Epilog

177 10 6
                                    

Haii! Thank you for reading. This is the final chapter of the story. It'll be an honour if you guys left a comment for me! ;)x

Love, Ly <3

------------------------------------------------------

Epilog : The Girl Next Door






Sudah tujuh tahun setelah hubunganku dan Cara berakhir. Beberapa minggu setelah berakhirnya hubunganku, keluarga Delevingne akhirnya kembali ke Inggris dan yah, rumah disamping rumahku kembali sepi seperti sediakala. Tapi siapa yang sangka? Meskipun disamping rumahku sepi, rumah yang sekarang lebih ramai? Kenapa? Hahaha tentu saja, Cass melahirkan seorang bayi. Seorang adik yang berbeda 19 tahun denganku dan berbeda 18 tahun dengan Chelsea.

Lalu sebenarnya bagaimana hubunganku dengan Cara? Hmmm, aku juga menanyakan tentang itu. Tapi, kami baik-baik saja. Bukan sebagai pasangan seperti dulu, kami hanya sekedar sahabat sekarang. Mungkin, terdengar canggung tapi inilah yang sebenarnya.

Kalau begitu, apa yang sudah terjadi selama tujuh tahun ini?

Banyak.

Smith yang mendapat beasiswa di sekolah musik ternama di Washington dan akhirnya menjadi musisi di opera, bahkan menjadi guru musik. Jake yang akhirnya dengan keajaiban menjadi seorang pemain film laga. Chelsea yang akhirnya menjadi seorang penulis dan ikut bersama Smith dan memutuskan tinggal bersama di Washington.

Ya, kehidupan cinta Smith dan Chelsea tidak pernah diragukan lagi.

Lalu, Estie dan Dane? Siapa yang peduli? Aku tidak tahu bagaimana akhir dari kisah mereka. Banyak orang bilang Dane masuk kedalam klub rugby profesional, ada juga yang bilang dia lebih fokus ke dunia modelling-nya dibanding dunia olahraga. Dan Estie? Tidak ada yang melihat dia setelah hari kelulusan. Gadis itu menghilang bak ditelan bumi.

Tapi apapun yang terjadi itu semua adalah kenangan. Kenangan pahit dan manis semasa remaja.

Lalu apa yang kulakukan? Aku berakhir dimana? Sedang apa aku?

"Apa keluhan anda?"

"Kepala saya pusing, dan saya juga sering sekali pingsan" keluhnya

"Baiklah, silahkan tiduran dulu" suruhku.

Pasien itu tidur di atas ranjang ruang praktekku. Aku memeriksa detak jantungnya dengan stetoskop, mengecek bagian dalam mulutnya dan matanya.

"Apa ada keluhan lain?" Tanyaku setelah selesai mengecek pasien.

Ia menggeleng lalu kembali duduk di kursi.

Aku menuliskan resep obat untuknya agar menyembuhkannya "Ini resep obatnya bisa dibeli di apotek. Yang ini diminum sebelum makan dua kali sehari dan yang satunya sesudah makan tiga kali sehari" jelasku

"Saya benar tidak apa-apa, dok?" Tanyanya

Aku tersenyum pada pasien itu "Anda tidak apa-apa. Hanya mengalami kekurangan darah merah karena kurangnya makan dan terlalu capek. Cuti selama dua hari dari kerjaan anda dan biarkan anda beristirahat" jawabku

Pasien itu mengangguk dan tersenyum "Terima kasih, dok" ucapnya seraya berdiri dan keluar.

Aku menyandarkan tubuhku di senderan bangku, menghela nafas berat dan merenggangkan tubuhku
Pintu ruangan terbuka "Praktek hari ini sudah selesai, dok" ujarnya seraya menaruh daftar pasien hari ini di mejaku

The Girl Next Door Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang