Sang surya telah menampakkan sinarnya hari ini, tanda bahwa hari telah berganti. Namun hari ini tampak begitu cepat dengan pikirannya yang bisa dibilang agak 'riweuh' mengenai janjinya dengan seseorang nanti malam. Bahkan sampai hari telah menjelang petang pun ia masih berkutat dengan hal, apa yang akan ia pakai nanti di pesta. Jarang. Jarang sekali. Ia masih ingat dengan jelas kapan ia memakai gaun. Acara 'graduation' dan 'promp night' dimana ia menjadi salah satu pengisi acara disana.
"Ji-ah, cepatlah kemari. Kau tak mau kan ke pesta dengan rambut seperti singa, huh?! Serahkan padaku, biar aku yang mendandanimu,"
"Haist, kenapa merepotkan sekali. Kalau tau begini, lebih baik aku menolaknya saja," sungut Eunji.
"Hahaha, apa kau bilang barusan, menolak? Kau yakin? Apa kau tak cemburu kalau-kalau Luhan mengajak wanita lain? Jangan jadi munafik begitu," ucap Bomi.
Kali ini Eunji memilih diam. Tak ada gunanya meladeni sahabatnya ini. semua yang dikatakan olehnya benar. Ia tak rela seorang Luhan bersanding dengan wanita lain malam ini.
***
Eunji menatap lekat dirinya didepan kaca kamarnya. Kini ia tengah berdiri dengan mengenakan gaun putih selutut dengan sedikit manik-manik menghiasinya. Rambutnya kini tengah tertata rapi. Tak ada hiasan tapi dijamin setiap orang tak kan mengenali Eunji. Eunji yang tiap hari dengan kuciran ponytail-nya atau rambut terurai berantakan.
"Apa aku cantik? Bagaimana kalau aku malah mempermalukannya? Aahh, apa yang harus kulakukan?"
Eunji terlalu fokus dengan dirinya sehingga tak menyadari bahwa seseorang kini sedang memperhatikan lenggak-lenggok-nya sedari tadi di depan kaca.
"Sampai kapan kau akan memandangi kaca eoh?" ujar Bomi mengagetkannya. Eunji yang menyadari kehadirannya justru mendengus kesal. "Cepat, Luhan sudah menunggumu di depan. Kau tak mau menemuinya?"
"Mwo?" Eunji membulatkan matanya setelah mendengar pengakuan temannya itu. "Kenapa kau tak mengatakannya sedari tadi,Bbom-ah. Yak sekarang aku harus memakai sepatu yang mana? Aduh, eotokke?"
"Kau memang tetap menjadi Eunji yangpanik. Turunlah, aku sudah menyiapkannya untukmu,"
CUP! Satu kecupan mendarat di pipi Bomi saking senangnya Eunji yang sedari tadi telah dibantu. Bomi yang kaget hanya manggut-manggut saja melepas kepergian Eunji.
***
Hening. Luhan dengan setelan kemeja, jas, dasi dan celana hitam sedang fokus dengan kemudinya. Menembus jalanan Kota Seoul yang gemerlap. Menerjang dinginnya angin malam yang dingin mengingat sekarang sedang musim gugur. Sedangkan gadis desebelahnya, hanya memandangi keadaan luar jendela. Memperhatikan setiap cahaya temaram lampu di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Say that I Do Love You
FanfictionAku jahat. Aku bodoh. Aku pengecut dengan meninggalkan seorang gadis yang bertanya-tanya apa maksud semuanya ini. Aku hanya tak mampu mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta.