In Spite of All The Heartache(10)

267 53 13
                                    


"Kau belum pulang huh?" tanya Baekhyun pada Eunji. Eunji yang ditanya tak bergeming sedikitpun karena tengah terbenam dalam keasyikan mendengarkan musik. Baekhyun yang merasa diacuhkan akhirnya mendekati Eunji lalu melepas headset tersebut dan berbisik tepat di telinga Eunji, "Apa kau tak pulang huh?"

Eunji merasa merinding atas bisikan tersebut dan langsung membalas bisikan tersebut dengan jitakan di kepala Baekhyun. "Hey Bacon, apa kau tak tahu rasanya jantungan?! Aku hampir mati dengan tindakanmu tadi," jawab Eunji geram.

"Well, I'm sorry," Baekhyun duduk di atas meja menatap Eunji intens. "Kau tak lagi berkunjung kesana?" Eunji menyernyitkan keningnya, tak tahu apa maksud Baekhyun. "Maksudku apartemen itu. Aku melihat beberapa hari ini kau tak seceria biasanya. Apa kau merindukannya?"

"Cih, bicaralah dengan bahasa manusia, Bacon. Lagipula siapa yang harus kurindukan?"

"Aku sangat mengenalmu, Nona Jung. Sejak kecil kita sudah bersama dan membuatku mengerti apa yang sebenarnya kau pikirkan saat ini. Kau hanya perlu jujur, apakah kau masih belum bisa move on dari namja itu?"

"Sebenarnya siapa yang sedang kau bicarakan?" jawab Eunji pura-pura tak tahu. "Apa itu kau? Sehun? Chen? Chanyeol?"

"Bagaimana kau lebih dulu menyebutkan nama adiknya, apa kau sudah beralih ke adiknya? Tent saja namja itu Luhan," perkataan Baekhyun tadi mampu membuat Eunji kembali terdiam.

Move on. Itulah istilah yang telah mengisi daftar resolusi Eunji setelah sekian lama ia menunggu Luhan yang telah meninggalkannya dengan perasaan 'menggantung'. Ia masih tak percaya atas ucapan Luhan yang mengatakan bahwa ia mencintainya ketika acara Prom Night lalu. ia seperti dibawa ke awan, namun ia harus rela dihempaskan kembali karena tak ada kabar dari Luhan. That's the reason.

Eunji sukses. Seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai memudar. Ia tak mau hanya terpaku pada satu orang itu. Sampai akhirnya, they happen to meet a couple of days ago. Perasaan yang masih tertinggal inilah yang ditakutkan Eunji akan tumbuh lagi. Pertemuan mereka ini membuat hubungan mereka makin akrab. Tak jarang mereka pergi bersama walau hanya sekedar ke caffee, bioskop.

"Berkemaslah, kau tak lupa kan dengan janji kita? Tak usah kau khawatirkan ketakutanmu itu. Biarlah ia mengalir seperti air. Kajja, Luhan sudah menunggu."

***

"Kita mau kemana?" tanya Eunji pada kedua namja itu.

"Kita akan minum soju. Sudah lama aku tak meminumnya. Kau tak menolah kan?"

"Anniya, aku tak mau. Lebih baik kalian berdua saja," tolak Eunji.

"Wae? Aku tau kalau kau buruk jika mabuk, tapi justru kau perlu untuk memperbaikinya. Semuanya perlu kebiasaan bukan? Apakah aku benar Tuan Luhan?"

"Tentu."

"Anni, aku tetap tak bisa. Aku harus pulang. Hari sudah larut, pasti Bomi sudah menungguku di apartemen," Luhan yang melihat tanda-tanda akan kepergian Eunji pun segera menahannya.

"Ku mohon, ikutlah bersama kami. Aku yang membayar. I really miss you, Jung Eunji,"

Eunji pun luluh dengan ucapan Luhan tadi. Sudah dapat dipastikan bahwa kini pipinya telah semerah tomat. Ia menutupi dengan tangannya seolah-olah ia sedang kedinginan. Baginya, ini hal yang langka. Seorang Luhan yang sedikit kaku, Luhan yang selalu canggung ketika harus memulai pembicaraan dengan Eunji, kini telah sukses membuat jantung Eunji tak hentinya berdegup kencang.

I Can't Say that I Do Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang