0.5

1.8K 170 9
                                    

{ 06:00 AM }

Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari tampak mengintip di sela-sela jendela. Kicauan burung terdengar bersahutan.

Gadis itu terbangun, mengusap kedua matanya. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa kejadian kemarin bukan ilusi.

Lelaki itu datang.
Lagi.

Dan gadis itu tak pernah tahu apa perasaannya sudah berubah atau belum.

Gadis itu tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Apa ia justru merasa gembira dengan kedatangan lelaki tersebut? Atau justru sebaliknya?

Bolehkah ia berharap? Ia ingin tidak merasakan apapun saat berhadapan dengan lelaki tersebut.

Lelaki yang mengisi relung hatinya selama bertahun-tahun. Meninggalkan jejak tak terhapus.

Gadis itu kira perasaannya sudah hampa saat melihat lelaki tersebut singgah di hidupnya. Untuk yang kedua kalinya.

Salah.
Dirinya salah besar

Kedatangan lelaki itu justru membuat dirinya semakin tak yakin dengan keputusannya. Juga dengan perasaannya sendiri.

Bukan salah lelaki itu. Bukan pula salah dirinya. Gadis itu tahu bahwa ia sudah mengambil keputusan yang tepat.

Bukankah lebih baik menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain?

Dirinya sudah lama mencoba berdamai dengan hal itu. Sudah pula mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri, bukankah pilihannya sudah tepat?

Gadis itu sudah membangun pertahanan. Penghancur tembok-tembok pertahanan sudah datang.

Hanya soal waktu saja kapan pertahanan tersebut runtuh.

ASN #1 : [&]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang