Toko Buku

65.1K 5.2K 188
                                    

Sepulang sekolah, Keira tak langsung pulang. Ia pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku sebagai bahan bacaan dan bahan latihannya. Ia membeli dua novel, dua buku materi kimia, 2 buku soal dan penyelesaian latihan kimia, satu buku soal dan penyelesaian latihan matematika, dan satu buku soal dan penyelesaian latihan fisika.

Dengan enam buku dan masing-masing berukuran lumayan tebal, ditambah lupa mengambil keranjang belanja, membuat Keira kewalahan membawanya.

Bugh. Tamatlah sudah. Buku-bukunya berserakan di lantai.

"Woi, bawa buku tuh yang bener. Kalau udah disedia-in keranjang tuh dipake! Bukan dianggurin!" Lambat-lambat Keira mendongak, melihat siapa yang ditabraknya.

Matanya mengerjap berkali-kali, pertanda ia tak percaya dengan siapa yang dilihatnya di toko buku. "Va-Vano?"

Mengangkat alis bingung, Vano bersua, "Kenapa lo liatin gue kayak gitu?"

"L-lo ngapain kesini?"

"Kenapa? lo bilang kenapa?" Vano tertawa hambar dengan apa yang didengarnya dari Keira, sungguh pertanyaan konyol yang pernah ada. "Emang gue enggak boleh ke toko buku? Apa yang lo punya sampai bisa ngelarang gue ke toko buku? Sinting."

Bagaimana tidak bingung , jika melihat dia yang bertampang berandalan dan tidak pernah membawa buku apalagi berteman dengan buku dan menyentuh buku saja tidak pernah itu, bisa datang ke toko buku yang menyediakan banyak buku, aneh bukan?

Omong-omong mengapa Keira bisa tahu jika Vano tidak pernah membawa buku? Tentu saja Keira tahu, karena ia duduk disebelah laki-laki itu, setiap pelajaran hanya mengeluarkan sebatang pulpen, jika ada ulangan cukup minta kertas pada Elang yang duduk di depannya, bahkan Keira yakin bahwa tas yang dibawanya itu tak ada isinya, hanya formalitas semata.

"Aw." Vano berlalu meninggalkan Keira tanpa membantu memungut buku-buku yang berserakan milik Keira, ditambah lagi sebelum berlalu ia menepuk kepala Keira menggunakan buku yang dibawanya. Sungguh manusia cabe hyperaktif yang tidak bisa diam.

Ia pun membungkuk dan memungut buku-buku yang berserakan. Dengan pelan ia berjalan ke kasir, tak ingin kejadian tadi terulang lagi. Setelah membayar ia pun pulang ke rumah.

Bug. Belum sampai di rumah dan masih di depan pintu masuk toko, Keira kembali terjatuh. Bukan karena buku-bukunya, tapi kakinya tersandung kaki orang lain saat ia tak memperhatikan jalan saat menyimpan kembali uang kembaliannya ke dompet.

"Ups, ada yang jatoh. Sini aku bantuin." Ujar seorang dengan suara nyaring yang khas. Bukannya membantu, orang itu malah mengambil paksa dompet yang ada di tangan Keira.

"L-lisa?" Keira terkejut melihat siapa yang menabrak dan merampas dompetnya, bahkan ia lupa untuk bangkit dari jatuhnya.

"Wohoo, liat Jei merah sama biru semua." Lisa menunjukkan isi dompet itu pada Jei.

"Cewek jelek enggak baik bawa uang banyak-banyak." Lisa mengambil semua uang tunai yang ada di dompet itu. Uang itu ia berikan pada Josh yang langsung dikantongi-nya.

"Mari kita lihat, apa saja yang ada di sini selain benda merah dan biru," Ia mengecek setiap kantung yang ada di dompetnya.

"Cih, foto jelek kayak gini disimpan, enggak ada kerjaan. Eh bukan fotonya sih yang jelek, tapi... orang yang di foto yang jelek." Lisa bermonolog sendiri.

"Gila!" Pekik Lisa kagum dengan apa yang dilihatnya.

"Kenapa, El?" Josh mengernyit bingung.

"Kartu member Hollys Key Cafe. Nih liat." Lisa mengambil kartu itu dari dompet. "Mana VVIP lagi," Ia masih terkagum-kagum dengan kartu member itu.

Hidden GeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang