[26] Jealous

2.6K 204 43
                                    

Shalsa berdecih pelan saat mata bulatnya melihat dengan jelas bagaimana Farhan menggenggam tangan perempuan berambut panjang itu setelah keluar dari dalam mobil, lalu memapahnya dengan merangkul pundak yang lebih pendek secara hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shalsa berdecih pelan saat mata bulatnya melihat dengan jelas bagaimana Farhan menggenggam tangan perempuan berambut panjang itu setelah keluar dari dalam mobil, lalu memapahnya dengan merangkul pundak yang lebih pendek secara hati-hati.

Meskipun Farhan membantu Reina dengan wajah datar dan eskpresi dinginnya, tetapi tetap saja membuat hati Shalsa sedikit jengah dan ada setitik rasa ingin menjauhkan dua manusia yang sedang berjalan sambil berangkulan dari parkiran menuju gedung sekolah itu.

"Gue akan buktikan kalo Reina nggak berarti apa-apa lagi buat gue, Shalsa. So, please trust me."

"Halah trust me trust me, pala lu. Untung dari awal gue emang nggak percaya." Gumamnya sambil memutar bola mata malas.

Masih terngiang dengan jelas perkataan manis Farhan itu kemarin. Tetapi saat pagi tadi Farhan melihat Reina yang terluka karena terpeleset hingga menyebabkan kaki perempuan itu terkilir dan tidak bisa berjalan dengan benar, Farhan dengan segera membantu Reina dan menawarkan untuk berangkat sekolah bersama sekaligus membantunya berjalan sampai ke kelas.

Dari mana Shalsa bisa tahu?

Tentu dari Farhan sendiri yang meminta izinnya untuk membantu Reina tadi pagi. Meskipun dalam hati dia agak gondok, tetapi Shalsa tetap merespon baik dan tidak melarangnya sama sekali. Lagipula mana mungkin Shalsa akan setega itu kepada Reina yang sedang terluka, dia tidak sejahat itu.

Selain itu, gengsi juga kalau Shalsa dengan terang-terangan melarang Farhan, takut dikira cemburu.

Padahal yah, dia cemburu dikit sih. Tapi Shalsa akan berusaha bersikap biasa saja karena dia memang tidak memiliki hak apapun terhadap Farhan. Terserah cowok itu mau sedekat apa dengan Reina, Shalsa akan berusaha tidak peduli.

"Jangan diliatin terus, samperin sana." Kata Andri yang tiba-tiba menghampiri, ikut menatap Farhan yang sedang merangkul si anak baru.

"Males ah."

Shalsa melengos cuek. Kemudian berbalik dan mulai berjalan tergesa dengan disusul oleh Andri.

"Kenapa sih, mau dirangkul juga? Sini sama gue aja biar Farhan ikutan jealous." Kekehnya sambil merangkul pundak Shalsa.

"Siapa yang jealous? Gue biasa aja."

"Halah, yakin?"

"Yakin lah."

Andri berdecih pelan. Menatap penuh ejekan kepada Shalsa yang sedang berusaha menahan ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja. Padahal dari tatapan gadis itu pun, Andri bisa melihat dengan jelas bagaimana perasaan Shalsa yang sesungguhnya.

"Lo emang sesayang itu ya sama Farhan? Sampe liat dia bisa care banget ke cewek lain aja lo mati-matian nahan perasaan lo sendiri kayak gini?"

Mendengar itu, otomatis Shalsa menghentikan langkah. Menatap Andri lamat-lamat yang juga sedang balas menatapnya. Lalu cowok itu tersenyum, meraih tangan mungil Shalsa yang tanpa dia sadari menggenggam begitu erat tas ranselnya.

Relationshit [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang