[14] Nasi Goreng

2.7K 225 3
                                    

Shalsa menyenderkan tubuhnya pada dinding dekat jendela di depan kelas XI IPA 1 dengan jari tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk bagian atas kotak bekal berwarna merah muda yang sedari tadi ia pegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shalsa menyenderkan tubuhnya pada dinding dekat jendela di depan kelas XI IPA 1 dengan jari tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk bagian atas kotak bekal berwarna merah muda yang sedari tadi ia pegang. Beberapa helaan napas panjang pun tak luput keluar dari bibirnya karena sudah hampir sepuluh menit ia menunggu bel jam istirahat berbunyi. Berharap agar guru yang mengajar di kelas Farhan segera keluar agar ia dapat dengan cepat memberikan kotak bekalnya, lalu segera kembali ke kelas.

Yah semalam selepas mereka pulang dari Lembang, Farhan memang meminta Shalsa untuk membuatkan bekal makan siang dan menyuruhnya untuk mengantarkan ke kelas cowok itu saat jam istirahat pertama.

Dikira gue babunya kali!

Shalsa kini mendengus saat wajah menyebalkan Farhan tiba-tiba melintas di kepalanya. Walaupun dia sudah menolak dengan keras permintaan cowok itu, tetapi selalu saja tubuhnya tidak pernah sinkron dengan keinginannya. Yang berujung pada Shalsa tetap membuatkan cowok itu bekal dan berakhir dengan dirinya yang sedang menunggu Farhan di depan kelas XI IPA 1 saat ini.

Akhirnya harapan Shalsa pun terkabul, bel tanda istirahat berbunyi dan otomatis membuat matanya langsung menoleh ke arah pintu. Tepat pada saat itu juga, seorang guru yang Shalsa ketahui sebagai guru mata pelajaran matematika keluar kelas, membuat Shalsa memberanikan diri berjalan menuju pintu.

Kalem, Shal. Ini cuma sebentar, kok. Abis ngasih kotak bekal ke si kampret Farhan, lo bisa langsung balik ke kelas.

Shalsa menghela napas perlahan saat dirinya sudah benar-benar berada di depan pintu. Ia harus rela menahan malu dan rasa kikuknya ketika beberapa pasang mata yang berada di dalam kelas menatapnya heran.

"Lo ngapain di depan kelas gue?"

"Anjir!"

Shalsa sontak terperanjat saat tiba-tiba ada orang yang menepuk bahunya, membuat perasaan Shalsa semakin campur aduk dan ingin sekali mengumpat saat itu juga. Saat dia berbalik, ternyata orang itu adalah Andri.

"Gue kira siapa."

Shalsa tampak menghela napas lega, membuat Andri agak sedikit merasa aneh karena tidak biasanya Shalsa mau ke kelasnya seperti ini.

"Lo ke sini nyari gue atau---,"

"Dri, bisa tolong panggilin Farhan?"

Andri berusaha mati-matian agar tidak mendengus kasar.

"Males, lo langsung masuk aja." Balasnya, lalu hendak beranjak pergi.

"Ih, lo mau kemana?" Shalsa menahan lengan Andri dengan wajah melasnya.

"Tolong panggilin Farhan dulu ya, Dri, Plissss...."

"Farhan ada di dalem, lo tinggal masuk aja, Shal."

Shalsa cemberut, lalu melepaskan lengan Andri dengan perlahan.

Sebenarnya dari dulu, Shalsa memang agak takut dengan anak-anak dari ipa 1. Bukan karena mereka galak atau seram, tetapi Shalsa memang tidak sanggup saja berhadapan dengan orang-orang berwajah jenius yang selalu sibuk dengan buku dan iPadnya itu.

Relationshit [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang