EUNJI POV
Yeiy! Akhirnya selesai juga. Aku merentangkan kedua tanganku untuk merilekskannya yang telah penat dan lelah setelah semalam suntuk bekerja. Jam sudah menunjukan pukul dua pagi. Aku melirik ke arah Sehun yang kini tengah tertidur pulas dengan mulut ternganga. Aku mengambil handphoneku dan mengabadikan salah satu momen aibnya.
"Nah, selesai. Bagaimana bisa dengan pose anehmu itu kau masih saja tetap tampan?" ujarku lirih.
"Aku memang tampan. Apa kau terpesona denganku huh?"
"Anni," elakku. Apa ia mulai mempermainkanku? "Baik, cepatlah bangun. Apa kau tak pulang?"
"Nde, tapi ini sudah sangat larut."
Aku mendengus mendengar keluhannya. "Apa kau takut Oh Sehun?" godaku sambil memainkan dagunya yang seperti pisau itu.
"Anni, tentu saja tidak," Ia bangkit berdiri, menarik lenganku dan mencengkeramnya erat-erat melewati tiap lorong yang telah sepi dan gelap. Aku hanya mengikuti langkahnya yang amat cepat. Aku perlu sedikit berlari agar dapat mengimbanginya. Aku tahu, pasti ini karena ia takut. Tak usah membohongi dirimu Oh Sehun jika kau memang takut pada hantu. Senyumku nakal. Aigo, tingkahmu lucu sekali.:D
***
SEHUN POV
"Aku tau mungkin kau tak akan suka,noona.. Aku tak membawa uang. Bus sudah juga sudah tak beroperasi jam segini. Jadi, naiklah. Hanya sepeda ini yang kupunya," ajakku putus asa. Ia hanya tersenyum simpul mendengar ajakanku. "Wae? Kau tak mau? Jinjja, aku benar-benar tak punya uang untuk membayar taxi. Mian..," aku menyakinkannya dengan menunjukan isi dompetku.
"Tak apa, aku tahan dingin kok. Sebentar, sepertinya kau kedinginan Oh Sehun. Pakailah ini," ia merogoh ranselnya dan mengeluarkan suatu syal. Ia memakaikannya pada leherku dan mengikatnya. Aigo¸ kupastikan jantungku sudah sangat berdebar dengan sikapnya ini. "Kajja," ia naik pada boncengan berdiri di belakangku. Tangannya memegang bahuku kuat. Aku masih belum bisa mengontrol detak jantungku yang sudah tak karuan ini.
***
Malam ini sungguh indah. Bulan purnama bersinar terang di tengah keheningan malam yang kian larut. Bintang-bintang pun tak kalah semaraknya. As if the universe know what you feel now, happiness. Aku tak butuh bunga-bunga musim semi untuk mendukung suasana malam ini. Hawa dingin musim gugur tetap membuatku hangat dengan kehadiranmu, Jung Eunji. Aku tak tahu apa yang sedang kurasakan kali ini.
"Aku lapar, aku ingin membeli sesuatu di minimarket terlebih dahulu. Kau tak keberatan kan?"
"Nde,"
Aku membeli dua bungkus roti dan se-cup coffee sebagai pengganjal perutku. Aku tak memilih mie karena pasti Luhan-hyung akan memarahiku. "Kau tak membeli sesuatu?"
"Aku sedang program diet," jawabnya singkat.
"Kau bisa pingsan jika tak makan. Sejak tadi kau terus sibuk dan tak menyempatkan diri untuk mengisi perutmu yang kosong itu. Cepat, ambillah apa yang kau mau."
"Tidak. Aku sudah banyak merepotkanmu. Sebagai wanita aku tak ingin badanku membengkak hanya karena makan sekarang,"
"Tak usah pedulikan penampilanmu," jawabku kesal."Kau tetap cantik bagiku," aku pergi meninggalkannya sendiri di kasir. Aku membawakannya sepotong roti dan sekaleng susu lalu membayarnya ke kasir. Ia masih disana. Diam membeku.
"Apa kau tak mau pulang?" ucapku memecah kecanggungan diantara kami. Oh Sehun, apa yang barusan kau katakan? Apa ini dari lubuk hatimu yang sebenarnya?
****
ini ff pertamaku, jadi masih amatiran. aku minta saran jika readers mau. thanks:))
tetep lanjut baca yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Say that I Do Love You
FanfictionAku jahat. Aku bodoh. Aku pengecut dengan meninggalkan seorang gadis yang bertanya-tanya apa maksud semuanya ini. Aku hanya tak mampu mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta.