Unpredictable (15)

168 34 16
                                    



"Apa kau mau kencan denganku?"

Aku tak tahu apa yang ada di pikiran bocah satu ini. Terlalu labil bila aku boleh jujur. Tadi dia yang membatalkan dan sekarang ia malah mengajak berkencan. Omong kosong macam apa itu?

Tunggu, what, kencan???!!

Aku melepaskan genggamannya pada tasku. "Apa kau sedang bercanda Oh Sehun? Aku tak suka gurauan mu kali ini,"

Ia membalikkan tubuhku dan memegang bahuku serta menatapku dengan lekat. Aku bisa melihat penyesalan tersirat pada matanya yang coklat itu.

"Apa kau mau berkencan denganku?" ucapnya satu kali lagi dengan lembut.

Apa yang barusan bocah ini katakan? Ini bukan bulan april, jadi tak mungkin dia akan bergurau saat ini.

Aku menatapnya kosong. Ia justru membalasku dengan tatapan sendu penuh penyesalan. Mengapa aku begitu lemah ketika menatap sorot matanya? Ada apa dengan diriku? Aku merasa jantungku berdegup dua kali lebih cepat sebagai reaksi atas ucapannya barusan.

"Apakah hatiku sedang luluh padanya?"

Belum sempat aku menjawab gemuruh di hatiku, kini tangan kanannya sudah berada di pundakku,

"Kau diam, berarti kau tak menolak. Kajja!" ujarnya santai.

Heol, ia bersikap seperti tak ada apa-apa saja. Apa ia lupa kalau ia sendiri yang membatalkan acara jalan hari ini? Apa ia tak segan untuk mengajakku lagi setelah tadi sempat marah bahkan membentakku? Aku tak mengerti jalan pikir pria satu ini. Hidup seolah-olah harus sesuai dengan keadaan hatinya. Ia mungkin tak pernah merasakan bagaimana perasaan orang lain akibat sikap semena-menanya ini.

"Sebenarnya kau mau mengajakku kemana? Aku curiga jangan-jangan kau mau menculikku ya?" tanyaku penuh selidik.

"Sudah, ikuti aku saja," jawabnya singkat.

Kini kami telah memasuki area suatu taman. Sebenarnya aku sedikit familiar dengan taman ini. Bus menuju kampusku selalu melewatinya. Namun, aku belum pernah kesini. Kuakui taman ini cukup indah. Dedaunan yang telah men-jingga tampak berserakan di jalan, tanda di Seoul sedang musim gugur.

"Nah, kita sudah sampai!"

***

AUTHOR POV

"Luhan, apakah kau sudah menunggu lama nak?"

"Ani, saya juga baru sampai Sajangnim."

"Aih, kau memang pelupa. Sudah kukatakan berkali-kali, jika berda di luar kantor, panggil saja aku appa,"

 Sudah kukatakan berkali-kali, jika berda di luar kantor, panggil saja aku appa,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luhan hanya terkekeh mendengarnya. Ya, malam ini Tuan Hwang mengajaknya untuk makan malam di suatu restoran. Tuan Hwang sudah menganggap Luhan sebagai anaknya sendiri sejak kedua orangtua Luhan meninggal akibat suatu kecelakaan. Sepeninggal mereka, Tuan Hwang lah yang menjadi orang tua asuh Luhan dan Sehun. Mulai dari biaya hidup hingga sekolah pun, Tuan Hwanglah yang bertanggungjawab. Namun, kini setelah Luhan telah mampu bekerja sendiri, ia berjanji untuk bekerja di perusahaan kontraktor milik Tuan Hwang.

I Can't Say that I Do Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang