Eunji mencuri pandang ke arah Bomi yang tengah mengaduk sup ayam sambil mencicipinya. Sesekali ia melihat ke arah ponselnya, membaca pesan dari seseorang berulang kali. Bomi yang merasa diperhatikan pun akhirnya angkat bicara.
"Apa ada yang aneh dariku,Jung Eunji? Kenapa sedari tadi kau melirikku? Apa ka sudah gila dengan mulai menyukai yeoja?" tanya Bomi kesal.
Eunji hanya tertawa mendengar kalimat Bomi tersebut. "Aniyo, tapi kau benar, aku sudah gila,"
Bomi yang kebetulan sedang memegang sendok pun memukulkan ringan pada kepala Eunji. "Jika kau gila, pergilah! Aish, aku tak sudi tinggal bersamamu,"
"Hahaha," Eunji segera memeluk sahabatnya ini dengan seringainya. Bomi,sahabat yang selalu menemaninya sejak kecil. Suka duka telah mereka alami bersama. "Aku sudah gila,Bom-ah. Tepatnya gila dengan satu namja ini. Oh Luhan. Pria yang ingin kuhapus dari memoriku," Eunji menarik napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya itu. "Ia mengajakku ke pesta," ia pun melepaskan pelukannya pada Bomi.
"Jinjja? Daebak! Akhirnya kau diajak ke pesta oleh seorang pria. Hahahaha," Bomi seperti tak percaya dengan pengakuan Eunji barusan, namun ia langsung menghentikan tawanya tersebut setelah melihat tatapan tajam Eunji yang mematikan.
"Mian, tadi aku hanya bercanda," Bomi pun mencoba mensejajarkan posisinya dengan Eunji agar lebih nyaman. "Yak, kenapa kau tak coba saja. Menemaninya ke pesta mungkin suatu langkah yang bagus untuk kedepannya," sarannya dengan menunjukan mata yang berbinar untuk menyakinkan Eunji. "Waktu terus berjalan, dan waktu pula yang mampu mengubah seseorang. Yak, tapi ini semua terserahmu. Aku hanya ingin melihat kelanjutan 'mini drama' ini saja. Antara kau dan Luhan,"
Pletak!
"Yak, sekalai lagi kau bercanda, aku akan benar-benar menendangmu Yoon-rilla!"
"Yak, jebal appo,"
"Haish," gerutu Eunji sambil mengacak rambutnya. "Bagaimana kalau aka malah membuatnya malu di hadapan koleganya?"
"Setidaknya dia sudah memilihmu, bukan? Tentunya dia yakin bahwa kau yang terbaik untuknya," jawab Bomi sambil mencubit kedua pipi Eunji gemas.
***
Tingtong tingtong...
"Eun, tolong bukakan pintu. Aku harus menyiapkan makan malam,"
"Ne," Eunji melangkah malas pergi meninggalkan Bomi di dapur. Pintu terbuka, dan ... betapa terkejutnya Eunji mendapati tamu di luar. "Ada apa? Kenapa kau kemari? Apa kau membawakanku sesuatu?" tanya Eunji sambil menggelitik dagu tamu didepannya yang terkenal cukup 'tajam'.
Tamu tersebut langsung meraup wajah Eunji setelah mendapat perlakuan tadi. "Ani, aku tak membawa apa-apa. Bolehkah ku masuk?" tamu tersebut memaksa untuk masuk ke dalam apartemen namun dengan cekatan, Eunji mencegahnya dan menyeretnya keluar.
"Kau mau cari mati huh dengan masuk sembarangan? Pulanglah! Apa kata orang jika di dalam apartemenku ada seorang namja?" kata Eunji tajam sambil menyeret tamunya tersebut keluar. Ia tak mau lagi berurusan lagi dengan tamu satu ini.
Tamu tersebut hanya terkekeh sebentar, "Yak, noona, bukankah kita sudah pernah melakukannya sebelumnya?" jawabnya sedikit menggoda. "Ah jebal, ijinkan aku masuk. Aku lapar. Luhan hyung belum pulang, jadi tak ada satupun makanan di rumah," jawabnya dengan wajah memelas.
Eunji berdecak kesal dengan alasan yang dibuat tamunya ini, "Lalu mengapa kau tak beli makanan diluar saja? Itu lebih mudah dibandingkan kau harus kemari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Say that I Do Love You
FanfictionAku jahat. Aku bodoh. Aku pengecut dengan meninggalkan seorang gadis yang bertanya-tanya apa maksud semuanya ini. Aku hanya tak mampu mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta.