Maaf guys....kebanyakan Alexa POV, karna sejujurnya gue mumet kalau pake Author POV. gak bisa mikir pake yang itu.
Jadi....Author POV dipake kalau posisi Alexa gak ada di TKP.
Arghhh, sumpah demi apapun.
alhamdulillah banget, gue bisa dapat teman yang baik-baik. Gue bahagia main sama mereka. Mungkin karna jumlah mereka yang banyak, membuat pertengkaran jarang banget datang, tapi sesekali pasti ada. Dan kita tau cara ngatasin semua itu, dengan menghilangkan ego masing-masing itu berpengaruh besar bagi sebuah pertengkaran."Xa gue mau curhat", ucap Arin mepet-mepet gue.
Curhat sih curhat tapi gak usah nemplok-nemplok gitu dong Rin, gue juga masih normal walaupun jomblo udah lama.
"Curhat aja", Arin langsung senyam-senyum gak jelas, hmm gue tau nih pasti kalau udah bertingkah gila kayak gini tuh lagi kena virus jatuh cinta.
Arin merubah posisinya gak jelas , mungkin dia salting untuk bercerita.
"Lo tau gak? cogan yang di kelas ini?".
Gue menaikkan sebelah alis "Disini tuh isinya cogan semua", gue berkecak pinggang.
"Ih yang pakai kaca mata itu loh", Arin berbicara dengan masih dipenuhi kegilaan.
Gue mulai sebal ,tapi masih sabar "Yang pakai kaca mata disini ada dua Rin".
Arin menggeleng keras "Yang pakai kacamata tapi dingin", gue mendengus pelan setelah itu berdiri berhadapan dengan Arin.
"Dua-duanya dingin", gue memutar bola mata gue , masih sabar kok.
"Oh iya, yang duduk di belakang itu loh", gue menoleh ke arah belakang, dan lagi-lagi gue mengurungkan niat untuk mencubit pipi Arin sampai merah.
"Oke-oke , cowo yang gue maksud ,yang pakai tas merah tua itu tuh", Arin menunjuk tas yang melingkar manis di bahu dua cowo itu.
Gue frustasi, gue megang kedua bahu Arin "Rin kayak nya gue gak perlu lagi nanya ciri-ciri cowo yang lo maksud itu, lebih baik lo tunjuk satu dari mereka berdua", jelas gue Arin menunjuk cowo yang duduk di bangku pojok sedangkan satu lagi di pinggir.
Mereka kayak anak kembar!. ternyata yang Arin maksud yang di pojok , nggak perlu gue cape-cape nanya ciri-ciri tuh cowo, yang ada bikin gue darah tinggi.
Tapi beneran loh ya mereka itu kayak anak kembar, tas sama, warna nya juga, yaitu merah tua. Bermata empat, duduk satu meja berdua, sifatnya hampir sama. Sama-sama dingin kayak es.
Makanya kenapa gue lama-lama kesal sama Arin karna ciri-ciri yang Arin sebutkan tadi adalah ciri dari mereka berdua.
"Lo naksir Agam?" Mata Arin membulat memberi kode biar gue gak kelepasan ngomong karna jarak kita sama mereka gak beda jauh.
"Tapi lo beneran suka sama Agam?", tanya gue lagi. Arin hanya mengangguk malu.
"Ntar gue bantuin, dengan pertolongan Nizal sama Dylan, okk?", Arin tersenyum senang saat gue menjanjikan itu ke dia.
🔊Tring....
Bel istirahat bunyi, tenang tentram gue hari ini karna 2 pelajaran jamkos, because gurunya lagi ada lomba.
Makanya tadi dia bisa gosip-gosip ke anak TBF tentang Arin yang suka Agam.
Arin hanya tersenyum malu saat yang lain tau.Gue gak bermaksud bocor, tapi gue cuma mau bantu dia dan belajarin ke dia kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke anak TBF, karna kita keluarga.
Gue sama yang lain mulai jalan ke kantin nyerbu makanan-makanan di sana.
Emang karna banyak kali yah orang nya , sampai kalau pengen ke kantin tuh rasanya kayak pengen kondangan. Rame banget.
Gue berjalan sejajar sama Luna sama Lintang.
Luna narik gue kayak anak kucing gitu, gue pun kaget tapi langsung nengok ke dia dan berhasil ngejitak pala Luna.
"Lu apan sih Lun? gak jelas. Tiba-tiba narik gue kayak gitu", protes gue dengan muka bete.
Luna mendekatkan mulutnya ke telinga gue dan dia berbisik "Ada Fajrial".
Mata gue menoleh ke arah Fajrial, dan sial tatapan gue malah ke kunci sama teman Fajrial . Kalau tidak salah nama nya Faril, itu juga gue taunya dari Nizal.
"Ada kan Xa", tanya Luna yang ngebuat gue tersadar, aish...mata itu berhasil hipnotis pandangan gue.
"Ada sih, tapi gue malah kekunci sama mata temennya fajrial", jujur gue . Luna langsung tersenyum.
Gue langsung berlari ke arah Lintang yang sudah jauh dari gue sama Luna.
Ini gara-gara Luna yang terobsesi sama Fajrial.Kan gue ditinggal sama Lintang,Syasya,Natas dan yang lainnya.
Dengan sangat harus ,Luna anterin gue beli bubur karna gue jadi sendirian gara-gara dia.
Pas gue mesan bubur ,gue ngeliat ada anak TBF lagi pada makan. dengan segera gue narik tangan Luna dan langsung ikut duduk, untungnya bangkunya besar jadi muat.
Kita lagi makan dengan serius, tiba-tiba Syasya keselek.
serentak semua menatap Syasya dengan tablo, sedangkan Lintang yang peka langsung memberi minum kepada Syasya.
Setelah itu kita tersadar dari tablonya kita masing-masing.
"Lo kenapa Sya?", tanya Arin. Dan semua memberi pertanyaan yang sama dengan Arin.
Syasya menggeleng setelah meminum air mineral yang dikasih Lintang tadi.
"Sya lo kenapa?apa yang terjadi?", tanya gue dramatis.
Lintang nabok pipi gue ke sebelah kanan, dari arah kanan Luna nabok gue ke arah kiri.
Dari atas atau bawah gak ada gitu? biar lengkap.
"Itu loh yang itu tuh , masa dia...", ucap Syasya menggantung."Dia ganteng".
Semua memutar bola mata dengan malas ada juga yang mendorong Syasya.
"Kirain gue mah keselek curut gitu ya ,ternyata ngeliat cogan" omel Lintang.
Semua malah tertawa.
"Itu kayaknya anak sebelah deh", ucap Arin memainkan dagunya.
"Namanya kalau gak salah Renjy", tutur Luna sambil menyuap makanan nya.
"Iya apa? tau dari mana Lun?", tanya Syasya antusias. Arin,Luna,Syasya udah mulai jatuh cinta guys.
~Za😘
![](https://img.wattpad.com/cover/74460822-288-k434541.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love of a Lifetime
HumorCinta dari sebuah persahabatan, cinta dari keluarga, cinta dari kekasih, cinta dari waktu ke waktu. Penghianatan yang terjadi mengajarkan dirinya akan hal persahabatan. Ketegaan orang tuanya mengajar kan dirinya tentang arti keluarga yang sebenarnya...