apakah aku berdosa bila untuk kali ini saja aku ingin menaruh rasa peduliku ini padamu? Apakah ia benar-benar marah padaku?
"Apa kau tak bisa bicara dengan baik-baik huh? Aku lelah. Kajja kita pulang. Aku sedang tak mau berdebat," hanya itu yang bisa kukatakan. Entah kenapa, lidahku seperti kelu untuk mengucapkan kata maaf. Terdengar simple bukan sebenarnya. Hanya kata 'maaf' mungkin sebenarnya aku bisa mencairkan suasana ini. Tapi aku tak bisa.
"Kau bilang tak mau berdebat? Lihat saja sikapmu Oh Sehun yang selalu mampu membuat emosi! Mood-ku sedang buruk jadi pergilah."
"Kenapa kau begitu keras kepala?" tanyaku pelan.
"Keras kepala? Egois? Ya, inilah aku sebenarnya! Jung Eunji yang hari ini harus kehilangan flashdisk berisi presentasi. Jung Eunji yang proyeknya hancur karena dirusak oleh orang lain, entah siapa. Jung Eunji yang masih harus mengerjakan proyek itu kembali sampai larut malam dan harus berhenti karena namja yang bersikap sok peduli," ucapnya kian lirih. "Aku tak masalah dengan semua itu. Itu hanya menguras energiku dan itu memang kehidupan mahasiswa,bukan?"
Aku hanya diam termenung mendengar semua luapan isi hatinya. Ingin aku memeluknya untuk menenangkannya. Ia pasti menjalani hari yang buruk kali ini.
"Tapi..," ia memandang kearahku. "Ada yang lebih mengusik hatiku. Bagaimana perasaanmu ketika kau hanya ingin berbuat baik, ingin peduli, ingin menjaganya namun orang itu justru tak suka dengan kehadiranmu ataupun sikap 'sok baik' itu? Atau ia malah mengacuhkanmu? Apakah itu yang juga kau rasakan Oh Sehun?"
Cairan bening itu mengalir keluar dari pelupuk matanya. Ya Tuhan, apa aku sejahat itu?
"Mianhae, tinggalkanlah aku. Aku bisa pulang sendiri tanpa.."
Aku tak mampu lagi melihatnya menangis. Kuhampiri dirinya yang tengah duduk sambil terus menangis. Aku menangkup wajahnya dan membenamkan dirinya ke dalam dekapanku. Aku memeluknya erat. Setelah kurasa ia tenang, aku melepas pelukanku tersebut.
Ia kembali ke tempat sebelumnya dan melanjutkan pekerjaannya. Aku mengikutinya dan mengambil tempat di depannya, lalu duduk.
"Hey, kenapa kau tak pulang? Bukankah kau lelah? Aku bisa pulang sendiri atau aku dapat meminta Baekhyun mengantarku pulang,"
Aku tersenyum simpul. "Sudahlah ayo lanjutkan pekerjaan ini. Aku akan membantu. Lagipula, Baek-hyung sedang di rumah sakit untuk merawat ibunya." Ia hanya mengangguk tanda megerti.
-Lima menit berlangsung-
"Noona, mianhae. Aku telah bersalah padamu. Apa kau mau memaafkanku?"
Gadis itu tak menjawab. Ia malah memintaku untuk mengambilkan lem. Jawaban macam apa itu?
"Sehun cepatlah bawa kemari lem itu agar kita cepat selesai," pintanya sambil menoleh kearahku. aku tetap menggemgam erat lemnya.
"Anni, aku tak akan memberikannya sebelum noona menjawab pertanyaanku."
"Jangan sok imut seperti itu. Dan sejak kapan kau memanggilku dengan sebutan noona?"
"Yak sudah cepat jawablah," aku mem-pout-kan bibirnya.
Gadis itu hanya mengangguk dan berkata nde.
"Apa hanya itu jawabanmu huh? Di dalam drama biasanya si yeoja akan menjawab 'Tak perlu minta maaf, kau tak salah' atau 'aku sudah memaafkanmu sejak dulu',"
"Karena aku bukan yeoja romantis itu, aku Jung Eunji," senyumnya manis.
***
Maaf ya ceritanya makin hari makin abal..
Aku bakal perbaiki lagi kok
next chapter'll be better:))
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Say that I Do Love You
FanfictionAku jahat. Aku bodoh. Aku pengecut dengan meninggalkan seorang gadis yang bertanya-tanya apa maksud semuanya ini. Aku hanya tak mampu mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta.