Kringgg.. Kringgg...
Bel tanda berakhirnya sekolah telah berbunyi, mengisyaratkan siswa untuk segera berkemas dan pulang. Tak ada bedanya dengan Naeun dan Kai yang amat sigap membereskan peralatan tulis mereka. Setelah itu, mereka menghampiri Sehun yang masih santai dengan buku-bukunya yang berserakan, bahnkan terkesan malas-malasan.
"Hun-ah, aku sudah membeli bunga yang kau inginkan. Nanti, jangan lupa ambil di lokerku saja, otte?"
"Yak, Oh Sehun! Sepertinya rencanamu untuk menggunakan perahu itu gagal. Karena setelah ku-cek ternyata tempat itu hanya menyewakan sepeda air. Bagaimana?"
"Kau sudah persiapkan semuanya kan? Kau sudah punya baju? Perlu bantuanku?"
Sehun hanya diam saja mendengar celotehan mereka berdua. Ia yang akan ada acara malam nanti, malah bersikap biasa saja.
Sehun tersenyum dingin. "Kalian tak perlu repot-repot menyiapkannya. aku tak akan jalan dengannya hari ini," ucap Sehun sambil meninggalkan kedua temannya yang masih bingung atas perkataannya barusan.
"Hun-ah, tunggu! Kenapa kau membatalkannya? Apa terjadi sesuatu?" tanya Naeun penasaran. "Kau bisa cerita pada kami dan kami akan membantumu. Lagipula akan sia-sia kalau kau benar tak jadi."
"Ceritanya panjang, dan aku malas cerita. Kalian pulanglah,"
"Kenapa kau jadi seperti ini sih? Kemarin kau antusias, sekarang kau begitu cuek. Arghh, benar-benar merepotkan. Apa sih yang membuat nyalimu ciut hah?" omel Naeun tak sabar.
"Ada yang menyukainya, itu alasanku. Apa kau puas?"
"Hanya itu?"
"Lain cerita kalau yang menyukainya adalah hyung-mu sendiri. Permisi, aku pamit."
Kai dan Naeun saling menatap tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Bagaimana bisa dua bersaudara bisa menyukai seseorang yang sama?
"Naeun, aku tak tahu harus mengatakan apa untuk menyakinkannya. Tapi akan kucoba, aku duluan ya."
"Nde, semoga berhasil!!"
***
Gerimis pada sore hari ini tak menyurutkan langkah seorang Oh Luhan untuk mencari suatu kado kecil spesial khusus untuk orang spesialnya. Cincin. Ya, suatu cincin emas putih akan ia sematkan pada jari manis seseorang. Ia belum tahu siapa sosok itu. Namun, saat ini hanya Eunji-lah yang dipikirannya. Meskipun ia tak tahu status atau hubungan apa yang sedang ia jalani.
Kenalan? Tentu bukan, waktu lima tahun lebih tak mungkin hanya sekedar disebut sebagi kenalan. Ia tahu segala-galanya tentang Eunji.
Teman? Terlalu jahat untuk hanya menyebut mereka hanya sekedar seorang teman. Luhan ingin lebih dari itu. Suatu status yang menjadikannya lebih dekat seorang Eunji.
Teman baik? Hahaha, 'slightly true'. Ingat ketika Luhan acapkali meminta bantuan kepada Eunji. Salah satunya saja ketika ia harus pergi keluar kota, dan Eunji-lah yang 'merawat' Sehun. Begitu pula Eunji yang kerap meminta Luhan untuk mengajarinya pelajaran kuliah.
Pacar? Tentu saja bukan. Ungkapan 'Aku menyukaimu' saja tak pernah sekalipun keluar dari mulut Luhan. Ia sendiripun masih canggung ketika berhadapan dengan Eunji. Kalau bukan sosok Eunji yang ramah, easy going, dan ceria, mungkin Luhan masih saja malu untuk berbicara dengan Eunji.
Tanpa ia sadari, sikap egois nya ini telah menggantungkan seorang yeoja yang telah sungguh percaya bahwa Luhan-lah pria yang ia cintai. Kalau bisa dilihat, sikap cemburunya yang lalu sudah mampu memberi petunjuk kalau ada orang lain yang sakit melihat pujaan hatinya bersama orang lain. Entah ia terlalu polos atau bodoh untuk membaca isyarat itu atau bahkan ia telah tahu naun ragu dengan rasa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Say that I Do Love You
FanfictionAku jahat. Aku bodoh. Aku pengecut dengan meninggalkan seorang gadis yang bertanya-tanya apa maksud semuanya ini. Aku hanya tak mampu mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta.